Kenalin juga, namaku Arya Pradana Saddam. Aku masih kuliah semester terakhir di bidang IT. Mungkin semua orang sudah tahu siapa aku karena banyak berita gosip beredar. Itu nggak masalah buatku karena benar adanya.
Aku lahir dari keluarga yang terbilang mapan. Aku tidak punya saudara karena aku anak satu-satunya. Ayahku pemilik perusahaan ternama sedangkan ibuku...sudah meninggal. Namun, aku masih belum percaya dia pergi begitu saja meninggalkanku sendiri. Karena itu aku berubah 90 derajat, aku kehilangan semangat hidup.
Sebelum meninggal ibuku berpesan agar tahun ini lulus, aku menurutinya dengan tidak bolos lagi. Karena itu aku masih bertahan hingga sekarang. Aku sangat menyayanginya karena ibu selalu ada buatku.
Sedangkan ayah, ia selalu sibuk dengan pekerjaannya. Jarang sekali meluangkan waktu untuk anak satu-satunya ini. Entahlah, apakah dia masih sayang padaku??? Itu hanya angan-angan ku saja.
Hingga kini aku di rumah sendiri dan dirawat oleh Bi Atun. Bi Atun sudah kerja di keluarga ini sebelum ibuku meninggal. Dia memang baik dan perhatian denganku, meskipun tak akan bisa menggantikan sosok ibuku.
"Den, mau kemana?."panggilnya dengan sebutan khasnya padaku.
"Arya mau keluar nyari angin."ucapku padhanya.
"Makan dulu den, tadi pagi aden kan nggak sarapan..."bujuknya.
"Nanti saja pas pulang bi. Jangan khawatir, Arya nggak akan membuat makanan itu mubazir."aku meyakinkannya.
"Ini sudah jam tujuh malam, pesan bibi nanti pulangnya jangan kemalaman."
Aku mengangguk lalu pergi menyalakan motor kesayanganku. Aku sebenernya nggak tahu mau kemana, hati ini hanya tak ingin sepi.
Namun sepertinya cuaca mengerti perasaanku, tiba-tiba rintik hujan turun membasahi bumi. Seolah dia juga simpati dengan kondisiku sekarang.
Kebetulan aku melewati sebuah gang ronda daerah sini. Akhirnya aku memutuskan berhenti untuk berteduh agar tidak kehujanan di gang ronda itu. Aku menunggu hujan reda sembari menikmati indahnya hujan di malam hari.
Tak berapa lama, seseorang tengah berlari ke arah tempatku berada. Dia berniat mampir juga di gang ronda, tapi sepertinya ia agak ragu begitu melihat ada seorang cowok sedangkan dia sendiri cewek. Namun, dia memutuskan juga untuk berteduh.
Kami berdua hanya diam menikmati dunia masing-masing. Dan aku tak mengajaknya bicara karena khawatir dia bakal berpikiran yang aneh-aneh tentangku.
Aku meliriknya sekilas, karena efek malam wajahnya tak kelihatan jelas. Yang terlihat dominan kepalanya dibalut dengan kerudung dan pakaian yang sopan. Ia tengah sibuk memainkan ponselnya.
Beberapa menit kemudian, terdengar suara motor dan berhenti di gang yang sama denganku. Cowok pengendara motor itu memberikan mantel hujan pada cewek berkerudung tadi. Oh, mungkin dia pacarnya. Pikirku...
Cewek itu menoleh padaku, memberikan mantel yang diberikan cowoknya. Cewek itu mungkin berpikir dia bisa satu mantel dengan cowoknya. Aku menolak dengan menggeleng kepala pelan. Dia akhirnya memakainya lalu naik ke motor, pulang bersama cowoknya.
Aku tersenyum tipis, menertawakan diriku sendiri. Begitu kasihan pada diri ini...
))))

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love With A Coolboy
Teen FictionDia membuka hatinya pada cowok yang cuek dan dingin. Akankah sikapnya akan luluh? atuh cinta membutakan segalanya. Namun alam seolah berkata, mampukah kalian bersatu meskipun memiliki perbedaan yang mereka yakini?