08

8 5 0
                                    

Feiro mengira dia bisa tidur tenang setelah kamarnya kembali rapi seperti sebelumnya. Nyatanya tidak. Beberapa menit berlalu dan laki laki itu masih saja tidak bisa diam untuk menutup mata. Awalnya dia berpikir untuk menemui Alkei saja, tapi yang benar saja, dapat dijamin bahwa Alkei hanya akan membuatnya begadang semalaman.

Pantai menjadi tempat pilihannya. Setidaknya angin bisa membuat penjaga itu lebih rileks. Dengan beralaskan daun kelapa, Feiro hampir saja berhasil untuk mengarungi alam mimpi sampai Gaza datang.
"Mungkin akan ada banyak kamar kosong di rumah jaga bila semua penjaga sepertimu," ucapnya santai seakan tadi siang tidak terjadi apa apa.

"Akupun tidak ingin berada di luar jika keadaan tidak memaksa," balas Feiro. Sejenak dia berpikir bahwa Gaza tidak terlalu buruk.

"Maksudmu memaksa?" tanya pemimpin penjaga tersebut.

"Blover tidur di atas tempat tidur tadi. Dan... dan apa kau merasa sedikit kepanasan? Entahlah, atau hanya aku yang begitu setalah hujan turun. Jadi... begitulah..." jawab Feiro tentu sedikit tergagap. Untungnya Gaza tidak melanjutkan permasalahan itu.

Feiro ingin mengumpat sekeras kerasnya. Kenapa dia bisa hampir saja membuat Gaza tahu akan rencananya. Dapat dipastikan Telstar akan mengamuk jika mengetahui ini.

"Ngomong ngomong, untuk masalah tadi, itu... aku hanya tidak bisa berpikir jernih," ucap Gaza yang pasti masih ingin melanjutkan perkataannya, tetapi sulit untuk merangkai kalimat.

"Aku sudah melupakannya," kata Feiro berlawanan dengan keadaan sebenarnya. Dia menghargai maksud baik Gaza datang, namun Feiro benar benar harus tidur sekarang.

"Oh... aku lupa. Tadi Blover mengacak acak lemariku. Sebaiknya aku harus cepat merapikannya," bohong Feiro yang ternyata berhasil.

Sekitar dua puluh menitan setelah benar benar mengosongkan pikiran, penjaga tersebut akhirnya bisa terlelap dalam mimpi, di saat penjaga lain masih bisa berkeliaran di rumah jaga. Terkecuali untuk Telstar yang lebih dulu tertidur pulas.

***

"Feiro... cepat bangun! jangan bilang kau lupa rencana ini...." Feiro mengerjap, mendapati Telstar telah memasang wajah segar sehabis bangun tidur. Tak ada yang dapat menandingi semangat Telstar hari ini. Termasuk anak anak yang dibuatkan bola baru.

"Sudah ku bilang jangan sampi tertidur. Di mana Alkei?" ucap Telstar menggebu gebu, tetapi hanya dibalas raut wajah orang yang seperti tidak mengerti apa apa. Feiro masih berusaha mengembalikan fokusnya.

"Oke lupakan itu. Cepat ke kamarnya sekarang!" seru wanita itu lantas berjalan cepat tanpa menimbulkan suara sedikit pun.

"Aku tidak bisa mengerti anak ini lagi," keluh Telstar melihat Alkei dapat tidur dengan tenangnya. Mengingat beberapa jam yang lalu dia baru saja bangun dan mengatakan belum mengantuk sedikit pun. Feiro menelan ludah, merasakan akan ada sedikit amukan di ruangan itu.

Benar saja, Telstar tanpa pandang bulu merenggut bantal milik Alkei, membuat pemuda itu sedikit kesakitan tatkala kepalanya berbenturanan dengan ranjang yang keras.

"Cepat... bangun... Alkei," kata Telstar memberi jeda di setiap kata, sembari memukul Alkei menggunakan bantal.

"Aku baru saja bisa tertidur..." keluh penjaga itu berusaha mendapat kesadaran penuh.

"Berikan aku waktu sebentar," pintanya. Feiro mengira dia hanya akan berdiam sebentar untuk menyesuaikan matanya lantas langsung bangkit, nyatanya tidak. Telstar sudah kehabisan kesabaran melihat Alkei yang memilih tidur kembali memunggungi temannya itu.

NolanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang