Aldwin POV

5 2 2
                                    


Aku sudah tidak bisa menahan lagi amarahku dan mengeluarkan begitu saja tanpa memikirkan perasaannya. Aku sudah tidak perduli lagi bagaimana selanjutnya karena hanya itulah yang membuatnya sadar.

Aku menghempaskan tanganku dan mundur beberapa jarak, teman baikku meremas dadanya sambil menangis sesengukan, aku terdiam dan membiarkannya sejenak lalu menariknya ke pelukan ku. Hanya itu cara menenangkan seorang perempuan yang menangis parah. Setelah kurang lebih setengah jam ia menangis parah, baju ku menjadi basah dan lengket lantaran air mata dan ingusnya yang menempel, Aku mengelap air matanya dan memberinya tissue.

"Let me alone please, just a while and we will go home" ucapnya lirih sambil membuang ingusnya dengan tissue.

Aku melihat dirinya berjalan berjauh beberapa meter dari ku, dia menghentikan langkahnya dan menatap padang rumput yang sedang diterpa angin. Tak lama kemudian dia berteriak melepaskan emosi nya dan berbalik kearahku. Sesaat aku dapat melihat ekspresi bencinya namun kemudian aku tersadar dia hanya sedang membuat senyuman manis di wajahnya dan berjalan ke arahku. Dengan ekspresi innocentnya dia mengajakku pulang, seolah-olah dia telah melupakan semuanya. Aku ingin meminta maaf dengannya karena sikap dan cara bicaraku yang kelewatan, namun ku urungkan niat itu, aku tidak ingin membuatnya mengingat kembali kejadian tadi.

Aku mengendarai mobil dengan tenang kali ini. hening, tidak ada yang memulai pembicaraan, sesekali aku melihat kearahnya, wajahnya memaling ke kaca lalu aku melihat kearah depan, kemudian lampu yang hijau kini berubah menjadi merah. Aku mengubah posisi drive menjadi netral. Sekali lagi ak melihat ke samping, dan Yurika tidur dengan polosnya. Aku mengambil HP ku dan memfotonya diam-diam. Foto itu akan ku jadikan story pada saat ulang tahunya di tahun depan. Dapat ku bayangkan dia akan mencubit perutku dan mendumel habis-habisan. Akhirnya lampu berubah menjadi hijau dan aku menjalankan mobilnya hingga sampai kerumahnya.

(Ting tong) aku memencet tombol rumahnya, tak lama kemudian seorang pelayan membuka pintu rumah itu dan menanyakan tujuan ku, kemudian aku memberitahu agar papa nya Yurika datang untuk menggendong anaknya karena aku tidak enak membangunkannya disaat dia sedang tidur. Sesaat kemudian, ayah Yurika keluar dan mengendong putrinya ke kamar pribadinya, setelah itu ayahnya menyuruhku ke ruangan pribadinya dan menginterograsi diriku, ahh betapa mengerikannya di interview sama bapak orang.

"Terimakasih karena sudah mengantar anak saya pulang, kamu tunggu sebentar disini, saya akan menyuruh supir pribadi saya untuk mengantarmu pulang," ujar bapaknya dengan ramah namun tatapanya tegas.

"Ehh gausah repot-repot om, sama-sama om," ujarku

"Gapapa,anggap saja itu rasa terimakasih saya "

"Makasih ya om" ujarku dengan sopan.


S E E   Y O U   I N   N E X T   C H A P T E R

................

Wings Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang