"Bunga-bunga Taeyong-hyung selalu terlihat segar." Jemari Jungwoo bermain pada kelopakan merah bunga mawar itu. "Wah, apa Taeyong-hyung benar-benar menyiram ini dengan darah sehingga warnanya bisa semerah ini?" tanyanya takjub.
"Aku meragukannya." Jawab Jaehyun dari bagian lain taman itu. Ia sudah tidak pernah benar-benar memperhatikan bunga-bunga itu sejak lama.
Ia hanya memperhatikannya saat Taeyong yang membawanya kesini, ia ingat betul saat pertama kali Taeyong mengajaknya mendatangi kebun mawar miliknya. Kendati demikian, Jaehyun dilarang mendekati bunga-bunga itu terlalu deket ataupun menyentuhnya. Jaehyun yang saat itu penasaran berjanji akan menjadi anak baik dan tidak akan merusak bunga-bunga itu. Namun Taeyong berdalih lain, ia hanya tidak ingin Jaehyun terkena duri dari mawar-mawar itu. Mengingat memori sekilas itu membuatnya tidak dapat menahan senyumannya.
Ia membawa jarinya menemui duri-duri itu, "kalaupun iya, mungkin ia menggunakan darahnya sendiri untuk mewarnai bunga-bunga ini." lanjut Jaehyun.
Di seberangnya, Jungwoo berbalik. Hanya memperhatikan jari telunjuk Jaehyun yang menancap di duri salah satu tangkai mawar itu.
"Orang itu terlalu baik untuk membagi-bagikan darahnya." Gumamnya dan menarik jari telunjuknya, lalu membaluri kelopakan itu dengan darahnya sendiri.
"...Apa Jaehyun-hyung, khawatir dengan Taeyong-hyung?"
"Tidak. Aku mengkhawatirkan Mark."
Jungwoo memiringkan kepalanya, "...Mark? Kenapa?"
Mata Jaehyun terfokus pada kelopakan yang basah itu. "... Taeyong-hyung... akan mengekang siapapun orang yang pernah meminum darahnya."
Jungwoo terdiam akan asumsi itu. Ia tidak dapat menyangkalnya atapun membenarkannya, karena pada dasarnya ia tidak pernah benar-benar mengenal Taeyong. "Mungkin... dia memiliki alasannya sendiri untuk melakukan itu kan?"
"Siapa yang tahu? Tapi apa yang kita tahu dari jalan pikirnya?"
"Mungkin Taeyong-hyung melakukan ini untuk kebaikan semuanya..."
Jaehyun mendengus geli, "Mungkin seperti itu..." sarkasnya. Tidak ingin memperpanjang obrolan ini lebih lama. "Aku akan kembali ke dalam. Dah Jungwoo."
Dan pada akhirnya selalu Jungwoo yang melihat punggung Jaehyun. Begitu kah? Apa benar Jaehyun mengkhawatirkan Mark atau itu hanya dalihnya jika dia tidak ingin ada seseorang yang meminum darah Taeyong lagi? Jika Jaehyun bisa meletakan, menunjukan betapa cemburunya dia terhadap Mark, Apa yang bisa Jungwoo tunjukan jika sebenarnya ia juga menyukai Taeyong?
Apa benar ini rasa suka? Jungwoo tidaklah mengerti. Tapi ia juga tidak mengetahui apa Jaehyun juga menyukai Taeyong atau hanya sekedar obsesi kekanak-kanakan? Namun apa yang ia tahu tentang perasaan? Dunianya penuh kehampaan sampai ia menemui Taeyong dan merasakan perasaan senang. Lalu hanya itu kah? Apa benar rasa suka hanya beresensi pada rasa senang? Ia meragukanya. Lalu benarkah ini rasa suka?
Jungwoo berdecak. Merasa aneh pada dirinya sendiri. Pada dasarnya apa yang vampire ketahui tentang perasaan suka ataupun cinta?
Ia kembali memperhatikan bunga-bunga mawar milik Taeyong yang sudah ada di taman ini jauh lebih lama dari yang ia ingat. Duri-durinya dan bunga-bunganya besar dan berwarna merah darah. Apa itu hasil dari rasa suka Taeyong terhadap bunga-bunga itu?
Ia memperhatikan bunga-bunga itu sampai ia mendengar seseorang memanggilnya. "Hyuuung!"
Jungwoo menoleh dan ia menemukan Lucas berlari ke arahnya. "Oh, Hai, Lucas." Sapanya lembut.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Tidak sedang apa-apa. Kau sendiri kenapa memanggilku?"
"Aku ingin mengajakmu masuk ke dalam." Ucapnya dengan senyum kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dye in Red [BL]
Fanfiction[Markhyuck, Jaeyong, etc] Vampire!AU Lee Mark, memiliki kehidupan yang normal sampai di suatu malam berbulan, tanpa kehendaknya ia menyerang seorang pria yang terlihat tidak keberatan dengan fakta jika ia telah diserang oleh Mark. Lalu keesokan hari...