Siang itu Dena duduk bersandar dikursi taman fakultas. Taman yang juga berfungsi sebagai perbatasan antara fakultas dena dengan fakultas sebelah. Semilir angin yang menyejukan menerpa wajah serta beberapa helai rambutnya, dena jadi ngantuk. Kayanya mejemin mata sebentar enggak masalah menurutnya.
Tapi kemustahilan tiba-tiba datang, ketika seorang cowok tinggi namun sedikit kurus teriak di depan dena.
"Jadi lo kuliah cuma buat numpang tidur doang ha?!!, Sampah!!"Dena nggak tau kenapa dia teriak begitu di depannya. Diliat dari penampilannya dia masuk jajaran orang penting jurusan atau bahkan bem, yang jelas sekarang dirinya takut, dan keliatannya cowok itu juga kating.
"Gabisa jawab?!, Bisu lo ha!!"
Dada dena nyeri ketika dengan lantangnya cowok itu ngomong kaya gitu, menurutnya itu ga pantes dilontarin mau orang itu tunawicara atau apa. Dan dena bukan tipe orang yang suka cari masalah atau meladeninya.
"Maaf kak kalau saya salah saya permisi" ya kayanya memang lebih baik dena pergi daripada masalah makin runyam. Cowok itu udah keliatan mau teriak lagi sebelum temennya manggil. Ga peduli juga, dena sakit hati sama itu orang.
Dena kabur ke arah parkiran motor, buat ngambil linch. Itu nama motornya, aneh kan. Namun sebelum dena narik tuas gas, doni memanggilnya.
"Dena, anterin gue ke toko SRC sebelah kosan lo. Darurat!!" Teriaknya, jadi sebagai sepupu yang baik dena turutin permintaannya. Dan ya doni yang bonceng tentu. Dengan gercep doni narik tuas gas motor meninggalkan parkiran.
"Mau ngapain ke SRC don?" Tanya dena, ga teriak kok karena doni bawa motornya juga nggak terlalu ngebut.
"Mau beli tali rafia", dena udah mau melontarkan pertanyaan lagi, tapi ternyata doni lebih peka akan apa yang ingin dirinya tanyakan selanjutnya. "Gue beli rafia, soalnya disuruh sama anak komdis buat batasin area taman" terangnya. Dena cuma ngangguk.
Sebenarnya emang hari ini belum masuk perkuliahan seperti biasa, karena ini masih hari-hari nya anak ospek di fakultas. Dan dena balik kosan lebih cepet karena mau beres-beres barang yang lama ditinggalin. Dan ujung-ujungnya dirinya gabut, jadi dia melipir ke kampus buat jalan-jalan aja yang malah berakhir dimarahin kating.
Begitu sampe di SRC, doni langsung ngacir beli tali rafia. Dan dena malah ke tempat ice cream, pendinginan buat jiwanya yang hampir emosi. Dena gaboleh marah-marah. Itu yang selalu ibunya bilang.
"Dah yuk den, anterin balik kampus. Lo boncengin". Ternyata yang doni bilang mau beli rafia ternyata merembet sama konsumsi sebanyak dua plastik merah besar yang katanya buat panitia. "Ntar gue traktir Baskin Robbins deh" rayunya. Manabisa ditolak kalo begini. Jadilah dena nggak jadi beli es krim.
.......
Untung tadi dena yang boncengin, kalo cewek itu yang ada diposisinya doni, bisa dipastiin gabakal kuat buat bawa dua plastik besar yang ketebak itu konsumsinya panitia.
Karena enggak tega akhirnya dena bantuin doni bawa plastiknya ke ruang Ormawa. Ternyata disana cuma ada beberapa panitia, mungkin yang lain pada bertugas.
"Wir, bantuin!!!" Doni manggil temennya yang kebetulan lagi ada disana. Iya doni bawa satu plastik besar tadi beserta satu kardus air mineral yang diambil dipost satpam . "Cepet amat, sama siapa lo?" Temannya yang dipanggil wir tadi nanya sama doni, doni enggak jawab dan cuma nunjuk ke dena dengan dagunya.
"Oh temennya doni ya?" Kali ini temenya doni yang nanya
"Iya, sepupunya juga"
"Oh gue wira, lo?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ruang Hati | Park Jae (Day6) [✓]
ChickLitIt's about Jefan yang lagi bucin too much sama cewek yang tingginya 160 cm nggak nyampe. ©Bloomisher Juli 2020