“Membuat apa?”
“Kue Tart.”
Jina memandang Yoongi yang tengah berdiri menyandarkan bokongnya santai pada pantry dapur, menunggui Jina dengan tenang sambil menggigiti kulit ibu jarinya.
Menyadari tak ada balasan lanjutan dari Yoongi, Jina menghentikan niatnya untuk meraih kue yang sudah matang dalam oven baru pemberian Yoongi satu bulan lalu.
“Aku hari ini ulang tahun.” Ucap Jina mengingatkan.
“Iya, tau.”
“Tapi kau belum mengucapkan selamat padaku.”
“Keberadaanku adalah ucapan untukmu.”
Jina mempoutkan bibirnya tak terima. Sebelah tangannya lekas meraih tangan Yoongi yang masih digigiti lalu menahannya di bawah.
“Setidaknya ucapkan juga lewat kata-kata.”
Yoongi memandang lekat wajah menuntut Jina kemudian berucap lembut namun kelewat datar.
“Selamat ulang tahun Shin Jina.”
“Doanya?”
“Semoga malam ini Min Yoongi dapat ciuman di dagu.”
Jina mengerutkan kening. “Kenapa di dagu?”
“Agar lebih mudah kubalas cium di keningmu.”
Jina memutar bola matanya sambil tersenyum geli. Laki-laki ini.
Sedikit sangsi untuk melepas tangan Yoongi yang masih ia tahan di samping badan, Jina kembali menatap Yoongi dengan pandangan yang dibuat tajam.
“Berhenti menggigiti jempolmu.”
Yoongi hanya diam masih dengan pandangan datar. Matanya seolah meyakinkan bahwa ia akan melakukan sesuai permintaan Jina. Dengan masih saling memandang, Jina mulai melepaskan cengkeramannya secara perlahan. Sedetik tangannya terlepas, secepat itu pula Yoongi kembali mengarahkan jempolnya ke bibir sambil bergeser menjauhi Jina.
“Yoon..” Jina berdecak. Ia menurunkan nadanya ketika menyebut nama Yoongi seperti seorang Ibu yang tengah memperingati anaknya. Membuat Yoongi menyerah dengan cepat lalu kembali ke tempatnya semula.
“Jangan sakiti jarimu. Lihat! Sampai seperti ini.”
Jina mengusap ibu jari Yoongi yang sedikit basah karena air liur menggunakan telapak tangannya. Memperhatikan dengan seksama bagaimana rusaknya jari tersebut akibat terlalu sering di gigit oleh si pemilik.
Kebiasaan. Itu semacam kebiasaan yang pasti dilakukan oleh Yoongi ketika laki-laki tersebut tengah dilanda gusar, bingung, atau bahkan ketika sedang diam memikirkan suatu hal.
Pernah satu kali Jina memberikan obat oles luka pada jari Yoongi bermaksud agar laki-laki itu merasakan pahit ketika menggigit kulit jarinya, namun hal tersebut tak mempan sama sekali karena ketika mulutnya tak bisa menyakiti, sebelah tangannya yang dijadikan pengganti.
“Aku hanya nyaman saat melakukan itu.” Kilahnya.
Jina menggeleng tak setuju. “Bukan kenyamanan jika itu menyakitimu, Yoon. Berhenti, sebelum kau memakan sendiri ibu jarimu.”
Ucapan Jina sontak membuat Yoongi mengerutkan dahi ngeri.
“Kau menakutkan, Ji.”
“Kau memang harus diwaspadai.”
Jina melepaskan tangan Yoongi setelah memberikan pelototan maut. Kembali ia pada pekerjaannya mengambil kue, lalu meletakkan kue berbentuk bundar selebar telapak tangan Yoongi tersebut pada meja pantry. Tangannya kembali meraih lengan Yoongi untuk kemudian diseret tubuh gontai tersebut mendekati meja.

KAMU SEDANG MEMBACA
KANS [Min Yoongi] ✔
Fanfic#2. BTNoc Universe. Pada dasarnya, namamu adalah hati asmaraku. Sedingin salju Sekeras batu penolakanmu atasku, takkan mampu menghentikan jalanku untuk melewati gurun hatimu. Dan ketika secelah cahaya muncul di pintu, harapan besar mengguman dari lu...