Bab 12

9.7K 744 123
                                    

Cerita ini sudah tamat di Karya Karsa: Wihelmina Miladi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Cerita ini sudah tamat di Karya Karsa: Wihelmina Miladi

Saat ini Bella tengah sampai di kantornya dan langsung duduk di mejanya.

"Astaga, Bel, kamu cuti ngapain sih sampai beberapa hari gitu? Kok bisa sih enak dapet ijin dari Bu Rianti, tante girang itu? Kan biasanya susah banget dapat ijin cuti dari dia!" kata Vioni.

"Em, itu, aku ada urusan mendadak yang urgent banget soalnya!" jawab Bella.

"Nih kerjaan kamu, Bel, numpuk banget udah kaya gunungan cucian kotor, lagian sih liburnya lama, empat hari, gila aja, selamat lembur yah hehe!" ejek Vioni padanya.

"Huft, semangat lembur deh, encok-encok deh pinggang aku entar!" kata Bella dan memulai pekerjaannya.

Hari ini adalah hari tersibuk buat Bella setelah cuti kemarin, pekerjaan menumpuknya harus dia kerjakan segera. Belum lagi di tambah pekerjaan yang dikejar deadline membuat Bella sibuk sampai lupa makan siang.

Disisi lain Richard sudah pulang ke rumah dan melirik jam yang sudah menjukan pukul sepuluh malam tapi Bella belum pulang.

Richard menelpon Jody orang kepercayaannya untuk mengecek apakah Bella masih di kantor pada jam segini.

Dan ternyata benar saja Bella masih sibuk dengan pekerjaannya meski sekarang teman-teman se divisinya sudah pulang sejak tadi.

"Dasar gadis kecil merepotkan!" gumam Richard lalu dia mengambil kunci mobilnya dan bergegas ke kantor Bella yang sudah sangat sepi.

Dia kemudian menelpon Pak Burhan salah satu atasan Bella dan memintanya menelpon Bella untuk menyuruhnya pulang, dia meminta Pak Burhan merahasiakan ini dari siapapun termasuk Bella membuat Pak Burhan kepo maksimal dengan hubungan apa yang di miliki Bella dengan seorang bos besar yang dingin dan kejam seperti Pak Richard.

Tapi Burhan harus menahan rasa keponya demi kelangsungan hidupnya di perusahaan tempatnya bekerja.

Akhirnya dia menelpon Bella dan segera menyuruh gadis itu untuk pulang. Bella membereskan dokumennya dan melirik jamnya yang sudah pukul setengah sebelas malam, tiba-tiba dia merasakan perutnya sangat sakit dan Bella baru ingat dia tidak memakan apapun sejak siang dan hanya memakan sebuah roti saja sore tadi.

Akhirnya Bella bergegas keluar dari kantor dan dia di buat kaget dengan kehadiran Richard disana.

"Mas Richard kok di sini?" tanya Bella yang baru keluar gerbang kantornya.

"Buruan masuk!" titah Richard mengacuhkan pertanyaan dari Bella.

Dan akhirnya Bella memutuskan untuk masuk ke mobil Richard, sepanjang perjalanan Bella merasa sangat canggung karna Richard hanya diam saja.

"Kenapa kamu baru pulang jam segini?" tanya Richard datar membuka pembicaraan dikeadaan yang sunyi sepi.

"Eh, mm ... itu Bella 'kan udah lama cuti jadi pekerjaan Bella numpuk, belum lagi kerjaan baru yang dikejar deadline," jawab Bella jujur.

Richard hanya menghela napasnya kasar, Bella itu sungguh keras kepala padahal dia sudah menyarankan Bella untuk Resign dan focus mengurus rumah saja toh Richard bisa menghidupinya.

Melihat Bella jadi mengingatkan Richard pada Zavier putra semata wayangnya yang pekerja keras, gigih dan keras kepala padahal Richard bisa memenuhi kebutuhan Putranya tapi tetap saja Zavier bersikeras ingin sukses dengan usahanya sendiri.

"Kamu pasti belum makan, kita mampir dulu ke restoran di sana."

Richard mengarahkan mobilnya menuju sebuah Restoran yang mewah yang masih buka di jam segini. Dengan canggung dan ragu-ragu Bella mengikuti Richard masuk ke restoran.

"Mau pesen apa?" tanya Richard pada Bella yang merasa kagum berada di restoran semewah ini, seumur hidupnya Bella tidak pernah pergi ke restoran mewah mengingat dia harus berhemat.

"Isabella Noraolin Gayle, kamu mau pesan apa?"

Richard sekali lagi mengulang pertanyaannya karna sejak tadi Bella hanya bengong dan tidak menjawabnya.

"Eh, aku ikut pesenan Mas Richard aja," jawab Bella seadanya toh dia bukan orang pemilih.

Akhirnya tak lama makanan pesanan mereka datang, Bella sangat menyukai rasa masakan di tempat ini. Pantas saja enak kan karna harganya juga mahal batin Bella.

Tanpa sadar Bella sangat lahap memakan makanannya dan lupa akan kehadiran Richard di depannya.

"Kamu kaya orang kelaparan yang gak makan selama berhari-hari," sindir Richard yang merasa lucu melihat Bella.

"Uhuk ... uhuk ...."

Karena kaget Bella jadi tersedak. Richard langsung memberikan minum pada Bella dan menepuk lembut punggung Bella untuk membantunya meredakan.

"Pelan-pelan, gak akan ada yang minta kok, kalo kurang kamu bisa bilang biar saya pesenin lagi," kata Richard lembut membuat Bella malu seketika, wajahnya mendadak panas dan memerah seperti udang rebus.

"Lucu, kamu masih suka tersedak kaya anak kecil saja, terakhir kali Zavier tersejak pas kelas 3 SD." Richard membuat Bella menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

"Maaf, Mas, Bella tadi laper banget soalnya lupa makan siang," cicit Bella.

"Apa? Gimana bisa kamu kan udah dewasa masa jaga diri saja tidak bisa, lain kali saya gak mau tau walau sesibuk apapun kamu jangan sampai lupa makan, nanti kalau sakit siapa yang repot? Saya juga akan disalahkan karna tidak bisa menjagamu."

Richard memberikan wejangan membuat Bella mengangguk menurut. Setelah itu mereka pulang ke rumah .

Pagi harinya Bella menyiapkan segalanya dan melakukan tugasnya seperti biasa. Hari-hari Bella berjalan seperti biasanya. Dia berangkat kerja di antar oleh pak Sejo seperti biasa dan entah mengapa Bella merasa aneh karna pak Burhan mengurangi pekerjaan Bella.

Dan saat Bella diajak temannya makan siang di kantin, tapi Bella malah masih mengerjakan kerjaan membuat Pak Burhan menegurnya dan menyuruhnya makan siang, entah apa yang terjadi mengapa pak Burhan jadi begitu baik dan perhatian, bahkan beberapa pekerjaannya di serahkan pada Naomi salah satu teman kerjanya membuat Bella sangat tidak enak hati pada rekan kerjanya itu.

"Eh, ada anak emasnya Pak Burhan!" sindir Naomi saat makan di sebelah meja Bella dan Vioni.

"Tahu gak, Mi, wajahnya aja keliatan polos tapi kita kan gak tau aslinya dia kaya gimana, mungkin aja dia godain Pak Burhan 'kan di belakang biar bisa jadi anak emas!" sinsir Lula salah satu teman Naomi.

"Oh iya yah, kalian udah denger sendiri 'kan gosipnya? Bella 'kan simpanan om-om, orang banyak yang lihat tiap berangkat kerja dia dianterin sama mobil mewah gitu dan itu orangnya udah tua. Euh, apa gajinya kurang kerja disini sampe ngegaet om-om kaya, udah gitu godain pak Burhan lagi."

Naomi membuat Bella semakin sakit hari dengan tuduhan yang tidak benar dari mulut Naomi dan gengnya.

"Maksud loe semua apa, huh? Sembarang Fitnah sahabat gue kaya gitu, Bella itu anak yang pinter makanya bisa di percaya atasan dan gak kaya yang kalian bilang tadi," kesal Vioni yang tak terima sahabatnya di Bully seperti itu.

"Pinter? Pinter ngegodain cowok maksudnya? Haha!" sarkas Naomi membuat emosi Vioni dan Bella meninggi, beda dengan Bella yang masih bisa menahan diri tapi Vioni jenis orang yang sedikit lebih bar-bar, dia menyiramkan minumannya ke arah Naomi.

"Loe berani sama gue?" kesal Naomi saat wajah dan bajunya basah karna ulah Vioni.

"Beranilah, makanya kalo ngomong tuh dijaga!" kesal Vioni.

"Vi, udah, jangan diladenin, aku gak mau kamu ribut-ribut sama dia gara-gara aku. Aku gak apa-apa kok. Udah yah, yuk, kita pergi aja!" kata Bella melerai.

"Awas yah loe berdua, gue gak akan lepasin kalian!" kesal Naomi.

Akhirnya Bella dan Vioni pergi dari kantin dan memilih makan dari delivery di meja mereka.

Way of Life Stepmother! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang