[03]

19 2 0
                                    


Selepas beberapa hari kemudian setelah menolak permintaan untuk menjadi tutor di kelompok tarian tradisional, kala hari hari pertamanya ia masuk sekolah dan menjadi anak kelas XI.

Kini, di pagi ini, nampak seorang gadis cantik itu tampak begitu tenang dalam tidurnya, tak peduli dengan bisingnya suara alarm yang kian berdering dari waktu ke waktunya. Sinar mentari yang jelas menyelinap masuk di sela tirai pun tak dapat mengusik sang penghuni ruang, burung yang terus berkicau pun layaknya penghantar tidur yang semakin melelapkan.

Tok … tok … tok ….

"Alena, bangun 'nak. Udah siang, nanti kamu terlambat." Seru seseorang di balik pintu dengan nada yang begitu lembut dan terkesan penuh kasih.

Tok … tok … tok ….

"Alena."

Dor … dor … dor ….

Pintu pun mulai di ketuk dengan cukup keras, terdengar cukup cepat seperti terburu buru.

"Alena." Seru Ibu mulai berteriak di balik pintu kamar. Yah, mama lah yang sedari mengetuk dan berusaha membangunkan putri semata wayangnya. Merasa tak ada sahutan dari dalam kamar, mama pun mulai jengah.

Bugh … bugh … bugh ….

Gedoran di pintu itu sangatlah keras, menimbulkan bekas merah pada tangan yang menghadirkannya.

"Alenaaa!" Seru Ibu dengan berteriak hingga suaranya erdengar sedikit serak.

"Alena, bangun!" Ujar Ibu sambil mencoba untuk membuka pintu yang bisanya terkunci, dan akhirnya …

Ceklek ….

Suara daun pintu yang mulai terbuka pun terdengar amat menyebal, kenapa tidak sedari tadi saja ia membukanya. Tau begini 'kan ia tak perlu membuang tenaga.

Nampak sosok yang sebagai tubuhnya tertutupi oleh selimut hangatnya. Begitu damai dan tentram. Tak tahukah ia, bahwa sekejap lagi akan ada hujan petuah yang akan terluncurkan.

1 …

2 …

3 …

"ALENAAAAAA!" Teriakan itu tak dapat lagi terelakan, begitu memekakan telinga, mengejutkan Alena yang tengah tertidur pulas.

"Habis sudah image ramah dan lemah lembutku." Ujar Ibu membatin.

"Apasih, ma? Pagi pagi berisik mulu." Protes Alena.

"Gak ada kata pagi, ini udah kelewat siang, Alena. Kamu mau telat ke sekolah, hah?" Cerocosnya.

"Baru juga jam 6." Elak Alena dengan mata sipit yang sedang berusaha memokuskan pandangannya pada jam weker.

"ALENA! LIHAT JAM YANG BENAR." Tegas sang ibu.

"Aku ngantuk, ma."

"Alena …."

"Iya-iya." Alena pun membenarkan posisi duduknya dan neraih jam weker di nakas samping tempat tidurnya.

"MAMAAAAAAAA …." Teriak Alena kala melihat jarum jam sudah menunjukan pukul 06:30 pagi.

"Kenapa, sayang?" Tanya Ibu dengan nada yang dibuat selembut mungkin. Seketika Alena menuruni tempat tidurnya dan dengan cepat berlari menuju kamar mandi.

Hanya membutuhkan waktu 10 menit, Alena pun telah menyelesaikan urusan tubuhnya. Kini waktunya ia merias dirinya. Merias? Alena merias dirinya bukan menjadi seperti tante, hanya saja ia menggunakan body lotion dan sedikit parfum untuk tubuhnya.

Selepas ia menyelesaikan segala urusan tubuhnya, dengan terburu buru ia meraih tas, handphone dan kunci mobilnya. Telat? Kata keramat yang belum pernah ia coba, dan sekarang ia mengalaminya karena ulahnya. Yah, ulahnya semalam, ia begitu lupa akan waktu kala melihat cover dance dari boyband idolanya.

Moeslim K-Pop [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang