"Ma, Pa, Thea pulang," seru Althea saat dia memasuki rumahnya yang cukup besar.
"Ma? Pa?" teriaknya sekali lagi karena tidak ada sahutan sama sekali.
"Eh, Non Thea udah pulang rupanya. Mau makan malam, Non?" sahut Bibi yang baru saja muncul.
Althea tidak langsung menjawab, dia justru menatap rumah yang seakan sepi.
"Mama sama Papa kemana, Bi? Kok gak kelihatan?" tanya Althea.
Sang bibi tidak menjawab, dia justru menyunggingkan sebuah senyum palsu. "Non Thea mau makan dulu? Bibi siapin makanannya, ya, Non."
Althea menghela napas pelan. "Gak usah, Bi. Thea belum lapar." Setelahnya Althea beranjak pergi dari sana.
Sejujurnya Althea bingung. Apa yang tengah bibinya sembunyikan hingga mengalihkan pembicaraan mereka? Itu membuatnya penasaran.
Althea mengerutkan dahinya saat dia lewat di depan ruang kerja papanya. Dia bisa mendengar suara pertengkaran dari pintu yang tak tertutup sepenuhnya. Penasaran, Althea memutuskan untuk menguping.
"Cerai?! Enak banget kamu bilang cerai dan ambil uang hasil pengambilan darahnya Althea! Kamu yang urus dia, aku ambil uangnya! Kamu pikir siapa yang udah Ngandung dia selama ini?! Kamu pikir siapa yang udah besarin dia selama ini?! Kamu udah punya perusahaan, Mas! Jadi kamu gak bisa ambil uang Althea!" seru mamanya.
"Ya gak bisa gitu dong! Kan aku papanya. Aku juga berhak atas uang dari darah Althea! Lagian ini salah kamu kenapa gak mau punya anak dua! Kalau kita punya anak dua dan semuanya kayak Althea, kan kita gak bakal berantem kayak gini! Lagipula perusahaan aku juga butuh suntikan dana tahu!"
Althea memutuskan untuk tidak mendengarkan lebih jauh lagi. Dia muak mendengar orangtuanya yang memperebutkan uang kompensasi dari hasil pengambilan darahnya, alih-alih memperebutkan hak asuhnya.
Dengan langkah lesu, Althea berjalan ke kamarnya dan merebahkan diri di kasurnya yang besar. Tak butuh waktu lama, Althea terlelap ke alam mimpi.
Entah berapa lama Althea tertidur. Yang jelas dia masih bisa mendengar suara pertengkaran dari bawah sana. Bosan, Althea memutuskan untuk mandi namun baru saja dia bangkit dari tempat tidurnya, rasa pening langsung menghantam kepalanya. Refleks Althea berpegangan pada dinding agar tidak terjatuh.
Althea memijit keningnya yang terasa pusing. Kenapa ini? Batin Althea bingung namun lama kelamaan rasa pusing itu mereda.
Ah, mungkin karena kelamaan tidur. Pikir Althea karena saat dia melihat jam, jam sudah menunjukkan pukul 10 malam.
Merasa lapar dan gerah, Althea amemituskan untuk melanjutkan langkahnya ke kamar mandi walaupun langkah kakinya kian melemah.
Althea tidak menghiraukan rasa pening yang masih tersisa di kepalanya. Dia pikir itu akan menghilang setelah dia berendam di air hangat. Althea pun merendam di di bathtub yang sudah terisi air hangat namun entah kenapa kini rasanya dadanya terasa sesak.
Althea mencoba merilekskan diri, berpikir bahwa semua baik-baik saja namun rasa pening dan sesak itu kian menjadi-jadi. Tak tahan, Althea segera membasuh diri dan keluar dari kamar mandi. Dia hendak memanggil Bibi namun karena dia baru selesai mandi, kakinya masih basah dan tidak sengaja terpeleset lantai kamar yang licin. Althea pun langsung terjatuh setelah keningnya sempat menabrak tepian meja kecil yang ada di samping pintu kamar mandinya. Gadis itu sontak tak sadarkan diri saat darah mulai mengalir pelan dari sudut kepalanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Altheargus ( On Going )
RomanceAlthea? Mereka bilang nama itu artinya adalah penyembuh. Itu benar, aku bisa menyembuhkan segala macam luka dan trauma tapi .... Aku bersumpah akan pergi apapun yang terjadi -Althea Vironika Warning! Plagiat dilarang kemari! Jangan membawa benda ta...