Chapter 16

389 48 4
                                    

Taeyong termenung kecil saat menemukan dirinya berbaring di atas rerumputan di tamannya. Bulan masihlah purnama seperti kemarin, sesuatu rasa familiar menggelitiknya dan ia tidak dapat menahan senyuman tipisnya.

Lalu ia membawa dirinya ke memori lama dimana dia masihlah sangat muda, kala itu bulan lebih jernih ini, langit masih bermandikan bintang. Di bawahnya ada Taeyong muda bersama pengasuhnya yang ia sayangi. Rerumputan di bawahnya terasa lembut, ia berbaring tengkurap untuk membaca buku yang ia baca.

Buku buatan manusia biasanya dilarang di kediamannya, tapi Taeyong muda sangat menyukainya jadi ia akan diam-diam membacanya bersama pengasuhnya di bagian terbelakang mansionnya. Tidak ada yang spesial dari buku itu. Itu hanya buku tentang pangeran dan putri dengan kisah impian mereka dengan akhir bahagia selamanya. Itu berbeda dari buku-buku yang biasa Taeyong baca, di dalam buku itu tidak ada bagian yang harus ia hafalkan jadi ia menyukainya.

"Pangeran ini seperti ayah." Ucap Taeyong muda. Menunjuk penggambaran sang pangeran yang memilki legaman hitam seperti gagak di musim dingin, kedua mata yang lebih dalam dari lautan dan seindah seribu malam, paras menawan yang kokoh dan tidak terjangkau. Bagai mimpi terdalam gadis-gadis muda di tidur mereka.

"Benarkah?" Ucap pengasuhnya lalu ikut melihat ke halaman buku yang Taeyong tunjuk. Lalu ia tersenyum kecil, "aku bisa melihatnya. Pangeran itu tentu mirip dengan Ayahmu. Lalu putrinya?"

"...Mm?" Taeyong kecil tidak pernah melihat Ayahnya bersama seseorang perempuan yang seperti putri di buku ini, jadi dia tidak memiliki gambarannya sama sekali. Lalu ia menggelengkan kepalanya, "tidak tahu..."

"Begitukah? Bagaimana jika Taeyong yang seorang pangeran? Apakah kau mengetahui siapa putrinya?"

Taeyong masih menggeleng. Dia tidak bisa melawan seorang naga dan menaiki kuda, dia tidak bisa menjadi seorang pangeran. "Aku tidak bisa menjadi pangeran..."

Pengasuhnya masih tersenyum kecil, lalu ia mengelus lembut kepala Taeyong. "Tentu Taeyong bisa, kenapa tidak bisa? ...Lagipula kau tidak perlu menjadi pangeran untuk menemukan seorang putri kan?"

"...mm?" Taeyong masih tidak mengerti, jadi dia hanya memiringkan kepalanya.

"Apa bagian akhir dari buku itu?"

"...Bersama cinta sejati mereka, akhirnya mereka hidup bahagia selamanya..."

"Nah, intinya cinta sejati yang membuat mereka bahagia. Bukan menjadi pangeran yang harus menemukan putri. Taeyong bisa menjadi diri sendiri."

"...untuk menemukan cinta sejati?"

"Bukan, sayang. Tapi untuk menjadi bahagia. Tapi Taeyong juga bisa mengartikannya seperti itu." Ucapnya ringan dan kembali mengelus helaian hitam Taeyong. Keduanya memilih untuk berbaring terlentang di atas rumput, melihat ke arah langit yang diisi oleh bulan dan bintang-bintang yang membentang sejauh mata memandang.

Taeyong mendekap buku itu dadanya, "apakah akan benar-benar bahagia?"

Pengasuhnya menoleh kepadanya? "Siapa?"

"Saat menemukan cinta sejati."

Pengasuhnya hanya tertawa kecil, "kau tahu, tidak harus cinta sejati untuk menjadi bahagia. Setiap orang memandang cara bahagianya berbeda-beda. Tapi untuk merasa dicintai dan mencintai... tentu itu bisa menjadi sesuatu yang membahagiakan..."

"Benarkah?"

Ya, Benarkah?

Ulangnya lagi di kehidupannya sekarang. Di bawah langit yang sama namun di waktu yang berbeda. Pada nyatanya Taeyong tidak pernah benar-benar mengerti apa yang dimaksud oleh pengasuhnya. Semakin ia beranjak dewasa, buku-buku dongeng yang ia baca kian mustahil untuk digapai, makin jauh dari realitanya. Taeyong tidak pernah benar-benar punya siapapun kecuali Ayah dan pengasuhnya kala itu, ia tidak memiliki ibu karena dia hanyalah properti milik ayahnya. Ibunya hanyalah alat berkembang biak untuk ayahnya, sehingga setelah melahirkan Taeyong, ibunya tidak memiliki urusan apapun untuk bersamanya sehingga ia meninggalkannya.

Dye in Red [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang