Keheningan memenangkan waktu sejenak. Ken dan Plan duduk bersebelahan di bawah ranjang. Keduanya bersender pada bagian tepi ranjang.
"Malam ini akan menjadi malam yang panjang," sahut Ken sambil menatap Plan sambil tersenyum.
"Maafkan aku, Paman, aku tidak mengerti dengan yang kau katakan. Kenapa kau bilang kepadaku bahwa kau Pho," ujar Plan sambil mengernyitkan alisnya.
"Karena kau anakku," ujar Ken dengan tenang. Ia tersenyum dan menatap Plan.
Plan tersentak kaget. Mulutnya menganga dan tatapannya jelas tak percaya. Ia bahkan menggelengkan kepalanya untuk menegaskannya.
"I, uhm i-tu artinya, aku dan Mean bersaudara?" Plan tak bisa lagi mengontrol dirinya. Air matanya keluar membayangkan yang telah ia lakukan dengan saudaranya sendiri sangatlah menjijikkan.
"Astagaaa!" Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya sambil mulai menangis meski tak bersuara.
"Secara teknis, iya. Di mata keluarga ini, khususnya," sahut Ken sambil masih menatap Plan yang menangis di balik kedua tangannya itu. Jelas ia tahu yang terjadi sebenarnya antara Mean dan Plan dan itu seperti bagian dari harapannya.
"Sebaiknya kau tenangkan dirimu. Jika kau berpikir kau bercinta dengan saudaramu sendiri, itu salah," lanjut Ken.
"Eh? Paman tahu?" Plan kaget. Ia mengangkat wajahnya dan ekspresinya terlihat malu.
"Selama ini, Pho mengawasi dirimu karena hanya itu yang bisa Pho lakukan untuk menjagamu," ujar Ken lembut. Tangannya menjulur ke kepala Plan dan membelai rambutnya perlahan.
"Sekarang, maukah kau mendengarkan cerita Pho? Pho akan menjelaskan semuanya kepadamu, agar kau paham dan bisa memafkan Pho. Itu harapan Pho," sahut Plan.
"Karena itukah Mae selalu bilang aku tak boleh membencimu," ujar Plan lirih.
"Mai. Kau seharusnya membenciku sebab aku tak menjagamu dengan baik seperti ayah lainnya. Tapi, percayalah, Pho pun sangat menyesal melakukan ini. Tapi, ini semua untuk keselamatan kau dan ibumu," ujar Ken lagi. Ia menatap Plan dengan perasaan yang berkecamuk.
"Mungkin Pho benar. Kau harus bercerita kepadaku dan setelah itu, aku akan memahami semuanya," ujar Plan lagi.
"Kau panggil apa aku tadi?" Ken tak percaya dengan panggilan yang Plan suarakan baru saja.
"Pho. Aku memanggilmu Pho," jawab Plan.
"Anakku," sahut Ken dengan mata berkaca-kaca dan tak ayal lagi, dia langsung memeluk Plan dengan bahagia. Ken mulai bercerita.
Ibu dan ayah Plan bertemu pertama kali saat mereka kuliah di Prancis. Saat pertama saling kenal, mereka sudah tahu bahwa mereka saling jatuh cinta. Tak perlu waktu yang lama bagi mereka untuk akhirnya menjalin hubungan dan kemudian memutuskan untuk tinggal bersama dalam satu apartemen.