Vibration 2

347 21 5
                                    

Ini adalah hari kesekian kalinya Jina bangun kesiangan. Ia baru membuka matanya ketika jarum jam sudah menunjuk pada angka sembilan pagi, waktu yang menandakan bahwa ia harus tergesa-gesa dalam aktifitas sebelum berangkat menuju toko jika tidak ingin mendapat masalah.

Kalau saja ini bukan hari Senin minggu pesanan, sudah pasti Jina akan meneruskan waktu tidurnya dan berangkat ke toko saat makan siang. Sayang sekali, untuk saat ini itu hanyalah sebuah angan.

Mengerjap beberapa kali untuk mengusir rasa pedih, matanya tampak menerawang kearah langit-langit kamar apartemen.

Seulas ingatan yang membebani pikirannya sejak kemarin kembali terekam jelas. Ingatan yang sekuat tenaga berusaha ia hilangkan namun tak bisa, ingatan itu justru terus berputar hingga menjadikan alasan kenapa ia bisa bangun sesiang ini.

Min Yoongi, dengan segala bualannya yang meresahkan.

Membayangkan mata tajam, wajah datar, serta sikap yang tak mudah ditebak itu, menghasilkan suatu perasaan baru lagi untuk Jina.

'Ia benci kucing, apalagi yang berbulu putih dan bisa berbicara.'

Apa dia bilang? Masih cinta padaku? Aku masih cinta padanya?

Cuih, Barangkali ungkapan itu memang mampu memberi getaran pada jiwanya, namun tak akan Jina biarkan ungkapan tersebut berdampak pada dirinya.

Cukup satu kali saja ia dibuang, Jina tak ingin mengulangi hal yang sama.

Dia, tak layak untuk MinYoongi, dan Min Yoongi lebih dari sekedar tak layak untuknya.

Laki-laki itu pernah membuatmu terpuruk Shin Jina, jangan terhanyut jika tak ingin kembali terpuruk. Dia pernah mengatakan kau gadis menyedihkan, maka sekalipun jangan pernah memperlihatkan kelemahanmu padanya. Jangan pernah terlihat menyedihkan lagi.

Perlahan Jina mulai membangunkan dirinya dari ranjang, merapikan tempatnya sambil menahan rasa pening di area bawah mata. Hari ini bukan waktunya untuk berleha-leha. Ada tujuh ratus lima puluh pesanan yang harus di kerjakan dalam waktu singkat dan bersamaan. Ia harus fokus.

Untuk urusan Min Yoongi, abaikan saja mulut manisnya yang tidak berguna itu. Dia hanya laki-laki kesepian yang sedang butuh pelampiasan dan sial, Jina adalah sasaran bidiknya. Jika dia sudah merasa penuh kembali, tak mungkin tidak jika Jina akan kembali dibuang.

Ingat lagi Shin Jina, dia sudah jadi orang besar sekarang. Tak ada yang tidak bisa ia dapatkan baik itu harta, tahta, ataupun wanita, tapi tidak dengan dirimu. Oke? Setuju? Oke.

Sungguh, Jina akan menghindari hal itu.

Beranjak menuju kamar mandi, Jina mulai merasakan efek dari kurang tidurnya di sekujur tubuh. Meraih sikat dan pasta gigi, ia melihat bayangan wajahnya yang suram memenuhi kaca kamar mandi tengah menggosok gigi.

Aku sudah tidak peduli, Ji.

Sekali ini saja biarkan aku egois untuk diriku sendiri dan untuk dirimu.

Jina memejamkan mata sambil mendesis. Berhenti memikirkan hal yang tidak penting Shin Jina, kau sudah setuju tadi, jangan biarkan dia mempengaruhimu.

Jina kembali menggosok giginya kali ini dengan gerakan lebih cepat. Berkumur untuk menghilangkan busa di mulut, kemudian beralih pada sabun pencuci muka.

Maafkan aku. Kumohon.

Aku membutuhkanmu, Ji. Biarkan aku kembali padamu.

Jina lantas melemparkan sabun pencuci muka yang belum sempat ia gunakan itu pada washtafel. Membungkuk, menyangga tubuhnya dengan kedua tangan yang bertumpu pada tiap sisinya.

KANS [Min Yoongi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang