SG 7 - Tante?

10 1 0
                                    

O_o


Seseorang terlihat sedang menyibak hordeng yang tertutup agar terbuka. Sinar matahari menyorot dari celah celah jendela. Kegiatan itu jelas mengganggu seseorang yang tadinya tertidur pulas, lenguhan keluar dari mulutnya.

"Bangun, Angin." tegurnya lembut.

Pria itu melenguh. "Lima menit lagi."

Dea—Mama Angin menyibak kasar selimut yang menutupi semua tubuh Angin. "Kemarin kamu bilangnya mau ke rumah Tante Nia buat ngambil jeruk."

Angin membuka matanya malas, Angin bangun kemudian mengambil handuk dan mandi se pagi ini. Sungguh sangat rajin sekali.

"Mama keluar!" usir Angin dari dalam kamar mandi. Dea yang mendengar itu hanya tertawa. Anaknya sudah besar sekarang.

Angin mengambil hoodie hijaunya, tak lupa untuk menyemprotkan parfum yang selalu menjadi andalannya. Angin pikir dia terlalu rajin karena weekend mandi se pagi ini. Kurang kerjaan.

"Aku naik mobil, ya?" pinta Angin kepada Dea yang sedang menonton televisi. Dea menatap putranya yang sudah rapi.

"Papa gak pergi kan hari ini?" Dea menggeleng. "Kuncinya?"

"Mau ngapain segala pakai mobil?" Angin dan Dea sontak mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Itu Doni—Papa Angin.

"Ke rumah Tante Nia, ngambil jeruk, kan." Doni mengangguk, kemudian menunjuk letak kunci mobil yang dia simpan. "Hati hati."

Setelah Angin berpamitan kepada orang tuanya, Angin langsung menuju rumah Nia.  Untung saja jarak rumahnya dengan rumah Tantenya tidak jauh. Apa lagi di rumah Tantenya ada WiFi, mana mau Angin menolak.

Kemarin Fiko dan Bisma saja meminta untuk ikut. Tapi Angin jelas menolaknya, lagian apa yang akan dilakukan kedua manusia itu pagi pagi di rumah Tantenya? Yang ada mengganggu tetangga.

Ketika Angin sampai, ternyata Tantenya itu sedang berada di depan rumah. Jadi Angin tidak perlu memanggilnya lagi. Angin langsung memarkirkan mobilnya dan mencium tangan Tantenya.

"Pagi pagi udah ganteng aja nih ponakan Tante." Angin yang mendengar itu hanya tersenyum. "Bisa aja."

"Masuk dulu yuk, Tante buatin minum." ucapnya mengajak Angin. Angin mengangguk kemudian mulai memasuki rumah Tantenya.

"Tunggu sini ya, jangan kabur!" ancam Nia kepada Angin. Karena seingatnya, terakhir kali Angin datang ke rumahnya, Angin kabur karena bosan.

Angin memainkan ponselnya sambil menunggu Nia yang masih membuatkannya minuman. Tapi tidak lama setelah itu, Angin seperti mendengar seseorang memanggil nama Tantenya.

"Bu Nia!" Angin mengintip seperti anak kecil. Angin seperti mengenal orang yang sudah teriak teriak di depan rumah Tantenya.

"Kalo gak keluar Banyu mau pul—"

"Bu Yura! Rafa mau kabur!"

Angin berjalan keluar berniat ingin memastikan apakah penglihatannya salah atau tidak. Karena tidak mungkin kan Angin baru kelas 11 tapi matanya sudah parah seperti ini?

Angin berdiri tepat di belakang orang itu. Dia seorang gadis, Angin yakin matanya tidak salah. Dari pekikannya saja Angin sudah yakin. Angin memperhatikan gerak gerik gadis itu, matanya mengikuti arah pandang yang membuat gadis itu tertawa terbahak bahak. Astaga, ternyata ada seseorang yang sedang bergelantungan di depan sana. Jujur Angin ingin sekali tertawa saat ini, tapi Angin menahannya. Bisa malu kalau Tantenya sampai dengar.

SECOND GENERATION [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang