Jawaban

473 94 8
                                    

Razka curang!

Dia tidak langsung menjawab pertanyaanku. Saat aku menembak pertanyaan itu beberapa hari lalu, dia malah membalik badanku membuat dadanya bertemu dengan punggungku. Kepalanya dia sandarkan di ceruk leherku dan menghidu wangiku dalam-dalam. Sebel! Mana belum mandi lagi. Saat itu dia hanya berkata, "Aku suka wangi kamu. Buat tenang. Parfum apa sih? Temenin beli ya. Biar bisa disemprotin di bantal." Gila! Tapi kelakuannya buat aku lemas setengah mati. Aku tidak mampu berkutik melepas jamahannya. Lalu, dia menjanjikan akan menjawab pertanyaanku pada akhir minggu.

Sekarang, di sinilah kami. Di sebuah kafe romantis di Dago Atas. Licik! Kalau tempatnya sudah dikondisikan begini sih, apapun jawabannya ya pasti aku luluh. Hih! Sebel tingkat dewa pokoknya! Aku mengerucutkan bibir.

Razka menatap mataku yang tak fokus memandang ke sembarang arah. Dia menyelipkan rambut bob kebiruanku ke balik telinga. "Ayo kenalan. Kamu mau tanya apa?" Suara Razka begitu berat. Agak serak-serak basah sebenarnya karena dia kurang fit. Malah aku pikir terdengar seksi. Haduh, mana Bandung dingin lagi.

"Malez! Pake Z!" Aku merajuk.

Razka terbahak. "Okay, new knowledge. Jokes kamu tua!" oloknya. Makin sebel enggak tuh? Aku memilih bungkam.

Kafe ini terdiri dari gedung utama dan saung-saung yang terletak menanjak. Kami memilih di saung. Langit senja, lampu tumblr, serta pepohonan tropis berpadu dengan saung-saung setengah tradisional. Kalau unggah foto, pasti otomatis like di akun Instagram-ku banyak. Aku menyeringai. Pengen foto tapi masa iya difotoin Razka? Jaim dong!

Cekrek. Suara tangkapan kamera terdengar. Aku menoleh mendapati Razka menyengir. "Cantik banget sih pacar Bang Razka." Huek! Kok aku mau muntah sih dengernya?

"Liat dong. Pacarnya yang mana? Pingin kenalan."

Razka berdecih. 'Kan bener aku enggak tahu pacar dia siapa? Kenapa dia jadi kesal? "Tuh, foto pacarku udah aku upload di IG. Coba deh cek notifikasi, sengaja aku tag kamu biar langsung lihat."

Aku membuka gawaiku. Benar saja Razka menandaiku dalam sebuah foto. Foto tersebut lebih fokus pada pamandangan, tapi wajahku tetap terlihat jelas. Mampus. Gempar deh RSGM, gempar. Aku mengutuk dalam hati. Di kolom keterangan Razka menuliskan: for these beauties, I thank God. Kemudian, aku melihat sebuah komentar baru saja diunggah.

adhyasthapranaja: which one, bro? The scene or the girl?

The girl, of course! Otakku malah kepedean sendiri.

"Kamu enggak mau follow back aku gitu?" Razka ini aktif di sosial media, btw. Lebih aktif dari aku. Asal jangan sampai kaya pengacara HPH saja deh. Itu loh, pengacara yang outfitnya bisa satu miliyar. Aku mau mundur saja kalau dia se-hits itu.

"Enggak mau." Aku kan masih ngambek.

Razka berpindah tempat. Ia mengambil posisi di sebelahku. Tangannya merangkul pundakku. Ia berbisik mesra, "Iya, ini dijawab." Duh, leherku semriwing gitu.

Tepat Razka akan berbicara lagi, azan berkumandang. "Tapi, abis salat, ya!" Razka mangkir lagi. Mau marah tapi masa marah sama Tuhan? Langsung dikutuk dunia akhirat lah aku.

Lima belas menit kemudian kami sudah kembali ke tempat semula. Jangan bayangkan dia menjadi imam ya. Kami berdua solat beramai-ramai di musala. "Kamu cuma penasaran 'kan sama aku?" Tembakku langusng.

Razka tersenyum. "Awalnya," jawabnya. Kretek. Itu suara hatiku retak. "Jangan sedih, Lika. Belum selesai."

"Siapa sih yang bakalan nolak kalau disodorin kamu? Cuma laki-laki bego. Kamu cantik banget, Lika." Aku segera menyumpal mulut Razka dengan potongan daging tenderloin. Razka tersedak-sedak menerima seranganku. Kulihat dia susah payah menelan daging tersebut. Habis, gombal mulu sih. Malas tahu dengerinnya.

ADRONITISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang