4

4.6K 475 5
                                    

JANGAN LUPA VOMENT YA!!!






Seulgi berteriak kesal sembari mengacak tatanan rambutnya. Membuat Taeyong yang berada di depannya mengutuki umpatannya.

"Kenapa lo bang?"

"Sorry"

Seulgi kembali membaca dua pesan singkat dari Yooa. Kekasihnya baru mengabarinya ketika bus sebentar lagi mau berangkat. Si mungil mengatakan kalau dia gak bisa ikut ke puncak karena sang bunda tiba-tiba mengajaknya pergi ngelayat ke rumah pamannya.

Seulgi tentu saja tidak bisa marahin si mungil kesayangannya. Dia udah jadi bucin garis kerasnya si Yooa.

Tapi tetap saja dia kesal. Kenapa gak dari tadi aja bilangnya, tau gini Seulgi tidak akan ikut juga dan memilih menemaninya.

Seulgi tersentak dari lamunannya. Kenyataan baru saja menamparnya kalau ia tidak bisa membatalkan acara liburan ini begitu saja, karena dirinya lah yang mengajak anak-anak bolos seminggu dari kampus, padahal dua minggu lagi mau semesteran. Ide untuk pergi ke puncak juga usulan darinya, kalau ia gak ikut bisa di pastikan Chanyeol dan temannya yang lain akan memutilasi dirinya.

Enam puluh menit bukan waktu yang sebentar. Apalagi perjalanan ke puncak akan memakan waktu empat jam. Gimana gak dongkol nungguin mereka.

Hari sudah semakin panas. Rencana berangkat habis subuh gagal lantaran semalam mereka pada mabuk bon cabe di rumah Suho.

Seulgi mengabaikan keberadaan temannya, ia duduk di kursi paling belakang sambil mijit pelipisnya yang berdenyut ngilu.

"Lah, kok nambah penumpang lagi. Kursinya gak cukup udah full" Chanyeol berkata, memandangi Irene yang meremat ujung lengan kemeja kebesarannya yang agak menjuntai menutupi jari-jari lentiknya.

"Hehe, Jennie yang bawa kak. Habisnya dia gabut di kosan"

"Tapi nanti dia duduk dimana Jen, kursinya udah penuh"

"Biar aku duduk di bawah aja kak, atau berdiri"

"Lo yakin kuat, ini jauh loh dek"

"Ya mau gak mau kak"

"Irene duduk sama Seulgi aja, katanya Yooa gak jadi ikut" celetuk Jeno.

"Yah, jadi Seulgi gak ada pasangan dong wkwk"

"Bagus dong biar Irene gak jadi obat nyamuk, hehe"

"Ya udah duduk sama Seulgi aja Rene" Chanyeol menyuruh Irene untuk mendekati kursi paling belakang.

"Terimakasih kak" Irene merengsek malu-malu pas liat muka lempeng Seulgi menyambut kedatangannya.

Gak disambut sih soalnya pandangan Seulgi kayak kosong gitu.

Mereka yang berada dalam bus itu satu kampus kok, cuma beda jurusan sama fakultas saja. Satu-satunya yang sudah lulus dan bekerja bang Yesung yang saat ini bawa kendali bus.

Bus melesat cukup jauh meninggalkan perkarangan rumah Suho.

Anak-anak yang lain pada ngebacod random, sementara pemain utama kita sedang berdamai dengan pikiran masing-masing.

Irene berusaha tak mengganggu Seulgi yang menampakkan ekspresinya yang datar. Ia duduk manis dan mulai membalurkan minyal telon ke perutnya yang mulai sedikit embul. Ia masih mual terlebih di bus sangat engap dan berisik.

Irene gak tahan, ia mau muntah. Selembar roti yang dimakannya tadi udah naik ke kerongkongan dan siap keluar dari mulutnya.

Sontak Irene meremas hoodie Seulgi. Membuat pemuda Kang menolah kepadanya.

"Kenapa lo?"

"Mau muntah" jemari Irene beralih menekan perutnya yang bergejolak.

"Kalau sakit kenapa ikut, ngerepotin gue aja"

"Jangan marah kenapa sih, kepalaku makin pusing denger kamu ngomel"

Seulgi tak peduli. Ia mengabaikan Irene yang udah pucet banget mukanya. Anak-anak gak ada yang menyadari kondisinya, selain duduk paling ujung mereka juga sibuk karaokean sambil joget-joget gak jelas.

"Boleh minjam tangannya gak?"

"Mau ngapain?"

"Bentar aja sampe dia benar-benar tenang" dia yang dimaksud Irene itu adalah si baby. 

Irene kembali memohon. "Plis Seulgi, aku udah gak kuat, uhmmppp" Irene menutup mulut ketika perutnya kembali berulah.

"Ya udah nih"

Irene tersenyum sebentar sebelum mengambil tangan Seulgi terus diletakin di perutnya.

Jadi tangan Irene di atas tangan Seulgi yang sekarang lagi ngusap lembut perut Irene. Seulgi sebenarnya mau protes tapi dia urungkan ketika melihat Irene menutup mata dan menyandarkan kepalanya ke belakang.

"baby selalu nyaman kalau udah disapa sama ayahnya. Dia udah gak serewel tadi, makasih Seul, jangan dilepas sebelum aku benar-benar tidur" guamam Irene. Ia sedikit tenang ketika tangan Seulgi bergerak lembut mengelus perutnya.

Ibu jari Irene tanpa sadar ikutan mengusap punggung tangan Seulgi. Perlahan ia terlelap.









TBC

BERANDAL KAMPUS | SEULRENE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang