Hari telah berganti. Namun, lembaran foto yang menculik Jungkook ke masa lalu ini tidak berubah.
Huruf yang tersisa dibalik foto itu tidak berkurang ataupun bertambah. Hal ini membuat Jungkook tidak tidur sama sekali hingga mentari pagi menegurnya untuk kembali bekerja.
Dengan perasaan gundah, Jungkook tetap memaksakan dirinya pergi menuju tempat kerja gelapnya. Nampaknya Yoongi mulai terbiasa dengan tingkah Jungkook yang tidak stabil ini.
Mungkin dia sedang melalui masa pubertasnya lagi, pikir Yoongi.
Oleh karena itu ia memilih untuk tidak peduli. Lelaki itu lebih memilih untuk mengurusi senapan rakitannya dan membiarkan lelaki itu terus menggeluti masalahnya.
Bel yang tergantung di atas pintu berbunyi, menandakan ada seorang pelanggan yang baru saja memasuki toko mereka.
Yoongi berdeham, mencoba mengisyaratkan Jungkook agar segera melayani pria paruh baya dengan setelan rompi yang tampak lusuh tersebut.
"Jung?"
Yoongi mencoba memanggil Jungkook, namun pemuda itu masih sibuk menatapi jam yang berada di atas rak, entah apa yang ada di pikirannya.
"Permisi, aku butuh pistol M1911." Pria tadi bersuara, ia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
Yoongi merespon dengan menghela napas sejenak, ia kemudian memutuskan untuk beranjak berdiri dan meninggalkan pekerjaannya.
Tanpa basa-basi ia menyiapkan senapan yang diminta oleh pria tersebut, menyerahkannya dan kemudian menerima sejumlah uang seharga senapan tersebut.
Atensi Yoongi beralih kembali pada sosok Jungkook yang bergeming, ia berinisiatif menyentuh pundak Jungkook. "Jung, kau baik-baik saja?"
Jungkook tersentak kaget. "Oh, hyung. Apa yang terjadi?"
"Tidak ada, hanya saja kau sudah satu jam lebih melamun menatapi jam usang di sana." Yoongi mengendikkan bahunya, "apa sebenarnya kau sedang mengirimkan kode padaku agar aku segera mengganti jam tersebut dengan yang baru?"
"Tidak, hyung." Jungkook mengerjapkan matanya, ia tidak menyangka bahwa satu jam sudah berlalu sejak ia mencoba mencari tau tentang mengapa tulisan di fotonya tidak berubah. Ia tau pasti bahwa ada sesuatu yang salah.
Jungkook menggigit bagian dalam bibirnya, memikirkan bahwa ada sesuatu yang salah membuat ia tidak bisa tenang.
Aneh, ia pikir ia seharusnya merubah takdir dengan tidak memberikan senjata pada pelakunya.
Sayangnya, hurufnya sama sekali tidak berubah. Padahal, dengan tidak terjadinya penyerangan itu membuktikan bahwa takdir telah berubah.
Sejauh otak lelaki itu dapat berfungsi dan juga menurut logikanya, jika huruf tersebut tak berubah berarti masa depan akan tetap sama. Yang berarti, penyerangan itu tetap terjadi. Ia tidak bisa menyelamatkan bibi Myung In.
"Tidak!!" Jungkook tiba-tiba berteriak, membuat Yoongi menyemburkan air yang tengah ia minum, berakhir dengan batuk sembari mengumpati Jungkook.
Jungkook berdiri, "bila penyerangan tidak terjadi kemarin, apa mungkin hari ini—" Kalimatnya terpotong suara Yoongi. "Ada apa, Jung?!"
"Hyung, ini gawat. Istana mungkin akan diserang hari ini, aku harus segera ke sana." Jungkook tampak panik, ia menatap Yoongi sungguh-sungguh—berharap bosnya itu akan mempercayainya kali ini.
Kerutan di dahi Yoongi seolah memperjelas kebingungan yang ia rasakan. "Baiklah, Jung. Kau boleh pulang untuk beristirahat dan—Ya! Ya! Kau sedang apa?" Yoongi membulatkan matanya nyaris sempurna saat melihat Jungkook tanpa ragu mengambil pistol M1911A1, ia meraih lengan Jungkook dan menatapnya dengan penuh tanda tanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/151326561-288-k490668.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Backwards
FanficJungkook dan Seokjin adalah anak presiden Korea Selatan yang pertama. Meski begitu, kehidupan dua bersaudara itu bertolak belakang. Hanya satu hal yang menghubungkan mereka; wanita penghibur para pejabat, Ahn Yiseul. ❝They said we shouldn't look bac...