"Diem atau bunga matahari lo gue cabut." ancam seseorang dari ujung tangga.
"Ya elah, gue cuma mau ngambil kunci mobil Papah, katanya ada di kamar lo." ucapnya tak peduli, dia membuka pintu dan masuk ke dalam kamar.
"HANIN! GUE UDAH BILANG JANGAN PERNAH MASUK KAMAR GUE LAGI!"
Hanin dengan cepat mengambil kunci mobil yang berada di atas meja. "Suara lo persis bebek kecekek sumpah, Ngin."
Angin berjalan mendekati Hanin. Mentang mentang Angin sedang radang dan suaranya menjadi serak, Hanin menjadi dengan seenak jidatnya mengatai suara Angin persis bebek kecekek. Sungguh Hanin tidak memikirkan bagaimana perasaan tenggorokan Angin.
"Gue bilangin Mama kalo yang ngabisin keju di kulkas itu—"
"Foto siapa, Ngin?" potong Hanin cepat. Hanin tidak sengaja melihat sebuah foto perempuan di atas meja belajar Angin.
Angin menatap Hanin kesal. "Cewek Fiko."
"Oh." Hanin kembali menatap foto itu. Wajahnya tidak terlihat karena foto itu diambil dari arah belakang.
"Kebiasaan banget tuh anak ninggal barang disini." decak Hanin kemudian menatap Angin yang berada di belakangnya.
"Udah keluar sana." usir Angin menatap Hanin kesal.
Hanin menyengir, dia berjalan mendekati Angin. "Lo kapan kenalin cewek ke gue, Ngin?"
"Gak akan. Gue tau lo bakal sinisin cewek gue." ketus Angin, saat ini Angin hanya ingin Hanin cepat cepat keluar dari kamarnya.
"Ya udah sama Tarina aja."
Angin duduk di pinggir ranjang kemudian merebahkan tubuhnya. "Yang ada gue digebukin Zendi, tolol."
"Loh, Tarina udah sama Zendi? Yang gue tahu Tarina itu dari dulu ngejar ngejar lo terus. Tapi sekarang kok malah sama Zendi? Kata Carissa, Zendi juga lagi deket sama anak di sekolah lo." ucap Hanin tanpa jeda. Kenapa bisa Hanin ketinggalan berita?
"Zendi di jodohin sama Tarina. Itu wasiat dari Ayah Tarina sebelum meninggal dan Ibu Tarina baru bilang belum lama. Terus emang dari dulu keluarga Zendi sama Tarina udah ada niatan buat jodohin mereka." jelas Angin.
Hanin mendengkus, padahal Hanin sangat mendukung hubungan Tarina dan Angin. Tapi dari dulu Angin tidak mau membuka hati untuk Tarina. Tahu tahu Tarina sudah dijodohkan.
"Kenapa bisa dijodohin sama Zendi? Gue dari dulu dukung hubungan lo berdua. Mama juga udah tau kalo Tarina suka sama lo— kecuali Papa."
Angin meletakkan kedua tangannya dibawah kepala. "Namanya wasiat kan harus dipenuhi. Gue dari dulu gak pernah suka sama Tarina, semua orang juga tahu. Tapi Zendi dulu pernah suka sama Tarina, pas tau Tarina suka sama gue dia mundur, dan pas dia udah dapet yang bener bener dia sayang—orang tuanya baru bilang masalah perjodohan itu."
"Kisah cinta lo semua ribet, gak kaya kisah cinta gue sama cowok gue." ucap Hanin kemudian pergi meninggalkan Angin sendiri di kamarnya.
Angin menutup matanya sejenak. Masih memikirkan apakah gadis yang satu minggu lalu menyatakan perasaan kepadanya sudah mengetahui jika orang yang disukainya sudah dijodohkan dengan orang lain? Semenjak gadis itu datang ke dalam hidupnya, Angin menjadi cepat gelisah. Angin selalu memikirkan gadis itu. Saat ini pun sama, Angin sedang memikirkannya.
Menurut Angin, gadis itu sangat lucu ketika sedang memarahinya. Dia itu gadis yang selalu bertingkah kasar kepadanya setelah Maura. Di dalam kelasnya, hanya Maura dan Desi yang berani kepadanya. Mungkin juga karena Angin yang bandel tidak mau membayar kas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND GENERATION [ON GOING]
Teen FictionKisah ini dimulai sejak awal masuk SMA. Kisah yang selalu menjadi tontonan semua siswa dan para guru. Dan kisah yang terjadi untuk kedua kalinya. Bisa dikatakan kalau ini adalah Second Generation. Apa jadinya jika seorang adik kelas sangat membenci...