Tak lama akhirnya tiba di rumah sakit ketika adzan maghrib berkumandang. Aku pun memarkirkan mobilku terlebih dahulu.
"Siapa lo?jangan coba-coba nyulik gue lo. Nggak lucu tahu..."katanya tiba-tiba setengah sadar.
Aku terkejut...Barusan dia ngomong seperti itu depanku?Aku nggak salah denger kan?
"Aww..."katanya meringik kesakitan memegangi kepalanya.
"Sorry ya, nggak bermaksud buat nyulik cowok. Malahan niatnya mau nolongin masnya sampe nganter ke rumah sakit. Eh nggak tahunya mas malah ngomong gitu?sakit mas dengernya."jelasku sedikit panjang lebar.
Aku menoleh ke belakang dan nggak tahu kenapa dia juga melihatku sampai tidak berkedip.
"Gimana mas, mau periksa?saya sudah anter sampai sini lho. Sampai harus melewati buka puasa saya."kataku sedikit kesal.
"Ma-maaf, mbaknya puasa?..."ucapnya merasa bersalah.
Aku diam sebentar"Mau periksa enggak mas?kalau enggak saya mau pulang udah malam."
"Nggak kok mba, mba bisa pulang duluan aja. Makasih pertolongannya."katanya langsung turun dari mobil.
Aku pun iku turut, merasa nggak enak sama orangnya.
"Masnya kalo gitu nggak ngehargain saya yang nganterin sampe sini. Ya udah saya anter ke dalem."kataku menarik hodienya. Dia pun diam saja dengan perlakuanku padanya.
Aku menunggu di ruang tunggu setelah shalat Maghrib di mushola rumah sakit ini sembari menunggu Ihul datang.
Kok dia di sini?Pandanganku tertuju pada dokter yang sangat mirip dengan cowok di kampus yang waktu itu minta difotoin.
Aku nggak salah lihat kan?ternyata dokter toh, kirain mahasiswa hukum...Aku kemarin manggilnya pake kak, mas, atau pak ya?kayaknya mas deh, seharusnya kan pak. Duh kenapa aku jadi malu sendiri.
"Kak, kenapa ngelamun?."
"Ih, kamu ngagetin kakak aja. Capek nggak tadi?."tanyaku sembari mengusap dahinya yang berkeringat.
"Nggak dong, laki-laki itu harus kuat."katanya sembari memamerkan otot lengannya. Aku tertawa melihatnya, padahal ototnya masih biasa saja belum sebesar Dedy Corbuzier.
"Nih, Ihul bawain minuman. Belum buka kan?nanti makannya mampir aja di angkringan terdekat."katanya memberikan botol minuman.
"Duh, punya adik perhatian banget."senyumku.
))Aku masuk ke dalam ruangan bersama satu suster untuk diperiksa.
"Tunggu sebentar ya mas, dokternya bentar lagi datang."katanya sambil menyiapkan alat-alat medis.
Aku mengangguk lalu duduk di kamar pasien.
"Arya...tumben ke sini?kenapa nggak nemuin saya di kampus saja?."katanya ramah.
Aku menoleh ke sumber suara. Kenapa sih harus diperiksa sama dia. Moodku jadi hilang begitu saja. Karena dia suruhan ayahku untuk mengetahui gerak-gerikku selama di kampus. Entah kenapa aku nggak senang saja melihatnya.
"Habis bertengkar lagi?sampai kapan begitu terus?."tebaknya yang memang kebetulan benar sembari membersihkan darah yang menempel di dahi.
Aku hanya diam menanggapi, sebenarnya ingin sekali aku pergi. Namun, aku menghargai cewek yang telah menolongku.
Ketika diperiksa, dia banyak ngomong untuk tidak ini tidak itu. Aku masih tetap diam menanggapinya.
"Ini obatnya diminum satu kali sehari sesudah makan."ujarnya sambil memberikan obat. Aku menerimanya dengan malas.
Setelah selesai aku langsung keluar ke administrasi untuk membayar biayanya.
Aku mengedarkan pandangan, kulihat cewek itu masih menungguku. Aku sedikit tersenyum, namun senyumku sedikit pudar.
Kulihat seorang cowok mendatanginya, dan dia kelihatan bahagia sambil mengusap dahi cowok itu.
Ada apa dengan hatiku?
))))

KAMU SEDANG MEMBACA
Fall In Love With A Coolboy
Teen FictionDia membuka hatinya pada cowok yang cuek dan dingin. Akankah sikapnya akan luluh? atuh cinta membutakan segalanya. Namun alam seolah berkata, mampukah kalian bersatu meskipun memiliki perbedaan yang mereka yakini?