O_o
Hari ini suasana sekolah terlihat sedikit gaduh karena semua siswa dibebaskan tidak ada jam pelajaran. Banyu yang kini sedang santai santainya menikmati es teh yang sengaja dia bawa dari kantin ke kelasnya tiba tiba tersedak karena mendengar pekikan Tata yang mengangetkan.
"Lo yang kena." ucap Tata setelah Banyu terhenti dari batuknya.
"Truth or Dare?" sambung Tata lagi, dia terlihat begitu antusias.
Banyu tidak tampak berpikir. "Dare."
Jena selaku orang yang berhak memberi tantangan tersenyum jail. "Lo harus nembak Kak Angin di tempat umum dan semua orang harus denger."
Jena menjentikkan jarinya. "By the way, dia lagi main basket di lapangan."
Banyu menutup mulutnya rapat rapat dan menatap Jena yang berada di depannya. Apa apaan sebenarnya Jena? Apa Jena lupa kejadian minggu lalu ketika dia tidak sengaja bertengkar dengan Angin dan dihukum Bu Nera untuk membersihkan toilet?
Lalu kejadian bulan lalu ketika dia dan Angin tidak sengaja merusak net voli kemudian menendang pot bunga karena kesal dan dihukum untuk mengecat lapangan basket yang memang catnya sudah luntur?
Apa Jena juga lupa kejadian ketika Banyu disuruh Bu Nera untuk memanggil Angin di kelasnya, malah Banyu mendapat tatapan tak suka dan Banyu juga dikerjai oleh tetangga kelas Angin. Yang Banyu ketahui dari Maura kalau orang itu menyukai Angin, bahkan Maura saja sampai risih ketika dia mengejar ngejar Angin untuk membayar kas malah orang itu menatapnya tidak suka dan membicarakannya. Lagian siapa suruh mengintip kelas orang.
"Lo mau masa liburan gue gak tenang ya, Jen?" hanya itu kalimat yang mampu keluar dari mulut Banyu sekarang.
Jena tertawa, bukan tanpa alasan dia memberikan Banyu tantangan seperti itu. Hanya saja Jena sudah muak dengan orang yang bernama 'Zendi' yang Jena tahu sudah dari sehabis PTS sampai habis UAS ini Banyu dekat dengan orang itu tapi belum juga Zendi tembak. Tantangannya ini sebenarnya hanya untuk memancing Zendi. Jena ingin tahu apakah Zendi itu sungguh sungguh dengan temannya atau tidak.
Jena harap Zendi yang Banyu maksud bukan Zendi yang sama dengan orang yang Jena kenal.
"Tapi kalo Kak Zendi tahu—"
"Just friend." potong Jena cepat. Jena mengangkat satu alisnya.
Banyu terdiam dengan perkataan Jena. Ada benarnya juga, selama ini Banyu hanya sebatas teman saja dengan Zendi. Teman chatting, teman telfon, teman video call, teman jalan, bukan teman hidup.
"Tapi kenapa harus Angin? Yang lain kan bisa. Ada kak Rafif, ada Hanip, banyak Jen." Banyu tak suka. Bahkan semua orang juga tahu bagaimana hubungannya dengan Angin. Tidak pernah akur.
"Dare nya terserah gue kan?" ucap Jena membuat Banyu mengangguk.
Tata yang melihat itu hanya bisa diam menyimak. Lagi pula Tata juga bingung harus mengeluarkan kata dan kalimat apa. Tata yang tadinya sangat antusias kini malah menjadi bingung sendiri.
"Guys—"
"Gue tau lo gak paham, Ta. Jadi lo diem aja." potong Banyu meletakkan jari telunjuknya di depan wajah Tata.
Tata menatap Jena meminta penjelasan. "Banyu mau nembak Kak Angin." ucapnya membuat Tata kembali tersenyum antusias.
"Akhirnya dua kubu yang sama sama keras kaya pantat gajah mau bersatu." tawa Tata membuat Banyu memutar bola matanya malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND GENERATION [ON GOING]
Fiksi RemajaKisah ini dimulai sejak awal masuk SMA. Kisah yang selalu menjadi tontonan semua siswa dan para guru. Dan kisah yang terjadi untuk kedua kalinya. Bisa dikatakan kalau ini adalah Second Generation. Apa jadinya jika seorang adik kelas sangat membenci...