Panik

2 0 0
                                    

"Wah, nggak bisa lewat sini pulangnya kak. Ada perbaikan jalan."kata Ihul dalam mobil.

"Ya udah lewat jalur lain aja."kataku langsung putar balik mobil.

"Belok kanan aja kak, jalan alternatif lebih cepat sampai rumah."katanya memberikan solusi.

"Iya, kakak juga tahu."

"Jalan ini sepi kan kak, sedikit orang yang lewat sini."tambahnya lagi.

"Iya emang sepi. Kenapa kakak jadi merinding gini yak."bulu romaku langsung bergetar.

Hari mulai gelap dan kulihat jarum jam sudah pukul lima sore. Ketika sudah sepertiga jalan kita lalui, terlihat dua cowok sedang berkelahi di tengah jalan.

"Hul, ada yang berantem hul."kataku keras.

"Eh iya kak. Ayo kak kita lerai."

"Nggak usah hul, kita lewati aja. Siapa tahu diantaranya bawa benda tajem gimana?golok, clurit, atau apalah itu. kan ngeri..."kataku sudah siap meningkatkan kecepatan jika melewatinya.

"Sepertinya nggak ada, mereka cuma saling pukul aja."

"Ya sama aja. Nanti kita yang kena pukul karena ngelerai gimana?."aku sedikit ngegas karena takut gimana-gimana.

"Udah tenang aje, ada babang Mafihul Tsaqif yang selalu on dalam situasi apapun."cengirnya.

"Terserah kamulah. Ihul harus tanggung jawab pokoknya."

"Oke siap, bunyiin aja kak klaksonnya."arahnya.

Aku pun menurutinya, dan salah satu dari mereka langsung kabur menaiki motornya karena kedatangan mobilku ini.

Aku dan Ihul langsung turun dari mobil menghampiri cowok itu yang tergeletak tak berdaya.

Aku benar-benar syok, cowok yang tergeletak tak berdaya itu adalah Arya. Gimana nasibnya kalau aku nggak lewat sini?apakah dia akan mati?aku nggak bisa membayangkan itu.

"Astaghfirullahal'adzim...Hul tolong hul, dia temen kakak. Masih bernapas kah dia Hul?."kataku panik dan tak berani mendekat.

Ihul langsung memegang tangan cowok itu untuk mengecek apakah denyut nadinya masih ada.

"Masih hidup dia kak, Kakak bisa kan bawa ke rumah sakit?nanti aku yang bawain motornya."katanya sembari mencari kunci motor di saku Arya lalu mengangkat cowok itu masuk ke dalam mobilku.

"Bisa kok...beneran kamu yang bawa motornya?"tanyaku.

"Iya..aelah kak bensin juga habis nih."ujarnya ketika menghidupkan motor Arya.

"Ya udah nih, kakak kasih uang."kataku sembari memberikan dua lembar kertas merah.

"Oke..."

"Seriusan nggak apa-apa kamu yang dorong motornya sampai di pom bensin?."tanyaku memastikan.

"Iya, udah cepat sana kak ke rumah sakit. Keburu berhenti napas gimana?."

"Kamu nih, bicaranya nggak dikontrol. Ya udah, kakak pergi dulu ya. Nanti nyusul kakak ya?"kataku.

Adikku mengangguk setuju. Aku pun segera menuju ke rumah sakit terdekat. Dan aku sesekali melirik Arya, takut aja jika kata Ihul tadi benar. Aku tak bisa membayangkan jika dia tiba-tiba berhenti napas beneran gimana?

))))

Fall In Love With A CoolboyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang