Harinya telah berubah.
Lima tahun yang ia jalani dengan setengah hati yang cacat akan segera berakhir.
Yoongi sangat sadar bahwa harapan yang dilambungkan membuatnya menjadi manusia tak tau diri, tapi ia sama sekali tak ingin berhenti. Hatinya seketika memberontak tatkala ia menemukan kesempatan terakhirnya untuk membuka lembaran baru tentang kisah cintanya, gadisnya harus diperjuangkan lagi.
Terhitung sudah empat belas hari ia melakukan rutinitas ini secara konsisten.
Mengintai, mengintai, dan mengintai.
Yoongi bahkan memakai semua mobil member dan agensi secara bergantian demi melakukan pekerjaan ini agar tak terlalu mendapat atensi dari kejelian sang gadis.
Jika saja Seokjin tidak memberikan pukulan tepat di kepala, mungkin Yoongi akan menghabiskan sisa hidupnya menjadi stalker gila yang haus keingintahuan.
Maka berbekal keberanian yang sangat tipis, disinilah ia sekarang.
Duduk dibangku paling ujung toko kue dengan segelas es americano dan sepotong tiramisu sebagai teman pengamat. Tidak melakukan apapun selama beberapa jam selain duduk sambil mengamati sosok yang dirindunya berkeliaran di depan mata.
Rutinitas baru ini, sudah dikerjakannya selama dua hari berturut-turut setelah ia memutuskan pensiun dari pekerjaan menjadi stalker.
Sebenarnya satu hari saja sudah cukup bagi Yoongi untuk bisa mendapatkan semua informasi yang ingin ia ketahui perihal gadisnya, namun karena rindu yang begitu kuat dirasa, jadilah ia yang selalu membuntuti kemana pun sang gadis pergi hanya untuk sekedar memandangnya saja lewat balik kaca mobil.
Mengingat semua informasi yang di dapat, Yoongi tersenyum bangga. Gadisnya telah berhasil meraih impiannya.
Mendirikan toko kue sesuai dengan kemampuan yang memang sudah mengalir di setiap ruas jarinya, memiliki pelanggan tetap yang tak sedikit jumlahnya, memiliki pegawai yang di didik sendiri olehnya, serta beberapa piagam penghargaan yang terpasang di dinding toko telah membuktikan seberapa berhasilnya gadis itu meraih semua mimpi yang dulu selalu di gadang-gadang dengan semangat membara.
Tanpanya.
Senyuman Yoongi secara perlahan memudar ketika fakta itu terlintas di fikirannya. Hal apa saja yang sudah ia lewatkan? Kehidupan seperti apakah yang dijalani gadisnya semenjak keputusan paling fatal itu terlontar lewat bibirnya?
Masih terekam dengan jelas di kepala bagaimana setiap kalimat permohonan yang diucapkan sang gadis menggores tiap sudut hatinya saat itu. Yoongi bahkan tidak mengerti mahkluk macam apa yang tengah merasuki tubuhnya hingga ia benar-benar mampu meninggalkan gadisnya dengan begitu jahat.
Shin Jina.
Lima tahun berlalu dan nama itu masih tebal terukir di benaknya. Nama itu masih sangat berarti baginya, karena Yoongi tau bahwa sampai kapanpun hanya nama itulah yang memiliki hatinya.
Yoongi tidak akan berani berkata demikian jika saja ia tak mampu mengenali suara Jina hanya dalam sekali berkata. Hanya satu kalimat sapaan lewat telepon saat itu yang mampu menggetarkan jiwa Min Yoongi, mengalirkan darah dari kepala hingga ujung kaki kelewat deras hingga bibirnya kelu tak mampu bersuara.
Hanya dengan mendengar suaranya, hatinya sudah mengenali pemiliknya.
Jika ia memohon, sekiranya apakah Jina mau menerimanya kembali?.
Bahkan sebelum ia mencoba, Yoongi sudah meyakinkan diri bahwa jawabannya pasti tidak.Empat tahun hubungan mereka terjalin dan dalam waktu tak singkat tersebut Yoongi sudah kelewat mengerti luar dalam karakter Shin Jina. Gadis itu takkan mau dengan mudah membuka pintu hatinya kembali untuk Yoongi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KANS [Min Yoongi] ✔
Fanfiction#2. BTNoc Universe. Pada dasarnya, namamu adalah hati asmaraku. Sedingin salju Sekeras batu penolakanmu atasku, takkan mampu menghentikan jalanku untuk melewati gurun hatimu. Dan ketika secelah cahaya muncul di pintu, harapan besar mengguman dari lu...