Yang terbaik untuk ku

496 54 0
                                    

Jam menunjukkan pukul 20.00

Syaqila dan Sheva sedang bermain game di laptop nya Syaqila, sampai akhirnya Sheva mengingat tentang pertanyaannya yang belum di jawab oleh Syaqila.

"Qilaaa"

"Iyaa apa?"

"Udah dulu ya main game nya"

"Emangnya kenapa?"

"Udah, pokonya udah dulu" ucap Sheva sambil menutup laptopnya.

"Kamu ini kenapa si Shev"

"Qilaaa kamu lupa?"

"Lupa apa?"

"Ihhh, kamu belum jawab pertanyaan aku yang tadi"

"Pertanyaan apa Shev?"

"Ihhh Qilaa, gak usah sok pura-pura lupa deh"

"Aku bukannya lupa, tapi aku beneran gak inget Sheva"

"Heuhhh"

"Emangnya tadi kamu tanya apa?"

"Tentang perasaan kamu"

"Perasaan apa?"

"Kamu udah mencintai Arvind?" Ucapan Sheva membuat Syaqila terdiam.

"Qillll"

"Ehh iya apa?"

"Kamu gimana si, aku lagi nanya"

"Hemmm... gimana ya Shev, aku bingung"

"Bingung kenapa?"

"Jujur aku belum bisa mencintai Arvind"

"Kamu belum bisa mencintai Arvind juga?"

"Shev, perasaan itu gak gampang, aku sama Arvind baru tunangan 2 hari, dan sulit bagi aku untuk bisa mencintai Arvind, dan kamu tau kan aku sama Arvind juga susah buat ketemu, jadi gimana cara nya aku bisa mencintai Arvind"

"Hemm... iyaa juga si, kalo aku ada di posisi kamu juga belum tentu aku bisa mencintai Arvind"

"Shev, aku bingung harus gimana, aku takut jika nanti pernikahan aku sama Arvind di mulai rasa cinta itu belum ada"

"Kamu yang sabar ya, aku yakin ko kamu pasti bisa"

"Sulit buat aku jalani ini Shev"

"Kamu harus yakin, kamu pasti bisa"

Syaqila pun meneteskan air mata nya.

"Qilaaa, kamu nangis? aku minta maaf, gara-gara aku tanya soal ini, kamu jadi sedih"

"Gak apa-apa ko, kamu ga perlu minta maaf"

"Kalo aku boleh tau, siapa sebenarnya laki-laki yang kamu sukai Qil?"

"Kamu yakin mau tau?"

"Kalo memang kamu tidak keberatan, aku mau tau tentang laki-laki itu"

"Laki-laki yang aku sukai itu Sa—Sa—"

"Yaudah, kalo memang kamu masih ragu buat cerita, tidak perlu di sebut namanya"

"Salthaan"

Sheva terkejut dengan ucapan yang Syaqila katakan, membuat nya membulatkan mata nya tidak percaya.

"Ka—kamu yakin Qil?"

"Iyaa, aku yakin ko, aku memang mencintai Salthaan Shev"

"Sejak kapan?"

"Sejak kecil"

"Hah? sampe sekarang gitu"

"Iyaa, aku gak tau kenapa rasa ini sulit untuk ku hilangkan, dari dulu aku sudah berusaha untuk menghilangkan nya, namun selalu gagal Shev"

"Aku gak nyangka kalo kamu bisa suka sama Salthaan, aku sama sekali gak bisa tebak kalo laki-laki yang selama ini kamu sukai itu adalah Salthaan"

"Aku mencintai Salthaan Shev, dulu aku berpikir bahwa Salthaan akan menjadi imam ku, tapi ternyata Allah berkehendak lain"

Pasti sulit banget buat Qila jalanin ini semua -batin Sheva.

"Kamu yang sabar ya Qil, aku percaya Allah mengetahui segala isi hati kamu, apapun yang akan menjadi takdir kamu, itu pasti yang terbaik buat kamu"

"Terimakasih Shev, aku bahagia punya kamu"

"Aku juga bahagia ko"

Mereka pun berpelukan.

"Yasudah, kamu gak perlu nangis lagi, serahkan semua nya sama Allah"

"Iyaa Shev"

Tiba-tiba Husna mengetuk pintu.

Tok...tok...tok...

"Qilaa, ini Ummah"

"Masuk aja Ummah"

Husna pun masuk dan menghampiri mereka.

"Kamu abis nangis ya Qil?"

"Ngga ko Ummah"

"Hem"

Lebih baik aku diam saja deh -batin Husna.

"Ada apa Ummah?" tanya Sheva.

"Ohh itu, Ummah udah siapin makan malam, yu kita makan bersama" jawab Sheva.

"Ummah ko gak bilang mau masak? kita kan bisa bantu Ummah buat masak"

"Tidak apa-apa Sheva, kasian kalian pasti lagi lelah"

"Terimakasih ya Ummah"

"Iyaa, sama-sama Sheva, yasudah Ummah tunggu di meja makan ya"

"Iyaa Ummah"

"Ohh iya Ummah, aku mau tanya Abi ada?" tanya Sheva.

"Kebetulan Abi sedang bertugas di luar kota, jadi Abi gak ada di rumah selama tiga hari ini"

"Ohh gitu ya Ummah"

"Iyaa Shev"

Husna pun pergi dari kamar Syaqila.

"Hayu Qil"

"Hayuu"

Sesampainya di meja makan mereka langsung makan bersama-sama.

"Ohh iya Shev, gimana kabar Ummi kamu"

"Alhamdulillah, Ummi sehat ko Ummah"

"Kapan-kapan ajak dong main ke sini"

"Iyaa Ummah, nanti Sheva ajak Ummah buat main ke sini"

Sedangkan Syaqila hanya terdiam saja.
Setelah makan Syaqila langsung izin pergi untuk ke kamar nya.

"Aku duluan Shev ke kamar"

"Ohh, iyaa Qil, nanti aku nyusul"

"Yaudah aku duluan ya Ummah"

"Iyaa, kamu istirahat aja"

"Iyaa Ummah"

Syaqila pun langsung pergi ke kamar.

"Shev, Ummah mau tanya sama kamu, apa Qila abis nangis?"

"Iyaa Ummah, Qila abis nangis gara-gara aku tadi menanyakan soal perasaan nya"

"Ohh gitu, Ummah tau ini memang berat buat Qila, harus menjalin hubungan dengan laki-laki yang tidak dia cintai"

"Dan Syaqila juga udah ngasih tau aku tentang laki-laki yang di sukai nya Ummah"

"Ohya? siapa laki-laki itu Shev?"

"Laki-laki itu adalah teman kita juga Ummah"

"Siapa?"

"Salthaan"

"Ustadz Salthaan maksud kamu?"

"Iyaa Ummah"

"Ya Allah, kenapa Ummah gak tau soal itu, Ummah sama sekali gak ngerasa kalo Syaqila mencintai ustadz Salthaan"

"Sheva juga gak nyangka Ummah, dari dulu Sheva gak pernah tebak Salthaan sebagai laki-laki yang di sukai Qila"

"Andai Ummah tau itu dari awal pasti akan Ummah restuin Salthaan datang ke rumah"

"Maksudnya apa ya Ummah"





SEBUAH TAKDIRTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang