pertemuan

22 3 0
                                        

"Pagi, The," sapa Aqila ceria.

Althea mengangguk sebagai balasan, mata gadis itu terpejam menikmati alunan musik yang terdengar melalui earphone.

"Lagi dengerin apa, sih? Fokus amat. Ikut dong," ucap seseorang lantas tiba-tiba mencabut sebelah earphone Althea dan memakaikannya ke telinganya.

Lagu Regret Messege langsung mengalun di indra pendengarannya.

Althea dengan cepat menarik earphone miliknya dari telinga Argus, orang yang seenaknya mengganggu paginya yang tenang. Tanpa sepatah katapun dia pergi begitu saja, bertepatan dengan Zio yang baru saja masuk ke kelas.

Zio melirik Althea sekilas lantas berjalan menuju Argus, langsung merangkul lengannya dengan manja.

"Sayang, kok ninggalin aku sih tadi?" tanya Zio Dnegan nada manja.

Aqila menatap mereka jijik. "Kalau mau mesra-mesraan jangan disini dong! Ganggu orang tahu gak?" ketusnya.

Zio meliriknya sinis. "Sirik aja Lo. Makanya jangan kelamaan jomblo," sinisnya.

"AP-"

"Lepasin, Zio," perintah Argus dengan nada dinginnya.

Zio menatapnya tidak setuju, kian mengeratkan pelukannya. "Ah, kamu kok gitu sih? Kita kan udah tunangan," rajuknya.

Dengan kasar Argus melepaskan rangkulan Zio hingga gadis itu nyaris terjatuh ke belakang. Beruntung g Zio sigap menjaga keseimbangannya.

"Dengar, ya, Zio Ling Zhi," ucap Argus sambil menipiskan jarak diantara wajah mereka.

Jantung Zio berdegup kencang tanpa alasan.

"Gue nerima pertunangan ini atas dasar permintaan mama gue. Selain didepan mama, jangan harap Lo bisa deket apalagi mesra-mesraan sama gue. Gue ilfeel," lanjutnya sambil menekankan kata terakhirnya lantas pergi begitu saja, meninggalkan Zio yang mematung tidak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar.

Aqila menutup mulutnya agar tidak kelepasan tertawa walau nyatanya gagal. "Tertolak rupanya," kekehnya, jelas dia mendengar percakapan keduanya tadi. "Makanya jangan caper. Tertolak kan jadinya?"

Zio mendengus pelan, langsung meletakkan tasnya dan pergi keluar kelas bersama Veera.

Sementara itu, Althea baru saja tiba di rooftop. Tanpa memandang sekeliling, dia langsung menuju pagar pembatas dan menyandarkan tubuhnya disana.

"Kalau mau bunuh diri jangan disini, deh. Soalnya udah banyak rumor hantu di sekolah ini apalagi disini," celetuk seseorang.

Refleks Althea membuka matanya yang semula terpejam. Dia mencari sumber suara, langsung mendapati kakak kelasnya yang kemarin ia tabrak.

"Kak Wish?"

Wish membuka sebelah matanya, memandang Althea penuh tanya. "Apa? Mau minta tolong buat bunuh diri?"

Entah kenapa pertanyaan wish yang menyebalkan itu tidak membuatnya tersinggung.

"Kak Wish ngapain disini?" tanya Althea basa-basi.

Wish berdecak kesal. "Ya tidurlah. Emang Lo mau bunuh diri," ketusnya.

Althea justru terkekeh mendengar jawaban ketus itu. "Siapa bilang aku mau bunuh diri? Nethink nulu deh."

Wish ber-oh pelan lantas melanjutkan tidurnya.

Althea juga tidak mengusik kakak tingkatnya itu. Dia lebih memilih memandang langit pagi yang nampak mendung.

"Keknya mau hujan, deh," gumamnya pelan hingga hanya dirinya yang bisa mendengar. Tatapan Althea lalu beralih pada sosok Wish yang masih tiduran di atas tumpukan kursi yang sudah rusak.

Entah apa yang merasuki gadis itu, dia memutuskan untuk mendekati Wish dan mencubit pipinya.

"Aduh, apaan sih?!" seru Wish, kesal karena acara tidur paginya terganggu.

Althea terkekeh mendengar gerutuan itu. Dia lalu menunjuk ke arah langit yang nampak kelabu. "Mau hujan, Kak. Kak Wish mau tiduran di bawah hujan?"

Wish berdecak lantas memandang langit. Benar kata Althea, sudah mau hujan.

"Iya, iya, gue turun." Dia lalu menoleh ke arah Althea yang belum beranjak dari posisinya, gadis itu justru nampak menikmati langit yang kian menggelap.

Angin kencang bertiup, membawa aroma tanah dan bau khas hujan, menyibak rambut panjang Althea hingga rambutnya berkibar mengikuti irama angin. Mata gadis itu terpejam, seolah menikmati setiap sentuhan yang alam berikan padanya.

Entah kenapa Wish terpaku melihat sosoknya kali ini. Di matanya Althea terlihat seperti seorang peri hujan yang rapuh, indah namun menyimpan kesedihan mendalam.

Tanpa sadar dia menepuk bahu Althea. Sontak Althea menoleh ke arahnya.

"Ada apa, Kak?" tanya Althea.

Wish mengerjapkan matanya sekali. Ada apa? Dia sendiri juga bingung kenapa mendadak menepuk bahu gadis itu.

"Kak Wish?" tanya Althea sambil mengibaskan tangan kanannya di depan wajah Wish yang tengah melamun.

Wish tersentak dari lamunannya. Dia lalu memandang Althea yang masih menunggu jawaban darinya. "Lo ... suka hujan?"

Entah kenapa malah pertanyaan itu yang keluar dari bibirnya.

Wajah Althea tampak bingung namun hanya sesaat sebelum gadis itu tersenyum ceria.

"Iya, aku suka banget sama hujan." Mendadak sorot matanya berubah sendu. "Tapi sayangnya aku gak dibolehin hujan-hujanan."

"Kenapa? Kan seru," celetuk Wish begitu saja.

Dalam hati Wish merutuki mulutnya yang asal ucap.

Althea tertawa namun ada yang beda dari tawanya, terasa hambar. "Seru bagi orang lain adalah penderitaan bagi aku, Kak." Setelah berkata demikian, Althea pergi meninggalkan Wish yang masih termenung di tempatnya.

Ucapan Althea yang sarat akan kesedihan dan kesepian itu membuat hati Wish terusik.

Apa maksud ucapan gadis itu?

"Tunggu-"

Ucapan Wish terpotong saat dia menyadari bahwa tidak ada sosok Althea disekitarnya. Namun rasa penasaran Wish sudah terlampau besar. Dia memutuskan untuk mendatangi gadis itu di kelasnya namun dia baru teringat akan satu hal penting.

Dia bahkan tidak tahu nama gadis itu, bagaimana dia mencari kelasnya?

Hai~~ apa ada yang nunggu Altheargus update?🤭

So, apakah Wish berhasil mengetahui nama Althea? Adakah yang bisa menebak hasilnya?❤️

Silakan komen, ya, teman-teman ❤️

Altheargus ( On Going )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang