Hits School || Part 22

391 49 4
                                    

Gadis berambut sebahu itu menatap sedih bingkai foto yang ada digenggamannya. Ia sangat merindukan sosok itu.

"Andai lo masih ada," lirih gadis itu.

Gadis itu masih menatap sedih, enggan harus mengalihkan tatapannya. Sahabatnya yang sangat ia sayangi, sahabatnya yang sangat ia rindukan, kini sahabatnya itu tak ada lagi disisinya.

Sudah terhitung dua tahun sahabatnya itu pergi jauh meninggalkan dirinya.

Tok tok tok

"Nar?"

Sinar segera menaruh kembali bingkai itu di atas nakas lalu bergegas menuju pintu kamar dan membukanya. "Apa, Bang?"

Nara menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ikut abang, yuk."

"Kemana?"

"Nge-mall bareng kembar ama Roy," jawab Nara. "Mau?"

Sinar tampak berpikir. Jika di pikir-pikir lagi, ia saat ini butuh hiburan untuk memperbaiki mood. "Ya udah, ikut."

Nara mengernyitkan keningnya menatap Sinar
"Tumben mau ikut, biasanya enggak."

"Ya udah, gak ikut."

"Eits ..." Nara menahan pintu kamar saat Sinar hendak menutupnya. "Bercanda, Nar."

"Bentar, ambil masker dulu." Ucap Sinar hendak mengambil masker.

"Buat apa masker?"

"Korona," jawab Sinar.

***

"Udah siap?"

"UDAH!" Jawab Roy dan si Kembar, sedangkan Sinar hanya menatap lesu ke arah luar jendela mobil.

"KUY BERANGKAT!" Teriak Nara lalu menjalankan mobil yang dikendarainya.

"KUY!"

"Sinar?" Panggil Fito saat menyadari adiknya seperti tampak sangat lesu.

"Oy, Sinar." Panggil Roy saat Sinar tak menjawab bahkan menoleh sedikitpun.

"Nar, kamu kenapa?" Saat Zito bertanya seperti itu, saat itu juga bahu Sinar tampak bergetar dan suara isakannya yang membuat keempat kakaknya khawatir.

Roy yang memang duduk di samping Sinar langsung menarik bahu Sinar, membuat tubuh gadis itu menyamping memperlihatkan wajahnya yang sangat menyedihkan. Tanpa bertanya, Roy langsung memeluk Sinar, membuat adiknya itu menangis di dekapannya.

Suara tangisan yang terdengar pilu itu mengisi mobil yang kini hening. Para kakak laki-lakinya bisa mengerti mengapa adiknya itu menangis seperti ini.

Pasti karena sahabatnya yang meninggal dua tahun lalu.

"Nar, udah ya, jangan nangis." Ucap Roy lembut seraya menepuk bahu Sinar.

"Dia udah tenang di sana. Udah, ya? Jangan nangis."  Ucap Nara, perhatian.

"Gimana kalo kita ke dufan, aja? Happy-happy biar ga sedih lagi si Sinar. Naik roller coaster sambil teriak-teriak," ucap Zito mencoba menghibur Sinar.

Sinar menggeleng tak setuju, lalu ia berkata, "Jangan ke dufan, ke mall aja. Gue mau nyoba shopping-shopping dibayarin abang-abang."

Keempat laki-laki itu saling menatap. "O-oke, hehe. Ayo kita ke mall traktir Sinar!" Kompak keempatnya.

Habislah isi dompet. Gapapa, demi Sinar, Batin keempat laki-laki itu.

***

HITS SCHOOLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang