14🍑

1.5K 107 28
                                    







Tin menatap wajah kusut Perth yang semakin pasrah setelah kembali  dari ruang bersalin.

"Perth kau baik-baik saja..? " Tegur tin khawatir melihat wajah Perth yang semakin sendu.

"Emm.. Aku baik-baik saja.. " Perth masih tidak habis fikir bagaimana bisa Jean yang selalu ia anggap sempurna kini menguak semua kesalahannya sendiri.

"Tuan Perth..?! " Seru seoarang suster sesaat keluar dari ruang oprasi.

"Ya suster.. " Perth dengan sigap menghampiri perawat tesebut dengan harap-harap cemas.

"Tuan di minta khun pete menemuinya.. " Tanpa berfikir panjang Perth masuk setelah mendengar penjelasan perawat barusan kedalam ruangan serba putih itu.

Yang pertama Perth lihat disana aktivitas sibuk para dokter menangani keadaan istrinya serta suara tangisan bayi yang sengaja diletakkan ke atas dada pete.

Langkah Perth rasanya lemas saat melihat wajah pucat Pete semakin parah dari tadi karena darah nya telah terkuras padahal dokter telah mencoba bermacam-macam suntikan pereda pendarahan pada Pete dan memberikan beberapa kantung darah tambahan tapi semuanya tidak membuahkan keberhasilan saat mereka mencoba menyelamatkan Pete.

"Phi... " Lemah Pete memanggil Perth yang kini berdiri di samping nya penuh dengan derai air mata penyesalan.

"Hiks bunny..hiks.. Kenapa kau melakukan ini sayang hiks ..kenapa hah..? Apa ini cara mu menghukum ku sayang hiks.. Ini cara mu menghukum semua kesalahan ku hiks dengan meniggalkan aku hiks.. " Sesal Perth meraih tangan kurus Pete dan mendekap kedadanya dengan hangat.

Pete menggeleng kecil memperhatikan kehancuran di mata suaminya.

"Hiks... Aku mohon bunny.. Aku benar-benar minta maaf sayang... Aku salah hiks... Aku minta maaf atas segala perbuatan ku padamu.. " Isak Perth memohon saat membalas tatapan lelah Pete yang kini penuh dengan keputusasaan.

"Aku tidak pernah menyalahkan mu phi.. Mungkin memang semuanya harus seperti ini dari awal.. " Perth rasanya ingin mengutuk dirinya sendiri saat melihat Pete semakin lemah, bahkan tangan kecil istrinya gemetar di genggaman nya.

"Hiks hiks.. Aku mohon jangan tinggalkan aku na... Aku mohon sayang.. Aku mencintaimu.. Aku sangat sangat mencintaimu hiks.. Aku mohon.. " Perth sadar permohonannya ini tidak akan membuahkan hasil karena dari pancaran iris mata Pete tidak menunjukkan adanya harapan, sementara dokter-dokter yang menangani Pete menyerah setelah mereka menutup kembali luka cecar Pete.

Pete dengan sekuat tenaga membalas genggaman tangan Perth dan tersenyum dalam ajalnya, jujur saat ini ia sangat bahagia karena bisa bertemu dengan orang yang ia cintai untuk kedua kalinya.

"Tolong jaga nana dan ae na phi.. " Suara Pete hampir tidak terdengar tapi Perth bisa melihat dari gerakan bibir mungil pucatnya saat berucap.

"Hiks bunny.. Aku mohon sayang.. Hiks kali ini aku yang  meminta satu kesempatan pada mu.. Izinkan aku membalas kesalahan ku padamu.. " Racau Perth saat menatap bias mata Pete tidak lagi menujukan adanya kehidupan bahkan tangannya di genggaman Perth melemah dengan begitu saja membuat tangis nya semakin pecah di dalam ruangan itu.

Dokter dan perawat hanya bisa menatap tidak berdaya kepergian Pete.

"Maaf tuan . .khun Pete sudah tidak ada.. " Ujar seorang suster mengingat kan Perth seraya meriah bayi kecil di atas dada Pete karena harus mendapatkan perawatan khusus mengingat usia ae belum cukup bulan untuk di lahirkan.

Perth tidak bisa berucap selain tagisan pilu dan penyesalan nya yang tersisa di sana bersama dengan rasa cinta yang kini ia sadari masih tersimpan rapi untuk Pete.

𝘖𝘯𝘦 𝘊𝘩𝘢𝘯𝘤𝘩 ( Pinson) Mpreg (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang