SG 10 - Rese

10 1 0
                                    

O_o


Bulan sudah tergantikan menjadi matahari. Pagi ini Banyu terlihat sedang bersiap siap untuk pergi ke sekolah. Hari ini adalah hari pengambilan raport di sekolahnya.

Banyu mengambil parfum dan menyemprotkan ke seluruh tubuhnya. Banyu menatap pantulan dirinya di cermin kemudian tersenyum. "Perfect. Cantik juga gue."

Banyu berjalan menuruni tangga dengan tas birunya yang dia sampirkan di bahu. Banyu harap nilainya nanti akan sebagus taman Bu Nia yang sudah Banyu perbaiki dan rawat.

"Pagi pagi udah disini aja lo, Raf." Banyu menarik kursinya kemudian duduk.

"Gue kan mau pamit sama lo, nanti gue mau pergi ke rumah Nenek. Udah libur sekolah."

Banyu melototkan kedua matanya menatap Rafa. "WHAT THE—"

"LO KOK GAK BILANG DARI KEMARIN SIH? KALO TAU GITU KEMARIN KITA PERGI JALAN JALAN BERDUA!" protes Banyu tak terima. Banyu merasa dikhianati. Kenapa Rafa tidak berbicara sejak kemarin kemarin? Kenapa mendadak? Sungguh Banyu sangat tidak terima. Sangat!

"Besok deh lo perginya, kita jalan jalan dulu nanti abis gue ambil raport." ucap Banyu bernegosiasi.

"No, today." Banyu mendengkus.

Rafa meminum susu coklatnya. "Lo kemarin pulang sekolah kan pergi sama Bu Nia buat beli apa sih? Wallpaper dinding kayaknya. Terus malemnya lo pergi juga gak tau kemana."

"Lo gak ngomong sama gue mau pergi ke rumah Nenek. Kalo pas pulang sekolah lo ngomong, yang pergi sama Bu Nia kan bukan gue. Mami juga kemarin gak kemana kemana, jadi Mami bisa nemenin Bu Nia." Banyu menjawab dengan nada sedikit kesal.

Rafa melipat kedua tangannya di atas meja. "Ya udah sih, yang penting kan gue udah ngomong sama lo barusan."

"Ya tapi—MAMI MASA RAFA MAU PERGI KE RUMAH NENEKNYA GAK BILANG BILANG SIH?!"

Rafa menutup wajah dengan kedua tangannya. Rafa menggerutu dalam hati. Kalau tahu Banyu akan seperti itu, Rafa tidak akan bilang jika dia akan pergi ke rumah neneknya untuk berlibur di sana.

Rafa menyesap kembali susu coklatnya kemudian bangkit dari duduknya, Rafa memperlihatkan jari tengahnya kepada Banyu. "Fuck!"

Banyu mendengkus, mengambil rotinya dan bangkit. "Aku berangkat dulu Mami!"

"Papi juga." ucapnya ketika melihat Papinya sedang berjalan menuju meja makan. Tapi bedanya Banyu lebih memilih menghampiri Papinya dan mencium tangannya, sementara Maminya—Banyu tidak menghampiri dia di dapur dan malah menitip salam kepada Papinya.

Banyu berjalan keluar sambil memainkan ponsel. Tapi ketika di pintu, Banyu tidak sengaja menabrak seseorang, ternyata itu adalah Dita.

Dita mendorong kecil dahi Banyu. "Mata tuh di pake."

"Nah, aku mau berangkat." Banyu mengambil tangan kanan Dita dan menciumnya.

"Oke, uang jajannya nanti pas Mami ke sekolah aja."

"Oh, oke deh." Banyu mengangguk tanpa pikir panjang. Sampai akhirnya Banyu tersadar dan kembali menatap Dita. "Enggak! sekarang aja."

"Nanti aja, Mami ke sekolah kan jam setengah sembilan." Dita tidak peduli, dia meninggalkan Banyu yang masih berdiri di tengah pintu.

"Dih."

Banyu kembali melanjutkan langkahnya menuju Mang Ujang yang sudah menunggunya di depan. Banyu sempat melirik ke jalan depan rumahnya dan tak sengaja melihat Rafa yang sedang mengambil kucing. Ah, kucing putih itu sangat lucu di mata Banyu.

SECOND GENERATION [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang