Cp. 7

14 2 2
                                    

Bantu tandai typo.

Enjoy, happy reading.

"tak ada orang disini. Aku sudah mencarinya tapi dia tak ada di tempat yang kau sebutkan." Hansh manatap sekitar yang dipenuhi oleh orang-orang. Akan sulit menemukan Aidan diantara Banyaknya orang. Apalagi fokusnya saat ini terbagi dua.

Ia khawatir pada Audrey yang ditinggal sendirian. Namun disatu sisi ia tak bisa membiarkan Aidan Dalam keadaan mabuk tanpa ada yang mengawasi, apalagi Ia sempat mendengar jika sebelumnya Allard menghampiri Aidan Disaat pria itu sedang tidak baik-baik saja.

Aidan akan sangat sulit mengontrol diri dan tak bisa berfikir dengan baik jika saat dalam keadaan mabuk, ditambah lagi jika Aidan yang berbeda Muncul disaat Tekanan dan emosinya sudah tak mampu pria itu tahan.

Hansh mengusap Wajah frustasi, Ia tak tahu harus mengurus yang mana dulu.

"Aku akan  mengakhiri ini dan kembali kesana." Terdengar suara dari handphone di genggamannya dan mengangguk kemudian mengahiri sambungan sepihak. Ia berjalan menuju meja dimana ia meninggalkan Audrey tadi.

Hansh menyapu lautan manusia dengan matany,.mencari  keberadaan Audrey yang tak ada di tempatnya.

•••∆∆••••

"Kau terbangun." Tanya seseorang. Tubuh Audrey menegang saat kasur yang ia tempati bergerak dan suara itu menyapa telinganya. Ia menoleh dengan perasaan campur aduk dan......

"Aaaaaaa...." Pekiknya refleks. Ia termundur dan meringkuk di sudut  ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya, saat melihat Aidan yang  hanya mengenakan boxer dan menatap heran padanya.

"Si...siapa kau?" Ucap Audrey was-was. Ia menatap gelisa kesegala arah. Tampak, perempuan itu belum menyadari jika telah terjadi sesuatu padanya.

Aidan sama terkejutnya dengan Audrey. Namun hanya beberapa detik sebelum kembali bersikap cuek dengan ekspresi datar. Pria itu terlihat memegangi kepalanya dengan dahi mengkedut. mengingat apa yang terjadi dengannya dan perempuan didepannya, membuat kepalanya tiba-tiba sakit. Hingga suara pekikan Audrey kembali terdengar menggangu pendengarannya.

"Ka...kau! kau.....Hiks apa yang kau lakukan padaku." Ujar Audrey ditengah isakannya. Perempuan itu semakin merapat di sudut kepala ranjang dengan tubuh gemetar dan Air mata yang terus luruh membasahi pipinya.

Aidan masih dengan ekspresi datarnya. Tak memperdulikan perempuan didepannya, sebelum menyela.

"Menurutmu apa yang akan terjadi jika sepasang manusia tidur di satu ranjang yang sama dengan keadaan seperti ini." Kata Aidan dingin. Pria itu berdiri menyambar pakaian yang ia kenakan semalam di pinggir kasur dan juga lantai kemudian memakainya.

Sebelum melangkah pergi, ia sempat melirik Audrey yang masih meringkuk dengan tubuh gemetar. Perempuan itu terus menggeleng dengan airmata yang berderai.

"Four season hotel boston, Lantai 15, kamar 115. bereskan dan segera kirim latar belakang dan data perempuan yang masuk sebulum saya memasuki kamar itu. 15 menit semua harus selesai dan bersih tanpa ada jejak." Setelah mengatakan hal itu Aidan memutus sambungan sepihak tanpa repot mendengar jawaban Dari bela pihak. Pria itu memasuki mobilnya dan menancap gas meninggalkan kawasan Four Season Hotel Boston saat melihat waktu yang ditunjukkan arloji dipergelangannya, menunjukkan pukul 09:48 AM.

•••¥¥¥••••

Setelah melihat kepergan pria yang tak Audrey ketahui namanya, perempuam itu juga ikut turun dari kasur dengan masih menggunakan selimut.

Auderey membawah langkahnya menuju kamar mandi. Perempuan itu melepas selimut yang membungkus tubuhnya saat memastikan pintu sudah terkunci.

Audrey bukanlah perempuan polos yang tak tahu Arti dari semua bercak merah yang ada pada tubuhnya. Dada, leher punggung bahkan  perut dan disekitar pinggangnya terdapat banyak karya abstrak yang di buat oleh Aidan.

The Fate Of LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang