64 (Punggung)

6 0 0
                                    

Untuk saya, sepertinya punggung akan menjadi tempat ternyaman. Tidak perlu bidang, tidak perlu kokoh, cukup dengan hangat dan membawa rasa aman, cukup untuk menyembunyikan malu-malu dan khawatirku.

Seperti miliknya yang diam-diam kuperhatikan. Punggung yang- biasa saja. Tidak terlalu bidang dan sedikit membungkuk hingga saya ingin bertanya, seberat apa beban yang dia pikul? Tapi saya terlalu malu untuk bicara.

Kemudian berdiri sedikit jauh untuk bisa leluasa memerhatikan punggungnya menjadi sebuah kebiasaan. Saya sudah bisa membedakan bagaimana suasana hatinya hanya dengan punggung itu, bagaimana duka yang hampir menggerakan saya untuk merengkuh punggung rapuh itu, atau bagaimana marah yang membuat saya berharap bisa menepuknya untuk sekedar menenangkan. Sayang si pemilik punggung terus melangkah dan saya masih terpaku, hingga pada akhirnya orang lain lebih berani untuk merengkuh punggung itu.

Ahh... itu memang bukan untuk saya miliki. Saya menemukan diri saya masih tetap berdoa untuk si pemilik punggung terlihat lebih bahagia. Dan saya tersenyum menemukan hangatnya pandangan dan senyum dari orang lain yang merengkuh punggungnya. Ya. Kalian memang harusnya bersama.

Mundur selangkah. Bernapas. Saya harus tetap hidup. Pandangan dan senyum itu membuat saya iri, jujur saja. Apa ada orang lain yang memperlakukan saya seperti itu?

Berbalik; dan kosong.
Ahh... saya lupa, punggung juga tempat teraman untuk bersembunyi, bukan? Sepertinya kamu memilih yang satu ini.

Kuningan, 21 September 2020
19:41 WIB

CAWANGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang