Queen harus terjebak di dalam permusuhan antara Rafael dan Joshua. Dia terlalu lugu untuk bisa memahami, jika Rafael hanya sekadar memanfaatkannya.
Dan semua sudah terlambat ketika Queen menyadari hal itu. Joshua menawarkan cinta, sedangkan Rafael...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Mama!" Rafael kecil mengguncang tubuh Mama yang terbujur kaku. "Bangun, Ma! Rafael takut sendirian!"
Percuma Rafael berteriak sekuat tenaga. Sekalipun ia menangis hingga air matanya habis, Mama tidak akan pernah terbangun lagi. Mama telah pergi untuk selamanya, setelah siang tadi penyakit jantungnya kambuh.
"Mama! Aku tidak ingin tinggal dengan ibu baru! Aku hanya ingin Mama! Bangun, Ma! Bangun!" Teriakan Rafael semakin kencang saat Nona Elma menyentuh pundaknya, lalu membawa Rafael mundur beberapa langkah.
Saat brankar mulai didorong suster, Rafael mencoba menggapai tubuh Mama lagi, tetapi Nona Elma menahan gerakan Rafael. Rafael mencoba memberontak. Namun, ia tidak memiliki kekuatan sedikitpun. Selama ini, satu-satunya sumber kekuatannya hanyalah Mama. Dan sekarang, saat Mama harus pergi, ke mana lagi Rafael harus mendapatkan kekuatan itu?
"Mama! Kenapa Mama tega meninggalkan aku sendiri? Kenapa Mama tidak mengajakku pergi? Rafael ingin pergi bersama Mama! Tunggu Rafael, Ma!" Rafael ingin melanjutkan kata-katanya, tetapi mendadak ia tidak bisa bicara seperti orang gagu. Terisak kencang hingga rasanya isakannya tidak bisa berhenti. Dan dadanya mulai terasa sesak.
"Tenang, Rafael. Kau tidak sendiri, masih ada kami." Nona Elma mengusap punggung Rafael, menenangkan.
Masih ada kami?
Rafael berteriak histeris, tidak kuat menyaksikan tubuh kaku Mama yang semakin menjauh. Perlahan, ia mendongak dan menatap wajah Nona Elma dengan ekspresi penuh kebencian, seolah ingin memprotes. Kami? Aku tidak ingin menjadi bagian dari kalian!
Aku membencimu, Nona Elma! Aku membencimu! Kau yang membuat penyakit Mama kambuh dan harus berakhir seperti ini! Semua ini gara-gara kau dan bayimu!
Kalau saja Rafael mampu berucap, maka kalimat itu yang ingin ia teriakkan pada dunia. Ya, kalau saja Nona Elma tidak datang ke rumah dengan menggendong bayinya, dan meminta pengakuan bahwa bayi bernama Joshua itu adalah putra Papa.
Ah, sejak pertengkaran waktu itu, Rafael pikir keadaannya sudah membaik. Nona Elma yang sedang hamil tidak pernah datang ke rumah lagi. Rafael pun tidak pernah melihat Papa dan Mama bertengkar. Semuanya terlihat baik-baik saja.
Sampai tadi siang, Nona Elma datang lagi bersama bayinya, menyodorkan selembar kertas pada Mama. "Tes DNA membuktikan putraku benar anak kandung suamimu."
Hanya butuh waktu beberapa detik bagi Mama untuk menatap tulisan di kertas sialan itu, lantas Mama memegangi dada kirinya hingga akhirnya ambruk tidak berdaya. Rafael yang saat itu mengintip dari celah pintu, berteriak dan berlari menghampiri Mama.
Namun, keberuntungan tidak sedang berpihak pada Mama. Mama lelah dan memilih untuk menyerah pada kematian. Rafael bisa apa selain memprotes pada bayangan Mama di kejauhan sana?
Kenapa, Ma? Kenapa Mama tidak bertahan, hah? Kenapa membiarkan Rafael hidup bersama Papa dan Nona Elma? Kenapa Mama memberikan kesempatan pada Nona Elma untuk menggantikan posisi Mama di dalam hidup Papa? Rafael benci Nona Elma dan putranya!