"Kalau begitu... apa yang akan hyung lakukan jika aku masih tidak ingin melepas Donghyuck?"Taeyong terkekeh kecil pada nada berani itu. "Apa ya... mungkin membiarkanmu saja? Pada titik ini kau bahkan tidak bisa diberitahu lagi. Tapi itu pilihanmu, yang terpenting aku sudah mengingatkanmu."
Lalu Mark terdiam, sedikit kaget. "Sungguh?"
"Kau ingin jawaban apa? Kau berharap aku akan mengatakan 'Aku akan membunuh Donghyuck kalau kau masih tidak ingin melepasnya' atau semacam itu?"
"T-Tidak sih... hanya saja..."
"Itu pilihanmu. Kau akan mengerti."
"...J-jadi... Taeyong-hyung mendukungku?"
"...h-hm?"
Taeyong tidak yakin jika mendukung adalah kata yang tepat. Namun pada intinya, dia hanya akan membiarkan Mark memutuskan pilihannya sendiri setelah huru hara kemarin. Namun nyatanya, ia masihlah sedikit ragu akan jawaban yang jelas kedepannya seperti apa. Tapi jikalau memang tidak akan berakhir baik, bukankah ini bisa menjadi pelajaran?
Pada keheningan itu, Mark membawa dirinya pada pemikiran terselubungnya yang tidak pernah ia katakan pada siapapun bahkan pada dirinya sendiri. Pada satu pilihan yang begitu egois, pada satu pilihan yang mengubah takdir Donghyuck selamanya. Tapi apakah benar begitu jawabannya? Apakah itu pilihan yang bisa membuat mereka berdua bahagia nantinya?
Mark menoleh pada hamparan tanah taman yang sepi. Melemparnya pada memori lama saat ia bahkan tidak tahu jika vampire itu ada. Saat itu dia merasa kebahagiaan yang datar, hanya ada Donghyuck dan teman-temannya di pemikirannya, namun kali ini, hanya dalam sekelabat mata, pemikirannya diisi oleh ketakutan akan masa depan yang bahkan tidak jelas kepastiannya.
Di sampingnya, Mark melihat Taeyong masih memilih untuk diam, membiarkan angin bermain pada legaman eboninya yang berayun pelan. Bohong untuk mengatakan jika ia tidak membutuhkan Taeyong saat ini. Nyatanya ia sangat membutuhkannya.
Dan di antara Taeyong yang memiliki segalanya dan perasaannya kepada Donghyuck yang tidak pasti dapat menghantarkannya kepada kebahagiaan. Bukankah jelas yang mana seharusnya ia pilih?
Tapi kenapa ini semua terasa begitu sulit?
Lalu saa Taeyong sadar jika sedang diperhatikannya olehnya, ketuanya melemparkan satu senyum tulus. Sesuatu di dada Mark terasa dicubit.
"Hyu—"
"Taeyong-sshi apa yang kau lakukan disini?"
Sebuah suara menginterupsinya dan tahu-tahu yang ia dapatkan punggung Taeyong yang sudah ada di depannya, melindunginya dengan tegap dari asal suara tersebut. Mata Mark membulat, dan sesuatu di hatinya kembali terasa aneh sehingga ia membuang pandangannya.
"Ah, ternyata itu Kau, Kai-sshi..." ucap Taeyong dengan helaan napas lega seraya menurunkan bahunya. Lalu ia dengan cepat membawa kedua telapak tangannya untuk menutupi mulutnya. Lalu ia berbicara dari balik telapak tangannya. "Maaf aku hanya reflek, aku tidak bermaksud untuk—"
Kai tersenyum tipis, "tidak apa-apa. Tidak sering aku melihat taring ketua covin dan diajak bertarung olehnya. Omong-omong kau sangat menyeramkan Taeyong-sshi, aku hampir mengeluarkan taringku juga." Candanya dengan tenang.
Taeyong hanya bersemu kecil mendengar candaan itu. Bagi vampire, mengeluarkan taring di situasi yang seharusnya tidak mengeluarkannya itu cukup memalukan. Terlebih dia adalah seorang ketua covin yang seharusnya lebih tenang dan tidak mudah diprovokasi. Kau tahu seperti jika ketua covin mengeluarkan taringnya sama saja mengajak semua anggotanya menunjukan taringnya? Semacam itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dye in Red [BL]
Fiksi Penggemar[Markhyuck, Jaeyong, etc] Vampire!AU Lee Mark, memiliki kehidupan yang normal sampai di suatu malam berbulan, tanpa kehendaknya ia menyerang seorang pria yang terlihat tidak keberatan dengan fakta jika ia telah diserang oleh Mark. Lalu keesokan hari...