Surat 3 Untuk Ayah

8 1 0
                                    


Setelah surat terakhir yang kemarinku kirim, sejujurnya aku tak mau lagi berkirim surat. Aku rasa sudah cukup kita berhubungan. Tapi entah kenapa mungkin tuhan selalu punya rencana lain, yang tidak pernah terpikir oleh hambanya sekalipun. Empat bulan lalu aku bertemu dan berkenalan dengan seorang psikolog. Pernah sesekali berdiskusi dengannya tentang keadaanku. Ada perkataanya yang selalu terngiang di kepalaku,

"Pada akhirnya orang tua tetaplah orang tua, begitupun anak. Mungkin kita tak merasakan kehilangan karena dia masih ada disini, walau tak bersama, tapi jika sudah pergi mungkin beda lagi ceritanya. Yang baik itu coba saling bicara dahulu, kadang ada alasan yang serinya disembunyikan. Kalaupun hasilnya tak sesuai, setidaknya tidak ada penyesalan."

Setelah dipikir ada benarnya juga. ditambah ibu yang terus meminta untuk segera pulang. Mungkin sebentar lagi aku akan pulang. Aku pulang bukan karenamu, tapi ini untukku dan ibuku. Nanti mari kita bicara sejujurnya, tentang semua kejadian yang disembunyikan, tentang semua rasa yang selalu dipendam. Sudah lelah aku berjalan mengangkat beban yang begitu berat.

Mari bicara, aku akan pulang sebentar lagi, tunggu sampai aku siap.

Sebentar.

Februari 2020

Kotak SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang