SG 14 - Fiko dan Jesi

4 0 0
                                    

Suara deru motor memecah lamunan seorang pria yang tengah duduk di balkon kamarnya. Kedua kakinya dia turunkan dari atas meja, dia bangkit dan melihat ke bawah. Berjalan masuk ke kamarnya, mengambil satu bingkai foto dan menyembunyikannya di loker meja belajar.

"Lo berdua emang meresahkan," gumamnya diakhiri dengan decakan kesal.

"Halo!" suara berat khas seorang pria memenuhi kamar Angin disertai dengan pintu kamarnya yang terbuka lebar.

"Adab lo, Fik!" Bisma memukul keras pantat Fiko kemudian meletakkan tasnya di atas kursi yang ada di kamar Angin.

"Segala ngomong adab lo sendiri juga gak ada adab!" cibir Fiko, mulutnya menggerutu dengan kedua tangan yang di gerak gerakkan.

Angin duduk, memandang kedua pria yang sudah masuk ke dalam kamarnya tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.

"Mau ngapain lo berdua?" ucap Angin sambil memainkan ponselnya.

Fiko berbaring di atas kasur dan Bisma duduk di sofa. Fiko memeluk guling dengan wajah yang tertutup bantal. Rasa kantuk sudah menemui Fiko kali ini, rasanya sangat lelah mengingat tadi dirinya selesai berlomba. Angin, Fiko, dan Bisma memang satu ekstrakurikuler.

"Mau numpang tidur lah!" suara Fiko terdengar lirih karena bantal yang menutupi wajahnya.

"Lo kira kamar gue hotel!" ketus Angin menatap Fiko yang berada di atas kasur.

Bisma bangkit dan berjalan mendekati Angin. "Gila banget sih gue tadi liat Zendi sama Tarina sosweet banget."

"Gak nyangka banget anjir mereka berdua bisa kaya gitu."

"Gak ada basa basi tiba tiba langsung ngomong kaya gitu. Lo kesambet apaan?" ucap Angin menatap Bisma datar.

"Siapa tahu lo cemburu."

"Bego banget lo! Angin kan udah punya cewek," celetuk Fiko kemudian bangun dari posisi tidurnya.

"Heh? Tarina kan udah sama Zendi, Angin sama siapa?" bingung Bisma.

"Lo kira cuma Tarina doang yang suka sama Angin?" Fiko menatap Bisma dengan tatapan malas.

"Enggak anjir! Bocah modelan kaya gini-" Bisma menunjuk Angin dari atas sampai bawah. "mana mungkin gak ada yang suka."

"Cewek gue kayaknya juga suka sama dia," ucap Fiko frustrasi. Kedua tangannya dia letakkan di atas kepala, menarik rambut kasar.

Angin yang kebetulan sedang meminum air putih tiba tiba mengeluarkannya kembali ke dalam gelas. Dasar jorok. Tentu saja Angin terkejut dengan ucapan Fiko, jelas jelas Jesi-pacar Fiko sangat amat sayang dengan Fiko. Tapi kenapa? Kenapa Fiko berbicara seperti itu.

"Ngadi ngadi lo ah! Jelas jelas lo pacarnya." sangkal Angin sambil menaruh gelasnya di atas meja.

Fiko menatap Angin dengan bibir yang cemberut. "Gue udah curiga dari dulu kalo dia pacaran sama gue cuma mau deket sama lo."

"Dia selalu nanya lo dimana," lanjut Fiko.

Tanpa diduga, Bisma malah tertawa terbahak bahak mendengar ucapan Fiko. Entahlah, menurutnya itu lucu. Mana mungkin Jesi menyukai Angin, selama ini yang dia lihat Jesi selalu menempel dengan Fiko apapun kondisinya.

"Ngawur banget. Lo berdua siapa yang nyatain perasaan sih?" tanya Bisma penasaran, Bisma memang tidak tahu menahu tentang ini. Ini juga first time Fiko mempunyai kekasih.

Angin berdecak menatap Bisma. "Ya jelas Fiko lah."

"Heh, engga anjir! Dia yang nyatain dulu."

Untuk yang kedua kali, Angin kembali menyemburkan air yang ada di dalam mulutnya. Yah, sebenarnya Angin juga tidak tahu sama sekali dengan hubungan Fiko dan Jesi. Hanya tahu mereka mempunyai hubungan, itu saja.

"Jadi dia yang nembak lo gitu?" Bisma duduk di pinggiran kasur. Tertarik dengan pembahasan ini.

Fiko mengangguk. Kedua tangannya dia gunakan untuk menopang dagu, dengan siku yang menapak di atas bantal.

"Kenapa lo terima? Lo ada pendekatan gak sih?" Bisma kini sudah penasaran, sangat!

"Gak ada, alasan gue nerima dia ya karena gue pengen punya pacar aja. Lagian si Jesi juga cantik."

Benar benar membuat orang geleng kepala. Fiko ini-memang gila. Angin tidak bisa berkata kata dengan sifat bodoh Fiko, sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Untung saja Banyu tidak mengejar Fiko terlalu jauh.

"Terus lo suka sama si Jesi?"

"Engga."

Hening, benar benar hening. Tidak ada suara apapun, bahkan suara dari luar rumah saja tidak ada. Kini Angin dan Bisma sama sama diam, memandang Fiko dengan mulut terbuka. Kurang ajar temannya yang satu ini, benar benar menjengkelkan.

"Goblok!"

Angin melempar sandal ke arah Fiko, sedangkan Bisma dia memukul punggung Fiko dengan kuat. Bodoh, kurang ajar, sembrono, Fiko tidak bisa dibiarkan. Apakah ada sukarelawan yang ingin menembak kepala Fiko? Jika ada maka lakukan sekarang.

Fiko meringis, menatap kedua temannya dengan tatapan kesal.

"Lo berdua apa apaan sih?" ucap Fiko diakhiri dengan ringisan.

"Lo goblok anjir! Putusin Jesi kalo emang lo gak suka." sekali lagi, Bisma memukul punggung Fiko.

Fiko langsung mengambil ponsel membuat Angin melototkan kedua matanya. Anak ini memang tidak waras. "Lo mau ngapain bego!"

"Pesen pizza, ya putusin Jesi lah!" kesal, kesal, kesal! Sebenarnya apa mau mereka berdua? Fiko sudah tidak bisa sabar lagi sekarang.

"Halo Jes-"

Hahaha, sudah terlambat. Ponsel Fiko sudah hancur.

"Bisma anjing!" maki Fiko sambil mendekati ponselnya yang sudah hancur berkeping keping di atas lantai. Hilang sudah aset berharganya.

Sementara itu di lain tempat, terlihat seorang gadis yang sedang duduk bersila sambil menonton televisi ditemani oleh teman sekaligus tetangganya. Satu tangan yang tadinya digunakan untuk memegang remot, dia angkat untuk menyentuh kepalanya.

"Siapa sih tadi yang mukul gue?!"

"Ini gak tahu sakit apa? Gue tahan dari tadi masih aja gak sembuh sembuh!"

Berbagai macam gerutuan keluar dari mulut cantik Banyu setelah dia sukses menyentuh kepalanya. Banyu tidak marah, hanya saja Banyu sedikit kesal karena rasa nyeri yang dia dapat tidak kunjung sembuh.

"Ya lo mikir aja masa baru beberapa jam langsung ilang sakitnya."

Rafa berdecak menatap Banyu sedikit kesal. Meskipun kasihan, akan tetapi Rafa sudah terlanjur kesal karena Banyu sudah membuatnya khawatir dan cepat cepat pulang meninggalkan teman teman sekolahnya yang sedang mengadakan acara kejutan untuk guru yang menyandang sebagai wali kelasnya. Banyu berbohong, dia bilang bahwa dirinya sedang sekarat dan Rafa langsung percaya.

Banyu mendesah kesal. "Andai di sekitar toilet ada cctv-nya, gue pasti tahu siapa yang udah nimpuk kepala gue."

"Emang ada sebenernya, tapi bagian deket sama toilet cctv-nya rusak," kata Rafa sambil melirik ponselnya yang menyala.

"Nah kan bener!" Rafa menunjukkan pesan dari seseorang kepada Banyu. "Kata Maura juga gitu, dia tadi tanya sama petugas di sana."

"Ngeselin banget."


SECOND GENERATION [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang