Cerita Warna Merah Jambu

54 3 0
                                    

Sore ini hujan masih setia membasahi seisi kota. Hampir seminggu hujan turun tanpa jeda, seolah pembuktian bahwa Bogor layak disebut kota hujan. Hal ini cukup mengesalkan bagi beberapa orang yang lupa membawa jas hujan hari ini. Termasuk Bara, Cakra, dan Buyung serta beberapa siswa yang sedang berteduh karena tidak bisa segera pulang. Pelataran Masjid sekolah menjadi tempat yang tepat bagi sebagian siswa untuk berteduh sampai hujan reda. Bara, Cakra, dan Buyung kini tengah asik melihat foto-foto hasil jepretan Bara di Taman Kota kemarin. Mereka adalah 3 orang murid yang dipersatukan karena dunia fotografi. Bara mengenal dunia fotografi sejak SMP, sementara Cakra dan Buyung baru mengenal dunia Fotografi ketika masuk SMA.

Setelah puas melihat hasil jepretan Bara, topik pembicaraan pun beralih. Mereka kini tengah membicarakan proyek film pendek yang akan mereka garap. Pemicaraan semakin seru ketika mereka saling mengutarakan idenya masing-masing, mulai dari teknis pembuatan flim sampai pembagian tugas. Namun pembiacaraan terhenti kala mereka sadar bahwa proyek yang akan mereka garap masih membutuhkan anggota inti tambahan. Khusus untuk bagian ini, paling cocok diisi oleh anak kelas satu. Ketika tengah menerka-nerka siapa yang cocok untuk diajak bergabung, mereka dikagetkan oleh seorang siswi yang tiba-tiba ikut bergabung.

"Kak! aku boleh ikut gabung?" Ceteluk seaorang siswi berkacamata tanpa ragu.

Mendengar celetukan itu, mereka bertiga secara bersamaan saling menatap satu sama lain. Ekspresi bingung tidak dapat terlepas dari wajah ketiganya. Mereka bertiga belum bisa mencerna kejadian yang baru saja terjadi. Seorang yang tidak mereka kenal, dengan percaya diri menawarkan untuk bergabung. Sementara itu, dengan meliahat reaksi Bara, Cakra, dan Buyung yang kebingungan, siswi itu pun kembali bicara, "Iya, tadi aku dengerin pembicaraan kalian tentang project pembuatan film pendek. Terus lagi nyari-nyari anak kelas 1 kan? Jadi aku mau ikut."

Cakra dan Buyung langsung menatap Bara. Dari ekspresi keduanya mengisyaratkan bahwa ialah yang harus turun tangan sekarang. Bara yang melihat reaksi sahabatnya menghembuskan napas panjang. Akhirnya dengan terpaksa Bara yang akan menyelesaikannya.

"Oke-oke, emang lu bisa bantu apa?" selidik Bara.

"Aku punya banyak kenalan kak untuk dijadiin pemain. Bisa sumbang ide. Aku juga tertarik sama dunia fotografi, walau belum punya kamera untuk belajar," jelas gadis itu diakhiri senyuman manis.

"Oke tunggu bentar ya," balas Bara singkat. kemudian Bara mengajak sahabatnya ke pojok teras masjid. Sambil berbisik mereka berdiskusi.

"Gimana?" tanya Bara

"Gimana apanya? Kita kan enggak ada yang kenal dia bre, enggak ada yang tau dia orangnya kayak gimana," balas Buyung.

"Iya, bener juga sih," tambah Cakra.

"Tapi kita butuh orang, kan?" Sedikit senyum tipis terukir menghiasi wajah Bara.

Melihat sikap Bara yang tidak seperti  biasanya, Cakra segera paham. "Oke, terserah lu aja bar," balasnya sambil tersenyum kepada Bara.

"Lu gimana?" tanya Bara kepada Buyung.

"Mhhmm, bebas dah," jawabnya singkat.

Setelah selesai berdiskusi segera mereka menghampiri gadis itu.

"Lu yakin mau gabung? Bakal cape loh?" Tanya Bara kembali untuk memastikan.

"Iya, yakin kak." Suara gadis itu terdengar mantap.

"Oke kalo gitu gua minta lu komitmen ya?"

"Iya kaaa, gampang itumah. Omonganku bisa dipegang kok," jawabnya mantap

Hening sebentar.

"Oh iya kita belom kenalan, gua Bara, ini Cakra yang itu Buyung," kata Bara sambil menunjuk kedua temannya.

Kotak SuratTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang