CHAPTER 11 : Crimson

565 69 8
                                    


Taeyong tersenyum ragu, seakan menimang-nimang perkataannya selanjutnya. Lalu setelah tarikan napas ia menjawab, "Kau tidak perlu mengetahui apapun karena... Kau tidak harus mengetahuinya..."

Jaehyun memilih untuk tidak menjawab apapun dari kalimat itu. Mungkin memang benar jika saat ini bukan waktunya untuk menanyakan hal kekanak-kanakan seperti itu mengingat Taeyong sudah cukup lelah hari ini dengan Mark dan masalah covin utama yang sedari tadi Doyong kerjakan.

"Baiklah..." Balas Jaehyun ringan. "Aku tidak benar-benar bermaksud menanyakan itu. Kau bisa melupakannya." Lalu ia berdiri dari tempatnya. "Malam, hyung." Ucapnya dan ia segera pergi meninggalkan Taeyong.

Dan pada dasarnya selalu dialah yang memberikan punggungnya kepada Taeyong.

Taeyong masih tersenyum tipis saat Jaehyun meninggalkannya. Walaupun ia ingin Jaehyun mengetahui apapun tentangnya, ia masihlah belum siap untuk memberitahukannya. Hidupnya terlampau lama untuk diceritakan, hidupnya terlampau aneh untuk diceritakan. Dan seseorang seperti Jaehyunlah yang paling tidak ia ingin ceritakan tentang dirinya sendiri.

Ia tahu Jaehyun mencintainya, jauh lebih dari sebatas cinta anak kepada orang tuanya seperti pondasi awal hubungan mereka. Saat pertama kali mereka bertemu, Jaehyun hanya seorang bayi manusia yang hanya bisa menangis. Taeyong tidak pernah ingin membesarkan apapun saat itu, ia tidak ingin mencintai atau dicintai lagi. Namun saat ia melihat bayi itu lebih lama, ia tahu Jaehyun berbeda... sehingga ia tidak dapat membendung keinginannya untuk membawanya dan membiarkan senyum itu lebih merekah lagi.

Baginya, Jaehyun tumbuh hanya dengan kedipan mata. Mungkin karena ia hidup cukup lama lalu ia melupakan esensi waktu itu sendiri sehingga dimatanya Jaehyun tumbuh terlalu cepat. Banyak yang belum ia ajarkan, banyak yang belum ia berikan, namun Jaehyun tumbuh dengan perasaan cinta yang mengarah lebih jauh dari pikiran Taeyong.

Pada saat itu Taeyong berpikir ia tidak ingin memilki hubungan lagi, namun untuk kedua kalinya, saat ia menatap kedua mata Jaehyun, ia tahu jika... Jaehyun berbeda. Namun pada dasarnya, vampire dan manusia tidak bisalah bersatu, lalu ia menolaknya akan hal itu. Sesuatu terjadi dan Taeyong terpaksa mengubah seseorang yang sudah ia anggap sebagai anaknya sendiri menjadi makhluk menyedihkan sepertinya. Dan dari sanalah hubungan mereka seakan terhenti, tidak ada yang berani untuk melangkah maju dan tidak ada yang rela untuk melangkah mundur.

Jaehyun masih mencintainya seperti dulu, namun yang Taeyong rasakan kepada Jaehyun hanyalah rasa bersalah yang begitu besar sehingga Taeyong tidak yakin jika ia mencintai Jaehyun atau hanya sekedar rasa bersalah dan iba. Namun Jaehyun dengan sifatnya bukanlah orang yang menerima rasa iba, jadi ia menunggu Taeyong untuk mencintainya tanpa rasa iba. Taeyong tahu jika Jaehyun ingin dicintai karena Jaehyun adalah Jaehyun, bukan sebagai bayi yang ia temukan, bukan sebagai manusia yang menjadi vampire karena Taeyong. Namun Taeyong tidak bisa melakukannya karena rasa bersalah yang menghantuinya, rasa takut akan hubungan yang seharusnya tidak ia impikan lagi.

Mungkin ia benar, Jaehyun tidak seharusnya mengetahui masa lalunya. Karena setengah dari masa lalunya, setengah dari dirinya, mati bersama dengan hubungan yang pernah ia jalin dengan kekasihnya yang mati karena hukum vampire bodoh ini. Lalu apa ia akan membiarkan Jaehyun mengalami hal yang sama?

Ia takut ia akan menghancurkan Jaehyun hanya kerena hubungan muluk-muluk ini. Karena Jaehyun lebih dari setengah dari dirinya,

Jaehyun adalah segalanya baginya.

.

.

.


Hari ini Mark terbangun saat matahari sedang ada di titik tertingginya, hasil dari berbicara dengan Donghyuck sampai jam tiga pagi seperti biasa. Donghyuck tiba-tiba menelphon dan mengatakan kalau ia tiba-tiba terbangun di bus dan melewati dua halte sehingga ia harus berputar kembali. Donghyuck bilang jika ia benar-benar lupa kalau ia sudah masuk bus karena ingatan terakhirnya ia sedang berada dihalte dan ia tertidur di bahu Mark. Dan Mark hanya bisa berbohong dengan mengatakan jika ia yang menggendong Donghyuck masuk ke dalam bus karena tidak tega membangunkannya. Ia tahu itu terdengar tidak masuk akal namun Donghyuck mempercayainya. Lalu seperti biasa, mereka berbicara lebih lama dari yang direncanakan. Dan itu menjadi hiburan tersendiri bagi Mark mengingat sebelumnya ia memiliki obrolan yang tidak terlalu mengenakan dengan Taeyong.

Dye in Red [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang