Bebas Bersyarat

19 2 0
                                    

Sebuah selang tertancap di depan jalur pernafasan seorang gadis dengan rambut panjang. Gadis yang tak lain adalah Althea.

Perlahan kedua mata Althea terbuka, aroma khas rumah sakit dan langit-langit ruangan yang putih menjadi petunjuk keberadaan dirinya.

Apa yang terjadi? Batin Althea linglung.

Seingatnya dia berendam air hangat untuk menghilangkan rasa pusing setelah tidur nyaris seharian. Namun mendadak dia merasakan sesak dan keluar dari kamar mandi. Setelahnya dia terpeleset dan dia tidak ingat apa-apa lagi.

Althea menoleh begitu pintu ruangan terbuka. Tampak seorang dokter bule dengan rambut nyaris memutih seutuhnya memasuki ruangan diikuti oleh seorang suster di belakangnya.

Dokter itu tersenyum melihat Althea sudah sadar.

"Bagaimana keadaanmu, Nika? Ada yang terasa sakit?" atnya dokter itu sambil memeriksa kondisi tubuh Althea.

Althea membuka mulutnya, dia ingin bicara namun suaranya tidak mau keluar, terasa serak.

Sang suster dengan sigap membantu Althea meminum segelas air putih.

Setelah beberapa tegukan, Althea merasa lebih nyaman.

"Kepalaku sedikit pusing dan napasku masih agak sesak, Dokter Alex," jawab Althea setelah dia kembali berbaring di ranjang rumah sakit.

Sang dokter mengangguk paham. Dia lalu mencatat keluhan Althea.

"Ada lagi?"

"Saya merasa mengantuk," jawab Althea lantas menguap pelan.

Dokter Alex mengernyitkan dahi. Dia lalu menatap sang suster, isyarat agar dirinya pergi.

Suster itu mengangguk menerima kode tersebut. "Cepat sembuh, ya, Nika. Ayah bisa kelimpungan kalau kau juga sakit," candanya.

Althea mendengus mendengar penuturan suster tersebut. "Dokter Alex kan emang selalu aku reportin, Kak Lita. Kalau aku gak sakit, ya mana mungkin aku ke rumah sakit." Mendadak raut wajah Althea berubah. "Kecuali untuk hal itu, sih."

Suster Lita tidak berkomentar lebih jauh lagi. Dia segera pamit dari sana.

Sepeninggal suster Lita, suasana berubah sangat hening.

Dokter Alex yang sibuk dengan pikirannya dan Althea yang menunggu untuk menerima penjelasan yang akan keluar dari mulut dokter itu.

"Althea, dulu saya pernah bilang kepadamu kalau kamu itu punya darah yang spesial 'kan?" ucap dokter Alex membuka pembicaraan.

Althea mengangguk. Dia ingat itu, kejadian saat usianya masih lima tahun.

Kala itu dirinya berada di tempat wisata alam bersama orangtuanya. Namun tanpa sengaja sebuah mobil menabraknya. Kebetulan mobil itu milik dokter Alex. Dokter Alex segera membawa Althea yang terluka parah ke rumah sakit terdekat tempatnya bekerja. Namun saat dia dalam masa pengobatan, para dokter dan suster terkejut melihat luka-lukanya pulih dengan cepat bahkan tanpa meninggalkan bekas. Hal itu menarik minat para dokter, terutama dokter Alex yang memang gemar menyelidiki kelainan genetika.

Setelah diskusi panjang dengan orangtuanya, tim yang dipimpin oleh dokter Alex memutuskan untuk meneliti darahnya dan mereka menemukan bahwa sel darahnya telah bermutasi hingga membuat darahnya bisa melakukan regenerasi dengan cepat. Itu adalah awal mula dia menjadi objek penelitian hidup mereka. Sejak saat itu, setiap 2 bulan sekali, dia akan datang ke rumah sakit di pusat kotanya guna diambil darahnya dalam jumlah tertentu. Terkadang sedikit, lebih sering banyak hingga dia pingsan.

"Karena kespesialan darahmu, kamu menjadi bahan percobaan kami. Aku sungguh minta maaf karena telah menabrakmu waktu itu. Andai waktu itu kau tidak terluka parah, sampai saat ini kau pasti bisa hidup normal seperti remaja kebanyakan," sambung dokter Alex.

Altheargus ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang