Diare

807 115 12
                                    







Pagi tadi jefan udah bolak balik kamar mandi sebanyak lima kali, perutnya terasa sakit yang berakhir dia harus ke toilet. Namun tadi pagi pula, dia sudah berhasil masuk ke kelas dengan wajah pucat dan tubuh yang lemas. Hasil pemaksaan diri karena hari ini ada kuis.

Dan sekarang perutnya sudah tidak semulas tadi pagi, tapi jefan justru bingung harus membawa balik motornya seperti apa. Badannya kan lemas, sementara teman-temannya lagi dipada kelas, termasuk wira.

Jefan jadi nyesel kenapa tadi bawa valor, motor ninja merahnya. Kalau mau ditinggal diparkiran kan sayang.

"Loh je muka lo pucet gitu kenapa?"

Saat sibuk memikirkan cara membawa valor, jema menepuk sisi kiri bahunya. Keliatannya cewek itu baru aja tiba di parkiran.

"Eh, enggak gue ga apa-apa. Lo ada kelas ya jem?" Elaknya

"Iya. Tapi yakin lo ga kenapa-napa?"

"Ho'oh, dah lo sana masuk aja"

"Key, tiati lo"

"Yo!"

Jefan menghembuskan nafas lega, bisa geger nanti kalo jema tau dia sakit perut. Itu cewek pasti bakal bereaksi berlebihan, jefan ga suka. Akhirnya setelah mengumpulkan niat, jefan menaiki motornya tapi belum di standard, dinaikin doang pasang helm juga belom. Perutnya nyeri lagi.

Saat asik menenangkan rasa nyeri perutnya, jefan kaget waktu  dena muncul dari samping kanannya "Kak je lo mau pulang?"

"Ngagetin aja lo kaya demit. Iya gue mau pulang, kenapa?"

"Yakin bisa bawa motornya?"

"Lo ngeremehin gue apa gimana nih?" Jefan still jefan yang kalau sakit pun kadar songongnya tetap terjaga.

"Enggak, gue tau kok lo lagi sakit makanya nanya"

"Sok tau" cibir cowok itu

Dena mulai merasakan darahnya sedikit naik "Bukan gue sok tau. Tapi emang gue tau ya"

"Kalo gue sakit, emang lo mau ngapain?"

"Gue anterin pulang lah"

"Naik motor lo?"

Dena menggeleng "gue ga bawa motor kak. Tapi gue bisa kok bawa motor gedhe punya lo"

"Yakin lo bisa?" Tanyanya ragu

"Udah maba sini kuncinya. Lo duduk manis aja di belakang. Jangan sampe cepirit ya"

"Sembarangan aja kalo ngomong"

Akhirnya jefan memberikan kunci valornya ke dena. Ragu sebenernya dia sama cewek itu. Dena kan pendek, emang nyampe apa naik motornya yang tinggi.

"Biar pendek, gue kalo naik motor juga masih nyampe kok gausah ragu gitu"

Wah keturunan dukun ini anak!. Gimana dia bisa baca pikiran jefan.

"Gue ga ngatain lo pendek ya"

"Keliatan kali dari muka lo, kak"

Jefan berdecih, debat sama dena ga akan ada ujungnya. Lagian debatnya bisa disambung besok, sekarang dia butuh balik kostan buat istirahat.

"Pegangan kak, nanti lo kejekang gue gamau tanggung jawab"

Jefan nurut, bukan nurut lagi dia, tapi emang mencari kesempatan dalam kesempitan. Maksud dena jefan pegangan selayaknya orang normal, tapi karena jefan abnormal, dia malah ngelingkarin tanganya dengan erat di perut cewek itu.

Ruang Hati | Park Jae (Day6) [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang