Pemandangan yang Tidak Terduga

3 2 0
                                    

Aldwin mengendarai mobil ku dan kami pergi ke TCC Mall,sebelum sampai disana, kami mampir ke KFC untuk makan terlebih dahulu, kemudain lanjut ke mall dan masuk ke toko baju. Aldwin dengan gaya ala stylish nya memilih beberapa helai kemeja dan jas wanita dan menuyuruh ku mencoba dikamar pas. Kemudian setelah ku coba aku keluar dan Aldwin berkata itu sangat cocok dengan ku. Kemudian dia memilih beberapa highheels dan menyuruh ku mencobanya. Dia lebih cocok mengambil jurusan stylish ketimbang IT.

Akhirnya kami sudah selesai berbelanja dan kami menuruni eskalator, melewati beberapa toko dan menuju pintu keluar. Tiba-tiba mataku tertuju kepada seseorang yang sangat-sangat ku kenal sedang berada di mall ini. Langkah ku terhenti sejenak dan Aldwin bertanya kepadaku ada apa. Aku mengisyaratkan jari telunjukku supaya dia tidak bersuara Itu Darren kan?Aku bertanya dalam hati, apakah aku tidak salah lihat? Dia dengan mesranya sedang berjalan bersama perempuan lain. Aku menarik Aldwin untuk mengikuti langkahku dan mereka sedang ke toko bunga, dan benar saja, dia memberi cewe itu seboquet bunga mawar putih dan mencium keningnya kemudian cewe itu dengan mesra memeluknya ditempat umum, yang membuat amarah ku memuncak adalah pada saat telingaku tidak sengaja menangkap kata "sayang" yang terlontar dari bibir cewe itu dan kemudain dibalas oleh Darren. Amarahku sudah memuncak dan aku sudah siap untuk berkelahi dengannya di tempat. Aku sudah memasang ancang-ancang untuk menghampirinya, namun tiba-tiba Aldwin langsung menarik tanganku dengan paksa dan menyeretku pergi meninggalkan mall dan masuk ke mobil kemudian dia membawaku ke suatu tempat yang tidak ku ketahui.

"Lo kenapa sih ngehentiin gua?! Kenapa lo ga ngebiarin gua nyamperin dia?!" emosi ku meledak dan aku memukul-mukul tangannya yang sedang menyetir. Aku sudah tidak perduli apa-apa lagi saat itu.

(Hening)

"Heh, lo jangan ngacangin gua ya, sekarang putar balik itu mobil. Cepet!"

(Hening)

"Akkh" aku meringis terbanting ke jok mobil karena mobilyang dikendarainya tiba-tiba melaju dengan kecepatan yang tinggi,kemudian berbelok dengan kecepatan diluar batas hingga aku hampir terbentur kaca jendela. Tak lama kemudian mobil ku telah bergerak sampai ke padang rumput yang sangat luas dan sepi dan ada sebuah pohon besar di tengah-tengahnya. Jarak antara mobil dengan pohon tingal 50 meter lagi namun Aldwin masih tidak memelankan mobilnya.

"Aldwin please stop!" Bentakku.

(Hening)

"Aldwin stop the car!!"

(Hening)

Jarak mobil dnegan pohon tinggal 10 meter lagi sebelum kami tabrakan

(Crittttttt) (bunyi mobil di rem)

"Arrghh" teriakku sambil menutup kedua wajahku dengan tangan. Untung saja aku memakai sabuk pengaman, kalau tidak tubuhku sudah melayang dan kepalaku membentur kaca depan mobil.

Aku membuka pintu mobil dan keluar, kaki ku yang tidak kuat lagi menopang badanku akhirnya jatuh. Aku muntah karena sangking takutnya dan Aldwin tidak menggubrisku sama sekali. Semua yang telah ku makan akhrinya ku keluarkan kembali dan aku hampir tersedak dengan muntahanku sendiri. Aldwin yang melihat ku bernafas terengah-engah langsung menepuk-nepuk pundakku

"Im sorry, im sorry, " Ucapnya berulang-ulang sambil menepuk-nepuk punggungku dan mengusap nya.

"Ueekkkkk" aku merasakan ini muntahan yang terakhir dan telah keluar semuanya, pandangan disekelilingku mulai kabur dan aku hampir kehilangkan kesadaran ku. Aldwin menarik tubuhku ke pangkuannya, dapat kurasakan dada bidangnya yang hangat sesaat sebelum akhirnya kesadaranku kembali dan,

(Plakk) aku menamparnya.

"Lu udah gila ya?!" teriakku dihadapannya.

Dia menunduk, hening.

"Padahal waktunya udah pas buat ngelabrak dia ditempat, tapi kenapa lo mengacaukan segalanya?"

"Jawab aku kenapa?! Kenapa aku harus melihat itu?! Kenapa dia harus berbuat seperti itu dibelakangku, kenapa?! Arrghh!!" aku memukul-mukul dirinya.

Aldwin yang sejak dari tadi diam tiba-tiba mengepalkan tangannya dan memegang pergelangan tanganku dengan kasar, kemudian memojokkanku dengan kedua tangannya. Dapat ku rasakan amarah yang sebentar lagi akan meledak.

"Sadar lah Yurika Miyazaki, SADAR! Tidak ada gunanya lu mempermalukan dirimu di depan umum cuman karena laki-laki seperti dia. Lu harus ingat kalau lu itu anak dari keluarga Miyazaki yang terhormat. Bagaimana bisa aku diam saja dikala lu ingin menghancurkan reputasi lu. Sifat lu kayak gini tuh ga elegan, rendahan ,tau ga lo!" bentaknya dengan menekankan setiap kata-kata yang dia ucapkan.

"Lepasin aku gak?! Aku mau akkh--" aku menggunakan kaki ku untuk menendang kakinya namun  kakinya lebih dulu berbalik memojokkanku dengan posisi kaki kirinya berada di antara kedua kaki ku. Aku tidak bisa bergerak.

"Yurika jangan salahkan aku karena aku terlalu kelewatan tapi ini untuk kebaikan lu, gua udah ngingetin lu kalau semua orang tidak bisa dipercaya dan jaga diri lu yang bener, tapi lu ngebiarin diri lu disentuh-sentuh, diraba-raba terus dilumat cowo jahanam itu, bukan itu aja dia ngelumat lu udah ngelewatin batas dan lebih parahnya kalian ngelakuin itu di lingkungan sekolah. Dimana kehormatan mu sebagai wanita ha? Kalau keluarga lu tau tentang ini, lo tau kan akibatnya? Kenapa aku bisa bilang seperti ini, ya karena aku ngeliat dengan matakepala aku sendiri dan itu ga bisa lo bantah. Lo bisa mikir ga sih? Dan sekarang lo bilang lo mau balik ke tempat tadi buat berantem sama dia dan lo masih berharap sama dia? Dimana otak lo? Dimakan sama rayap, atau otak lu udah ga ada lagi? Cowo seperti itu harusnya lu tinggalin, buat apa lo nyakitin diri lo terus memepermalukan diri lo cuman buat dia yang ga ada gunanya? Buat apa aku tanya, ha?!"

"Hiks--- kenapa gua bisa percaya sama dia? Hiks—karena lo ga liat bagaimana dia nembak gua pas kemarin, dia bilang atas nama tuhan dia bersumpah kalau aku miliknya seorang, karena dia berani bersumpah dan itu membuat gua percaya banget sama dia," Aku menangis terisak, mencari pembelaan.

"Hanya kata-kata sampah itu membuat lu percaya? Lu ga jauh beda sama jalang-jalang yang berada diluar sana, bedanya kalau mereka dibayar pakai uang, kalau lo cuman dibayar pakai kata-kata manis, lu harus sadar itu,"

Mutlak. Kata-kata itu telah merobek harga diriku, bahkan aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. 

S E E   Y O U   I N   N E X T   C H A P T E R

Wings Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang