Chapter 10

422 57 9
                                    

"O, wajahmu terlihat sangat bahagia. Adakah yang ingin kau ceritakan kepadaku?" tanya Ken kepada Plan.

Mereka duduk di gazebo pinggir danau, menikmati pemandangan bebek yang berenang ke sana kemari menyuarakan kebahagiaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mereka duduk di gazebo pinggir danau, menikmati pemandangan bebek yang berenang ke sana kemari menyuarakan kebahagiaan.

"Pho, aku dan Mean, uhm, tadi malam, kami melakukannya," ujar Plan dengan wajah memerah. Ayahnya yang jelas sudah tahu langsung terbahak dan menatap Plan seolah tengah mengejeknya.

"Dia bagus?" tanya Ken sambil memicingkan matanya. Ia mendekatkan wajahnya. Tatapannya benar-benar mengejek Plan.

"Astagaaa! Phooo! Aku sudah cukup malu mengatakannya. Kenapa kau mengejekku?" ujar Plan sambil menundukkan kepalanya, menyembunyikan wajahnya yang memerah.

"O, kuharap kau bahagia," sahut Ken. Ia merangkul bahu Plan dan Plan menyenderkan kepalanya di lengan Ken.

"Terima kasih, Pho," ujar Plan.

"O, ya, Pho, boleh aku tanya sesuatu?" tanya Plan lagi dan menatap Ken dengan ramah.

"Uhm, tentu saja," sahut Ken.

"Aku punya tiga pertanyaan," ujar Plan.

"Wah, banyak sekali," sahut Ken.

"Katakanlah!" lanjutnya.

"Yang pertama, ini tentang istri-istrimu yang lain. Yang kedua sampai yang keenam," ujar Plan.

Ken mengernyitkan alisnya. Ia diam menunggu Plan mengeluarkan pertanyaan.

"Mereka tak pernah punya anak. Apakah karena kau tak pernah menyentuh mereka?" tanya Plan.

Ken terhenyak. Ia meneguk ludah lalu mengembuskan napasnya dan setelah itu ia tersenyum lalu menganggukkan kepalanya.

"Yang kucintai hanya ibumu," ujar Ken sambil menyimpan tangannya di atas kepala Plan.

"Kalau begitu, bolehkah aku meminta sesuatu darimu," sahut Plan.

"Hei, kau belum memberitahuku dua pertanyaan lain dan sekarang kau sudah meminta sesuatu kepadaku," sahut Ken sambil merebahkan dirinya.

"Karena ini masih ada kaitannya dengan mereka," sahut Plan. Ken mengernyitkan alisnya lalu menganggukkan kepalanya.

"Baiklah, katakan saja!" ujar Ken.

"Bisakah kau ceraikan mereka?" tanya Plan. Ken membelalakkan matanya.

"Kenapa? Mereka hidup bahagia di sini," ujar Ken.

"Itu pendapatmu. Mereka memang bahagia karena mereka memiliki jaminan dalam hidupnya. Tenang karena menikmati kekayaanmu, tapi juga kau menyiksa batin mereka karena kau tak pernah memberikan hak batin mereka. Mereka tak akan berani memintanya sebab bagi mereka kau adalah Dewa. Lepaskan mereka! Biarkan mereka memiliki cinta dan berikan hak mereka. Pho punya harta yang berlimpah. Memberikan sebagian saja tak akan membuat Pho menjadi miskin," terang Plan.

THE SEVENTH LADYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang