Rena melepas alat bantu pernapasan yang sedari tadi terpasang pada hidungnya, lalu mengusap wajahnya frustasi.
Ia tidak menyangka semuanya akan menjadi seperti ini. Changmin, Eric, dan juga Juyeon. Ketiganya membuat Rena pusing dengan keadaan.
"Bentar deh, ini rumah sakit permata hati? Berarti tempat kak Juyeon dirawat dong?" Tanya Rena pada dirinya sendiri saat matanya menangkap logo serta tulisan "rumah sakit permata hati" pada stiker yang tertempel pada nakas samping ranjangnya.
Gadis tersebut juga merasa kondisinya sudah baikan. Karena itulah, akhirnya Rena memutuskan untuk keluar dari kamar rawat inapnya, tentunya dengan kantung infus yang ia bawa bersamanya. Ia hanya ingin sekedar melihat keadaan Juyeon. Walaupun laki-laki tersebut sudah memaki-makinya, tapi Juyeon tetaplah salah satu majikannya dan Rena juga perlu bertanya perihal sesuatu.
Rena juga masih ingat jelas lantai serta nomor kamar tempat Juyeon dirawat.
Ia menaiki lift karena letak kamar Juyeon berada satu lantai diatas kamar Rena.
Setelah melewati lorong yang lumayan panjang, Rena akhirnya sampai di depan kamar rawat inap Juyeon.
Ia mengetuk pintunya setelah itu langsung membuka pintu tersebut.
Rena bisa melihat Juyeon yang sedang memainkan ponselnya sambil duduk diatas ranjang.
"Kak Juyeon"
Rena bisa melihat raut Juyeon yang terkejut melihat kedatangan Rena.
"Lo ngapain?"
"Aku mau jenguk kak Juyeon"
"Maksud gue lo ngapain pake baju rumah sakit? Diinfus kayak gitu?"
"Asma aku kambuh tadi" jelas Rena.
"Oh iya kak Juyeon juga punya asma kan?" Sambung Rena.
"Gak"
"Terus inhaler yang waktu itu? Kata Eric itu punya kakak, kak Kevin juga pernah bilang kalo kakak punya asma"
Juyeon menghela nafasnya "Iya, gue punya asma. Dan lo mending balik ke kamar lo, gue mau sendiri"
"Kak aku mau nanya sesuatu"
"Gue bilang keluar, Rena"
Bukannya menuruti perkataan Juyeon, Rena malah semakin berjalan mendekat ke arah Juyeon.
"Lo beneran udah gede kepala ya? Ada ya pembantu yang nggak nurutin kata-kata majikannya"
"Aku nggak peduli, yang pasti aku mau nanya sesuatu"
Juyeon menaruh ponselnya kasar pada nakas samping ranjangnya setelah itu menatap Rena tajam "Apa?"
"Kak Juyeon kenapa kayak gasuka gitu sama aku?"
"Karna lo udah besar kepala Ren. Lo bersikap seakan-akan lo bukan pembantu disini. Gue gasuka"
"Enggak, kakak dari awal pertama aku masuk udah keliatan gasuka sama aku"
"Ren, lo bisa diem aja nggak sih?"
Rena menggelengkan kepalanya "nggak, aku gabisa diem sebelum aku dapet jawaban"
"Karna gara-gara lo gue jadi lumpuh gini"
"Serius aku gatau apa-apa. Aku beneran ngga ngerti kenapa kakak terus-terusan ngomong kalo ini semua gara-gara aku"
"Gue gabisa jelasin" Juyeon mengacak-acak rambutnya.
"Kak"
"Apa?"
"Kata anak-anak yang lain kakak waktu itu pernah pulang entah dari mana. Dan semenjak itu kakak jadi berubah"
"Siapa yang ngomong?"
"Banyak"
"Kakak habis darimana memangnya?"
Juyeon langsung mematung.
"Kak kok diem?"
"ARGH!!!" Pekik Juyeon tiba-tiba. Ia juga memukul-mukul kepalanya sendiri.
"Kak Juyeon?!"
"Rena maafin gue, Ren maafin gue, gue mohon maafin gue" racau Juyeon masih sambil memukul-mukul kepalanya.
"Maaf kenapa kak? Tenang dulu, jangan kayak gini"
Rena jadi panik melihat Juyeon yang semakin kacau.
"Rena gue bangsat banget, gue minta maaf, gue minta maaf Rena"
Karena keadaan Juyeon semakin parah, Rena buru-buru menekan tombol di dekat ranjang agar dokter datang.
Tak lama, dokter datang beserta suster.
Rena benar-benar terkejut saat dokter dengan sigap menyuntikkan sesuatu pada Juyeon dan tak lama, Juyeon langsung tertidur.
"Dok, itu tadi kenapa?" Tanya Rena panik.
"Kondisi mental pasien masih belum stabil. Jadi saya terpaksa menyuntikkan obat penenang sekaligus obat tidur pada pasien" jelas si dokter.
"Kalau begitu saya permisi dulu ya" lanjut dokter lalu berlalu.
Rena menatap Juyeon khawatir.
Pikiran Rena juga semakin kacau. Tujuan ia bertemu Juyeon adalah untuk mengetahui mengapa sikap Juyeon aneh terhadapnya, tapi ia malah tidak mendapat jawaban yang memuaskan. Yang ia dapat malah sikap Juyeon yanh semakin aneh.
"Kak Juyeon, sebenernya ada apa sih?"
•||to be continue||•
KAMU SEDANG MEMBACA
babysitter | the boyz [ DISCONTINUED ]
Hayran Kurgusetau rena, babysitter itu tugasnya buat ngurusin bayi. bukannya malah ngurusin 12 cowo yang kelakuannya bikin naik darah. © atmospherxe, 2O2O