Pria itu kembali mendapatkan pocky di lokernya, dia sangat tau jika yang mengirim itu adalah kekasihnya. Sesungguhnya dia ingin seperti yang lain, sering menghabiskan momen berdua dengan pasangan tapi berbeda dengan Taeil yang justru seperti menjadi pria yang dikagumi diam-diam karena selalu mendapat hadiah tak terduga dari Wendy, kekasihnya. Wendy merupakan gadis yang pintar dalam hal akademik, tak heran jika dia sering bolak-balik mengikuti olimpiade.Taeil bukannya lelah berhubungan dengan gadis itu malah dia sangat merindukannya. Entah kenapa akhir-akhir ini dia terus menghindar jika diajak ketemuan. Taeil tak ingin bebannya dia tanggung sendiri. Dia akhirnya mengeluh ke teman-teman mereka.
"Susah juga punya pacar pinter, diajakin kencan, nolak mulu, alasannya ya ini lah ya itu lah hah—" keluhnya menghela nafas kasar.
"Mungkin dia mau ikut olimpiade atau apa kali bang, jadi mungkin harus belajar giat" sahut Taeyong yang sedang fokus memainkan komputernya.
Di gudang kosong yang mereka sebut markas itu adalah tempat mereka berkumpul yang sudah seperti rumah mereka sendiri, disitu terdapat kamar mandi, dapur, sofa, tv, kasur, kulkas tak lupa komputer yang dipakai Taeyong saat ini. Jika kalian bertanya mengapa tak ada yang menegur mereka, itu karena para guru tak ingin berurusan lebih lanjut dengan orang tua Mark dan Doyoung yang merupakan pemegang kontribusi besar berdirinya sekolah itu. Lagipula gudang itu juga lama tak terpakai jadi pihak sekolah merelakannya.
"Coba tanya Mbak Yerin, dia kan anak olimpiade, siapa tau dia tau kesibukan Mbak Wendy selama ini" sahut Mark dari dapur yang sedang mengiris semangka pemberian dari kekasihnya.
"Apa lu sebut-sebut pacar gua" sewot Doyoung yang baru datang. Mark hanya menunjuk ke Taeil.
"Kenapa bang?" tanya Doyoung pada Taeil.
"Wendy sering nolak buat diajak ketemuan, Taeyong bilang mungkin lagi ada olimpiade dan Mark nyaranin buat tanya pacar lu" jelas Taeil lemes.
"Kata Yerin sih emang ada, tapi Yerin masih mau tuh gua ajak ketemu, coba gua suruh kesini bentaran" ucap Doyoung mulai mengetik pesan di ponselnya.
Tak menunggu lama, Yerin datang dengan terburu "Kamu ada apa? Kamu baik-baik aja kan? Khawatir banget tau kirain kamu kenapa tiba-tiba ngirim pesan suruh dateng darurat" tanya Yerin seraya menyentuh berbagai sisi badan Doyoung.
"Aku gapapa sayang, itu ada yang mau ketemu kamu" jawab Doyoung menunjuk Taeil yang menunduk. Mark yang telah menyelesaikan kegiatannya mengiris semangkanya pun datang dan menaruh hasil karyanya itu di meja sekaligus ikut mendengarkan.
"Kenapa bang?" tanya Yerin pelan. Taeil menghela nafas lalu bersandar di sofa
"Wendy mau olimpiade?"
"Lho, abang gatau?"
"Biasanya sih dia bilang, tapi gatau kenapa malah akhir-akhir ini dia ngehindarin gua"
"Oh gitu" Yerin manggut-manggut lalu kembali memberitahu "Jadi.. Mbak Wendy itu rencananya mau diikutin olimpiade ke Singapura, sebenernya banyak yang saat itu mencalonkan diri olimpiade kesana, tapi pas hasil seleksi keluar banyak yang gugur dan tersisa Mbak Wendy doang deh yang menuhin kriteria, lagipula aku juga sering liat Mbak Wendy bolak-balik perpustakaan kantor guru sih, mungkin emang beneran sibuk" jelas Yerin panjang lebar. Taeil mengangguk dan kembali merenung.
"Coba abang tanya dia pelan-pelan, mungkin dia ragu ngasih tau abang tentang hal ini, secara.. olimpiade internasional, mana mau juga dia bikin abang khawatir" saran Taeyong yang sedang asik mencomot semangka Mark disusul Yerin juga "Aku jadi Mbak Wendy mungkin juga gabakal berani bilang hal ginian ke pacarku" sela Yerin enteng padahal Doyoung masih ada disana.
"Gitu malah ngomong" ketus Taeyong, Taeil, Mark barengan yang selanjutnya dibalas tatapan garang oleh Doyoung, Yerin tak berkutik.
...
"JANGAN!!" teriak Taeil terbangun dari tidurnya. Setelah sesi curhat dan galau-galau an, Taeil memilih tidur di sofa markas karena sebelumnya mendapat notifikasi bahwa pelajaran terakhir kosong.
"Mimpi buruk bang?" tanya Jaehyun yang sedang menyeduh teh untuk dijadikan teh susu. Tanpa ada jawaban, Taeil buru-buru bangkit menuju perpustakaan sebelum terlambat. Keberuntungan ternyata menghampirinya, dia bertemu Wendy yang berjinjit mengambil buku di rak atas.
"Wen.." sapa Taeil yang berdiri di belakang Wendy. Wendy terkejut dan bukunya otomatis terjatuh mengenai kepala Taeil, tak malah kesakitan, Taeil justru memasang muka menghakimi.
" K-kamu... kenapa kemari?" tanya Wendy sedikit bergetar melihat seseorang yang sementara ini ia hindari ada di depan mata. "Ehmm, maaf" ucapnya mengusap kepala Taeil pelan, sang empunya masih tak bergerak. Dan saat mata mereka bertemu, Taeil pun memeluk Wendy erat.
"Kenapa ga bilang kalo mau ke Singapura? Selama ini aku kangen sama kamu, pocky kamu itu ga berguna sama sekali tau buat nutupin kangenku, tapi aku bakal coba ikhlas kalo emang sebelumnya kamu jujur ke aku dan ga nolak ajakanku buat ketemu kamu" ungkap Taeil pelan dengan nafas tak beraturan. Wendy membeku, dia sebenarnya ingin menangis tapi dia tau diri dia ada dimana sekarang. Dia membalas pelukan Taeil tak kalah erat.
"A-aku juga kangen banget sama kamu, sampai aku bingung mau bicara hal itu ke kamu gimana, aku butuh banget semangat dari kamu, perhatian kamu dan mungkin sebatas senyuman kamu, aku kangen semuanya" Wendy bicara sepelan mungkin dan tak terasa dia meneteskan air mata.
Taeil melepaskan pelukannya "Pergi aja, aku gapapa, balik yang cepet biar aku segera dapat pocky-ku lagi" Taeil tersenyum. Wendy tak tahan melihat momen seperti ini, dia memeluk Taeil lagi, kali ini dia juga berbisik "Makasih sayang, aku bakal balik cepet" ucapnya seraya mengecup pipi kanan Taeil.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Boy)friendable | NCT #127
FanfictionPara remaja labil yang dihadapkan perihal masing-masing kisah cinta mereka. [ft. Winwin] Started 2020, July 7th Cover by: ©Redbubble on Pinterest