1

12.6K 747 32
                                    

JANGAN LUPA VOMENT YA!!

Ini pertemuan keduanya setelah malam itu. Sebelumnya kedua remaja itu tak saling mengenal, tepatnya si manis Bae males berurusan dengan berandal kampus.

Irene tak peduli dengan kejadian sebulan yang lalu. Ia sudah melupakan dan benar-benar alan melupakannya.

Cukup sekali saja ia mendapatkan mimpi buruk itu. Ck, si brengsek itu.

Kedua pasang mata mereka tak sengaja bertemu dalam seperkian detik. Sorot tajam si pemuda seberang melemparinya tatapan sinis dan smirk menyebalkan, padahal dirinyalah yang bersalah.

Irene sempat mengurung diri selama seminggu setelah insiden sialan itu. Dimana dirinya tiba-tiba terbangun dengan keadaan naked bersama salah satu kakak tingkat yang di undang Chanyeol malam itu.

"Rene, kamu sakit ya?" pertanyaan lirih Jennie berhasil membuat Irene terkesiap dari lamunannya.

"Huh, eung.. nggak" Irene senyum tipis.

Sebenarnya ia tidak dalam kondisi yang cukup baik sejak pagi tadi. Tubuhnya lemes banget sehabis mengeluarkan seluruh isi lambungnya. Irene memuntahkan setiap makanan yang masuk ke perut. Dan itu benar-benar menyiksanya karena harus bolak-balik ke kamar mandi. Tenaganya seolah tergerus habis. Beberapa kali ia juga sempat ambruk di toilet sekolah.

"Wajahmu pucet banget, aku anter ke uks ayo" Jennie menggenggam sebelah tangan Irene yang bebas.

"Gak usah, lebay banget kamu. Aku cuma masuk angin gak usah sekhawatir itu Jen, buruan habisin makananmu, aku ke toilet bentar"

Irene beranjak dari duduknya dan bersiap meninggalkan meja kantin sebelum tubuhnya limbung dan berakhir gak sadarkan diri.

"BAE IRENE!!" lengan Jennie sampe terantuk pinggiran meja saat hendak mendekati sang sohib yang terkapar di bawah kakinya.

Lansung saja anak-anak berkumpul setelah pekikan panik Jennie menarik atensi mereka.

Jennie lansung menangis sambil meneriakan nama Irene berulang kali. Menepuk-nepuk pipi dan mengguncang pelan bahunya.

"Woi, bantuin napa anjir, hikss"

Anak-anak tak kalah panik melihat si jenius Bae mendadak pingsan di kantin. Padahal beberapa menit yang lalu tawa dan omelannya masih terdengar berisik di indra pendengar mereka.

"Yak, Irene kenapa?" si cerewet Lisa menghampiri Jennie bersama kedua temannya.

"Aku tidak tau, minta tolong bantu aku bawa Irene ke UKS Joy"

"Kita mana bisa bawa tubuh Irene, mending kamu aja dah Seul" Lisa menoleh ke si pemuda minim ekspresi.

Tadi dia gak mau ikut nyamperin kek anak lain lakuin, tapi Lisa memaksa dan menyeretnya berbaur mengumpuli Irene.

"Kok gue, Johnny aja tuh. Gue ada kelas habis ini, duluan ya gaes" Seulgi gak peduli, dia tetap jalan mengabaikan permintaan Lisa.

"Dasar, yak Kang Seulgi. Bener-bener dah tu anak" geram Lisa. Lalu merengek ke Johnny untuk membawa Irene ke UKS.

.

.

.

Irene kembali menutup mata saat rasa pusing masih menyerang kepalanya. Disusul rasa hangat menyapa kulit punggung tangannya, merasakan genggaman erat seseorang.

"Lama banget ya aku tidurnya, hehe"

"Gak lucu!"

"Ya maaf" Irene mempout.

"Irene, siapa yang udah nidurin kamu? Jujur Bae Irene"

Yang ditanya mendengus kesal. Baru juga bangun, bukannya ditanyain kondisinya malah ditanyain kek gitu.

"Kamu apaan sih Jen, nanya kek gitu"

"Pliss, Rene"

"Apasih. Memangnya aku kenapa?"

"Kamu hamil bodoh"

"Jangan bercanda, gak lucu. Memangnya aku perempuan jalang"

"Iya juga sih, tapi kenapa dokter Kim bilang kamu ini mungkin hamil yah, ah lupakan saja. Sekarang giaman kondisimu, udah enakan?"

"Masih pusing dan mual"

Irene berusaha menepis celotehan konyol Jennie dari kepalanya meski perasaan takut terus merambati pikirannya.

Tidak mungkin bukan jika ia hamil.

Tapi bagaimana jika itu benar.

Irene mengalami semua gejala yang dirasakan oleh beberapa ibu hamil.

Dan dia seorang mahasiswa kedokteran.

Sialan.

Tolong hentikan niat Irene untuk melakukan tes urin.

.

.

.

"Maaf, bisa ikut aku sebentar? Gak akan lama, janji"

Irene mendatangi kelas si pemuda brengsek.

Terpaksa dia tuh.

Setidaknya harus memberi taunya.

"Satu menit"

"Aku hanya butuh sepuluh detik"

Irene jalan duluan disusul Seulgi.

"Mau ngomong apaan, gue gak punya banyak waktu"

Kedua mahasiswa beda Fakultas itu berada di ruangan teater. Irene duduk sedangkan Seulgi berdiri.

"Aku hamil anak kamu, brengsek"

"Oh"

"Kok reaksimu begitu, kek gak ngerasa bersalah"

"Ya terus, kamu memintaku untuk bertanggung jawab dan menikahimu? Ck, maaf aku belum siap, dan siapa kamu? Lagi pula aku tidak sadar saat melakukannya"

"Aku juga gak sudi kembali berhubungan denganmu, tenang saja aku bersumpah tak akan meminta pertanggungjawabanmu"

"Kalau begitu cepat gugurkan"

"Sebelum kamu memintanya, aku sudah berencana akan melenyapkannya"

"Terus ngapain kamu bawa aku kesini?"

"Aku melupakan sesuatu"

"Apa?"

PLAK!!

Irene menampar keras pipi Seulgi.

"Yak, kamu sudah gila ya?"

"Kamu yang bajingan"















Mohon dukungannya untuk cerita baru saya.

TBC



BERANDAL KAMPUS | SEULRENE ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang