Park Jimin, lelaki menarik yang tengah mengembangkan senyuman bersamaan dengan bidikan kamera ponsel pada objek indah di hadapannya.
Berulang kali ia menjepret gambar dari berbagai sudut pandang dengan senyuman yang tak pernah lepas dari bibir, serta lengguhan puas akan hasil yang didapat. Senyuman yang hadir dengan didasari oleh berbagai macam faktor kebahagiaan hati salah satunya adalah ponsel baru.
Memang, ponsel baru berwarna emas dengan merk terkenal itu sudah menjadi barang incarannya sejak pertama kali diluncurkan, namun karena jadwal pekerjaannya yang sangat padat. Berkali-kali ia harus mampu mengurungkan niat untuk segera membangunkan blackcard miliknya yang sedang tidur dalam dompet demi sang benda impian.
Jika di fikirkan dengan logika, merupakan hal yang sangat mudah bagi Jimin meminta bantuan dari Hyung manajer untuk pergi dan membelikan barang apapun yang ia inginkan. Bahkan jika ia minta dibelikan satu hektar tanah di planet Jupiter, manajer akan bersedia melakukan untuknya sekalipun hal tersebut pasti mengudang untaian protes dari berbagai kalagan. Akan tetapi berbekal hati malaikatnya yang berkata tidak ingin menambah pekerjaan sang manajer, urunglah hal itu ia lakukan.
Dan Jimin sama sekali tidak menyesal, karena sensasi dari mendapatkan sesuatu yang di inginkan dengan sebuah perjuangan adalah salah satu momen paling berkesan.
Maka, saat inilah waktu yang Jimin tunggu-tunggu. Rest time. Terhitung ia memiliki waktu jeda selama hampir satu bulan untuk bersantai sampai schedule selanjutnya datang.
Kesenangan ini jelas bukan hanya miliknya seorang, dibuktikan dengan bagaimana para member lainnya yang juga memanfaatkan waktu istirahat mereka sebaik mungkin sama seperti dirinya saat ini and his brothership leader, Kim Namjoon.
Setelah mendapatkan ponsel incaran Jimin dengan penuh huruhara yang sedikit tidak masuk akal, mereka berdua lekas pergi bersama ke tempat tujuan utama. Desa Hahoe di daerah Andong.
Desa dengan puluhan rumah kuno khas Korea ini menyimpan keindahan alami tersendiri yang mampu menyita perhatian mereka berdua ketika tanpa sengaja mereka menemukan lokasi desa di layar pencarian web internet. Masih sedikitnya orang yang mengetahui keberadaan desa indah ini jugalah yang menjadikan faktor utama mereka setuju untuk mengujungi tempat ini bersama.
Menikmati kedamaian suasana dengan khidmat, kesejukan udara yang mampu menjernihkan pikiran, juga ketenangan mendalam yang merasuk dalam jiwa. Mereka berdua benar-benar tampak puas dengan perjalanan singkat yang dilakukan selama seharian penuh ini.
“Perhatikan jalanmu Park Jimin, ponselmu tidak akan bisa menimangmu kalau kau menabrak dinding rumah.” Himbau Namjoon saat menyadari bahwa perhatian Jimin sepenuhnya hanya tertuju pada layar ponsel tanpa mengindahkan kakinya dalam melangkah.
“Wah, ponsel ini benar-benar keren. Hyung. Lihat fotomu, kameranya membuatmu tampak seperti benda berharga yang layak di museumkan. Itu.. apa sebutannya? Aku lupa.” Pekik Jimin girang tanpa repot menggubris ucapan Namjoon sebelumnnya.
“Apa? Benda langkah?” Namjoon sedikit menyerongkan tubuh untuk menengok ke arah ponsel Jimin demi melihat hasil foto yang dimaksud. Biasa saja.
“Bukan."
“Hampir punah?”
“Bukan.”
“Layak dilestarikan?”
“Bukan.”
“Mengejek yang macam-macam, aku cium kepalamu dengan sepatu.”
Jimin tertawa. Sambil tetap tertawa cekikikan kedua bola matanya tanpa sengaja menemukan spot foto yang menarik perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANS [Min Yoongi] ✔
Fanfiction#2. BTNoc Universe. Pada dasarnya, namamu adalah hati asmaraku. Sedingin salju Sekeras batu penolakanmu atasku, takkan mampu menghentikan jalanku untuk melewati gurun hatimu. Dan ketika secelah cahaya muncul di pintu, harapan besar mengguman dari lu...