Selamat pagi. Ini aku dari masa lalu, mengirim surat berharap balasan tentang diriku yang ada di sana.
Hari ini aku sedang tidak baik-baik saja. Banyak hal menyesakkan terjadi tiada henti. Sekarang aku berstatus kelas dua SMP. Masa yang seharusnya menjadi waktu paling menyenangkan kata banyak orang. Tapi ternyata tidak. Cerita menyenangkan yang seharusnya hadir, seperi mitos cerita rakyat. Yang hadir justru cobaan yang makin hari makin menjadi.
Di sekolah aku hanya punya dua orang teman dekat, Sisanya hanya orang numpang lewat atau mungkin tak pernah lewat. Selama ini Tidak pernah ada cerita 'aku main keluar bersama teman,' Cerita itu mungkin hanya fiksi bagiku. Bahkan di sini aku mendapat perundungan. Yaa, aku sering dicambuk pakai dasi oleh salah seorang siswa, dan dijadikan bahan tertawaan. Tidak sakit memang dicambuk pakai dasi tapi entah kenapa air mataku bisa keluar begitu saja. kondisi fisikku juga terbilang lemah, karena badanku kecil ditambah aku yang kurang percaya diri.
kamu pasti tau kalau kita ini cukup pintar dalam beberapa pelajaran, terutama matematika. Aku ingat sewaktu kelas 6 SD aku baru dapat kesempatan untuk ikut les di tempat teman ibu. Untungnya guru les itu baik dan sering memotivasiku, yang tadinya dari kelas 1 tidak pernah masuk ranking 10 besar, sampai akhirnya aku mendapat peringkat ke 7. Tapi aku ingat sekali saat itu, di bulan pertama aku masuk SMP. Saat ulangan harian perdana pelajaran matematika. Waktu itu aku mendapat nilai tertinggi kedua dikelas. Senang sekali ternyata aku masih bisa menyesuaikan pelajaran di tingkat menengah pertama. Tapi baru sebentar aku merasakan bahagia, hilang seketika saat beberapa murid datang kepadaku dan langsung menuduh "nilai lu kok bagus? Lu nyontek yaa ke dia?,". sambil menunjuk murid yang duduk persis di deban tempatku.
Aku hanya bisa terdiam, tak menyangka aku mendapat perlakuan seperti itu. Sangat berbeda dengan murid didepanku yang mendapat nilai tertinggi. aku masih ingat kejadian itu dengan jelas, nada suara yang ditinggikan, mimik muka yang munuduh, dan Bahasa tubuh yang meremehkan.
Itu baru satu dari sekian banyak kejadian. Sekarang, aku sudah tidak kuat lagi, Tentang segalanya yang ada disini. Aku mau pergi, tapi aku takut karena tidak bisa melihat bagaimana ibu nanti. Aku bingung bukan main, entah apa yang harus aku lakukan?. tidak mungkin juga aku bercerita kepada orang lain.
Jadi ini adalah usaha terakhirku, mengirim surat yang entah kemana. Aku mohon, Ini adalah surat seseorang dari masa lalu, berharap kabar tentang diriku disana? Atau setidaknya aku ingin tahu bagaimana keadaan ibuku jika aku pergi.
Untuk diriku di masa depan, atau siapapun yang menerima surat ini. Sekarang, aku sedang sendirian di ruang gelap dan pengap
Tidak ada cahaya yang bisa kulihat
Tidak ada barang satu benda untukku genggam
Aku butuh bantuan, Sudikah engkau membalas suratku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Kotak Surat
Fiction généraleSetiap orang ingin bercerita tentang semua rasa yang ia terima. Buku ini berisi kumpulan cerita pendek dan surat-surat. Surat yang ditulis seseorang untuk bercerita dan belajar, belajar untuk menerima kehidupan. Belajar tentang rasa yang tak mungkin...