11

4 4 0
                                    

Feiro masih terdiam, menahan napas. Dia menunggu hingga suara langkah kaki kuda kuda tersebut mulai menjauh, hingga benar benar yakin terowongan tersebut sudah aman. Sialnya, entah dimana obor yang menjadi bekal utama Feiro. Lupakan saja, berjalan dengan meraba-raba dinding sekitar juga tidak buruk. Hanya saja dia harus rela mendapat beberapa pukulan dan goresan di kening.

Feiro menarik napas dalam dalam begitu dapat merasakan udara segar di luar terowongan. Suasana yang begitu sejuk di sana, membuat penjaga itu lupa bahwa matahari sebenarnya sudah berada tepat di atas kepala. Feiro memilih meluangkan waktunya sebentar saja untuk berkeliling, sebelum menaiki jalanan licin nan curam di depannya.

Daerah tersebut benar benar kosong. Sangat kecewa memang. Apa yang sedang para pemimpin desa sembunyikan? apa hal istimewa dari sebuah terowongan? ataukah semua pemimpin desa mengetahui tempat ini?

Semua pertanyaan tersebut muncul begitu saja secara bersamaan. Setidaknya, Feiro mengharapkan satu kalimat atau sejenisnya muncul di antara bebatuan. Dengan begitu, waktunya menjadi tidak terbuang percuma. Beruntung Feiro datang sendirian, cukup dia saja yang kecewa untuk kedua kalinya, dengan alasan sama.

Di atas, ayam milik Arzo berjalan lambat menjauhi jalanan yang Feiro pijak. Sudah pasti hewan itu berusaha mengikuti kuda kuda yang baru saja lewat. Jika perkiraannya benar, maka Feiro tidak perlu mencari jalan keluar dengan susah payah. Cukup ikuti saja ayam tadi, dan dia sendiri akan mengikuti gerombolan kuda. Namun, bila gerombolan kuda tadi tidak sedang menuju desa, tamatlah riwayatnya.

Dengan setiap tiga detik melangkah, nyamuk pun dapat hinggap di tubuh Feiro dengan mudah. Sesekali menguap, menunggu akan adanya keajaiban yang membuat ayam menjadi bisa berlari. Rasa lapar seketika penjaga itu rasakan. Tidak heran kenapa banyak orang membenci kata 'menunggu'.

"Hey... Feiro..." teriak seseorang terdengar familier. Benar saja, Feiro baru saja mendengarnya tadi sebelum mencari ayam Arzo.

"Akhirnya kau menemukannya," kata Arzo mengambil ayamnya yang berjalan kikuk. "Ngomong ngomong, kenapa kau tidak mengatakan akan mencari ke sini? aku tidak melihatmu di jalan tadi."

"Itu... itu..." balas Feiro masih memikirkan apa yang akan ia jawab. "Oh... tadi aku lewat jalan lain. Aku juga melihatmu tadi." Arzo hanya mengangguk paham.

"Aku sudah menandai jalan tadi. Tidak perlu lagi mengecak satu persatu pohon kersen," kata laki-laki itu menunjukan sehelai rumput panjang diikat di beberapa batang pohon. Feiro lega tidak lagi harus menunggu ayam yang sama sekali tidak menunjukan keajaiban.

***

Keadaan desa tidak lebih baik dari kedatangan badai. Beberapa rumah penduduk terbakar, dan menyebar ke rumah rumah lainnya. Beberapa wanita menenangkan seorang ibu dan anaknya yang tak berhenti menangis. Sedangkan sisanya sibuk mengurus agar api tidak lagi membesar. Feiro mengambil satu ember dekat rumah penduduk yang masih aman. Keadaan yang jauh dari sumber mata air, ditambah keadaan siang hari yang begitu membakar kulit, membuat api semakin mudah menyebar. Beberapa rumah terpaksa harus dirobohkan— setelah semua barang barangnya aman untuk mencegah kebakaran yang lebih buruk.

Tidak perlu waktu untuk bertanya, pasukan Regrafa sudah pasti menjadi dalangnya. Sementara laki laki itu harus berfokus pada satu hal; memadamkan kobaran api. Teriakan terdengar dari Gaza agar semua orang dapat bergerak cepat. Dan para pemimpin desa sibuk memikirkan rumah mana yang harus dirobohkan agar waktunya tepat.

Feiro memberikan embernya yang penuh, kepada salah satu penjaga yang lewat untuk mengambil air di saluran irigasi sawah. Laki laki itu berusaha mengejar lima orang yang menunggang kuda hitam menuju hutan. Namun, gagal dia kalah cepat dari hewan yang memiliki kekuatan penuh pada kakinya. Satu hal yang terpikirkan, yang Feiro lihat hanyalah lima. Berarti satu orang masih berada di sekitar desa.

NolanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang