CHAPTER 3

960 134 16
                                    

"Hyung... aku tahu yang kau pikirkan-"

"Sungguh?" Potong Jaehyun, tidak menghiraukan ekspresi terkejut Jungwoo. "Lalu apa yang kupikirkan, Jungwoo?"

"Taeyong-hyung... dengan pureblood baru itu..." Suaranya semakin kecil, tapi ia yakin itulah yang Jaehyun pikirkan mengingat bagaimana hafalnya dia dengan hubungan antara ketuanya dengan Jaehyun.

Jaehyun tersenyum kecil, jauh dari kata senyum hangat. "Bukan." Lalu ia berdiri di tepat di depan Jungwoo. Matanya seakaan menusuknya dan Jungwoo segera menurunkan pandanganya, memilih untuk tidak menatapnya lebih lama. "Terimakasih telah mengkhawatirkanku." Ia menepuk bahu Jungwoo pelan dan pergi melaluinya.

Jungwoo terdiam, dia tahu Jaehyun berbohong. Ia harus mengatakan sesuatu. Namun saat ia berbalik, "Jaehyun-hyu-" ia tercekat saat melihat Johnny bersender di pintu ruangan itu.

Johnny melipat kedua tangannya di dadanya. "Bicaralah padanya besok, dia tidak akan mendengarkanmu dalam keadaan panas."

Jungwoo terdiam, namun dia menangkap sesuatu dari ekspresi Johnny. "...Apa Johnny-hyung mengetahuinya?"

Johnny menaikan satu alisnya, "mengenai rasa suka kalian berdua kepada Taeyong? Dan kalian yang seakan rival dalam memperjuangakan rasa suka kalian kepada Taeyong walupun ekhem," Ia berdahem, lalu merendahkan sedikit suaranya, "Taeyong sepertinya tidak tertarik dengan kalian berdua?"

Jungwoo menundukan pandangannya, lalu mendengus geli. "Sudah kuduga... kau tahu semua yang ada di mansion ini..."

Johnny tersenyum miring, "Aku bahkan tahu bagaimana kehidupan Taeyong sebelum ia menjadi pemimpin covin."

"Sungguh? Taeyong-hyung menceritakannya? Bahkan Doyoung-hyung mengatakan jika Taeyong-hyung tidak pernah menceritakan masa lalunya kepadanya atau bahkan kepada siapapun."

Senyum miringnya masih sama, namun ekspresi tidak terbaca jelas. "Kenapa kau yakin Taeyong yang menceritakannya?"

Jungwoo memiringkan kepalanya bingung, kalau bukan Taeyong yang memberitahukannya berarti, "...kau sudah mengenal Taeyong-hyung belum menjadi pemimpin Covin?"

Johnny tersenyum tanpa arti, mengiyakan dalam diam. "Ini rahasia kita okeh? Sejauh ini hanya Taeil-hyung yang mengetahuinya, jadi kuharap kau bisa diam atau aku akan memberi tahu Taeyong jika kau menyukainya sejak pertama kali dia-"

Jungwoo tercekat lalu dengan cepat ia menjawab, "A-aku tahu! Aku tidak akan memberi tahukannya kepada siapapun."

"Lagipula aku yakin besok Jaehyun akan mendatangimu dan meminta maaf, dan bicaralah padanya apa yang ingin kau katakan. Dan sekarang sebaiknya kau kembali ke kamarmu. Aku yakin Lucas menunggumu mengingat kamar kalian ada di lantai yang sama dan berdekatan."Ujarnya lalu berbalik dan meninggalkan ruangan itu.

"Aku mengerti. Malam Johnny-hyung." Susul Jungwoo.

"Malam, Jungwoo."

Dan hanya dengan itu mereka kembali ke kamar mereka masing-masing.

-.-

Keesokan harinya, Mark terbangun karena suara alarm ponselnya sendiri yang ia baru ingat tidak dia charge semalaman. Persetan, batinnya. Dan ia melanjutkan tidur, namun rasa tidak familiar akan ranjangnya sendiri-sialan, ranjang ini ranjang ternyaman yang pernah ia tiduri kembali membangunkannya, dan ia kembali tersadar kalau dia ada di mansion Taeyong. Ia bangun terduduk, menatap jendela dengan tirai yang masih tertutup rapat. Ia menghela napas berat dan mengusap wajahnya kasar. Ia membuka ponselnya, tertera jam setengah tujuh pagi dan baterainya yang sudah memerah, 21 persen katanya. Saat ia membuka notifikasi, ada satu-banyak pesan dari Donghyuck, 'Hyung biasanya ngabarin kalau sudah sampai rumah? Gang yang hyung suka lewatin kan banyak kasus.' Lalu 8 pesan yang hanya berisi 'hyung' lalu diakhiri, 'ketiduran ya? Okeeeh, malam mark-hyung.'

Dye in Red [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang