Paris (JeongHyo)

952 98 17
                                    

"Terkadang kau merindukan seseorang yang berada di samping kita, bahkan pelukan tak bisa mengobatinya"

=====

Pria itu tersenyum dengan memandang butiran air hujan yang tak henti menetes sejak pukul 5 sore. Di temani secangkir latte dan beberapa gorengan. Semua orang mengatakan dia absurd, pemilik cafe higenis, namun penggila makanan dengan minyak jenuh itu. Oh jangan lupakan juga rokok yang di hapit kedua jarinya, ia memandang awan yang semakin gelap. Senja pun kini berganti malam.

Cafe cukup sepi, hanya mereka berdua saat ini. Orang pasti malas keluar rumah saat hujan deras seperti ini, beberapa karyawanpun ia suruh pulang karena jam operasional hampir berakhir.

Seharusnya seorang owner cafe merasa sedih saat sepi pengunjung, namun Jeongyeon cukup pasrah kali ini.

Paris in the rain berkumandang, senyumannya semakin merekah saat menatap seorang perempuan yang sedang mengelap meja untuk kali ke 5.

Ia melirik jam dinding antik dengan ornamen kayu.

"Lama-lama itu meja bolong gara-gara sering elu lap" Jeongyeon mematikan rokok yang tengah ia hisap lalu menghampiri wanita tersebut.

Perempuan itu menatap jalanan dengan lalu lalang mobil yang mencipratkan genangan air ke bahu jalan. Beberapa motor juga nampak terburu-buru karena hujan semakin deras.

"Haaaaah....." Hembusan nafas panjang lolos dari mulut si perempuan membuat si pria terkekeh.

"Mau pulang sekarang?" Tanya pria itu membuat si gadis mendelik ke arahnya.

"Jangan gila, ujan makin deres ini" sergah perempuan ini kesal pada si pria.

"Duduk dulu" Jeongyeon menarik kursi mempersilahkan kekasihnya untuk duduk.

Kerinduan menyeruak di hati Jeongyeon saat tubuhnya duduk sempurna berdampingan dengan kekasihnya. Lantunan lagu cinta dari Lauv dan rintik hujan menambah keromantisan pada malam hari itu.

Jeongyeon menyandarkan kepalanya di bahu si perempuan. Tidak ada boss disiplin dan galak jika mereka sedang berdua, hanya ada pria manja nan manis jika Jeongyeon sudah berduaan dengan Jihyo.

Tangan si perempuan mengusap halus rambut si pria dengan tawa kecil yang khas lolos sampai ke indra pendengaran Jeongyeon dan tentu saja membuat pria itu ikut tersenyum.

Tahun ke 5 mereka menjadi pasangan kekasih namun mereka tak pernah mengurangi kadar cintanya. Jeongyeon yang perhatian dan Jihyo yang penyayang, tidak ada yang berubah.

Terlebih bisnis yang mereka rintis berdua membuat mereka semakin terikat.

"Elu ngantuk? Tidur aja" ucap Jihyo yang kini mulai mengelus pipi si pria.

"Lima tahun tapi tetep tangan lu paling juara bikin gue nyaman Ji" ucapnya dengan menyentuh tangan Jihyo, lalu mengisi sela-sela jari gadis itu dengan miliknya.

Mungkin orang tidak akan menyangka jika dua insan itu menjalin kasih, sebab tutur bahasa mereka yang nampak seperti sahabat.

Mata pria itu terpejam, udara dingin mulai masuk dari sela-sela kaca lebar yang berada di hadapannya. Jeongyeon menarik tangan gadis itu dengan mendekatkan ke bibirnya, sebelum hembusan udara hangat yang ia keluarkan dari nafasnya, tidak lupa Jeongyeon menggosok tangan Jihyo.

Senyuman semakin terukir di wajah gadis itu.

Pemandangan kota Bandung pada malam hari yang di basahi oleh air hujan itu bahkan tidak kalah romantis dari kota Paris jika ada Jeongyeon di sampingnya.

"I like me better when i'm with you..." Jihyo bersenandung dengan suara indahnya, mengikuti lagu yang sedang berputar di dalam cafe.

"Ujan-ujanan yuk?" Tiba-tiba saja kalimat itu keluar dari mulut Jeongyeon, membuat Jihyo melotot karena terkejut.

Hujan turun begitu derasnya, apa yang pria itu pikirkan sehingga mengajak untuk bermain hujan-hujanan.

"Gue gapernah libur Ji, kali aja kalo gue sakit jadi bisa libur hehe" kekeh pria itu di balas dengan pukulan lembut si perempuan

"Jangan gila! Siapa yang ngurus cafe nanti?!" Gadis itu menatap kekasihnya kesal.

"Ya elu lah haha" kekeh pria itu begitu bahagia melihat wajah kesal kekasihnya.

Namun seolah tak peduli dengan raut wajah itu, ia segera menarik tangan Jihyo untuk keluar dari cafe. Perempuan itu memekik, geram pada kekasihnya.

Kini tubuh kedua insan itu basah kuyup karena butiran hujan jelas turun membasahi tubuh keduanya.

Jeongyeon tertawa puas, Jihyo yang tadi kesal pun merubah raut wajahnya. Kini ia tersenyum hangat melihat kekasihnya yang nampak begitu bahagia.

Ia tahu akhir-akhir ini Jeongyeon terlalu fokus dengan pekerjaan dan tentu itu menguras pikirannya. Rasanya sudah lama ia tidak melihat tawa Jeongyeon yang begitu bahagia.

"Ji, baca!" Telunjuknya mengacung ke arah neon box di sebrang cafenya. Mata Jihyo mendelik, permintaan yang sama setiap Jeongyeon menggoda Jihyo.

Jelas Jihyo kesal sebab ia tidak bisa menyebutkan nama restoran itu dengan fasih.

"La Boulangerie Parisienne" ujar Jeongyeon begitu percaya diri, membuat Jihyo mendengus.

"Udah ah gue mau masuk" Jihyo melangkahkan kakinya, untuk masuk ke dalam cafe.

"Ji..." Teriak Jeongyeon. Mereka berdiri di tengah tengah trotoar jalan, saling berpandangan walaupun terpisah jarak sekitar 3 meter.

"Ji, mau ga nikah sama gue?" Pinta Jeongyeon begitu santai. Jihyo tertegun mendengar itu. Tubuhnya seolah membeku, begitupun otaknya yang mendadak 'blank'.

"Gue engga punya cincin sekarang. Karena kemarin gue liat di instagram harganya di atas 5 juta dan gue belum punya tapi mau ga nikah sama gue?" Kembali Jeongyeon menanyakan hal yang sama.

Mata Jihyo beberapa kali mengerjab dengan bibir tertakup. Jeongyeon memang usil dan selalu membuat lelucon tapi sangat tidak lucu jika hal seperti ini ia jadikan 'prank'

"Lu ngeprank gue?" Suara Jihyo sedikit ragu. Jeongyeon paham keraguan Jihyo, ia melangkahkan kakinya mendekati sang kekasih dan menggenggam kedua tangannya.

"Di dalem yuk, dingin" Jeongyeon menyeret tubuh Jihyo atau lebih tepatnya melangkahkan kaki sembari memeluk tubuh kekasihnya.

Kini Jihyo dalam tensi gugup, sementara Jeongyeon sedang sibuk mengerus rambutnya yang basah.

"Gue besok libur ya?" Jihyo yang sedang melamunpun terperanjat kaget mendengar suara kekasihnya.

"Tuh kan gue bilang apa? Sakit kan?!" Jihyo bangkit dan mendekati kekasihnya dengan tatapan resah.

"Lu juga libur" tambah Jeongyeon membuat Jihyo bingung.

"Ji, 5 tahun kita pacaran, engga mungkin gini-gini aja kan? Kita juga udah usia matang, gue udah ngomong ke orang tua gue kalo gue mau lamar elu. Dan gue yakin besok adalah waktu yang tepat" Jihyo terkesiap mendengar penuturan kekasihnya.

Rasa haru membuncah mendengar ungkapan kekasihnya tersebut.

"Gue engga menerima penolakan atau penguluran waktu. Gue udah stuck di elu Ji"  Joengyeon sedikit mendesak.

Tak ada kata yang terucap dari mulut gadis itu. Jeongyeon melamar dengan cara yang sangat sederhana namun begitu berkesan baginya.

Paris Van Java yang sedang di guyur derasnya hujan, lantunan lagu Lauv yang menggema di dalam cafe dan tubuh yang menggigil, membuat gadis itu menangis haru dengan lengkungan senyuman terbentuk di bibirnya.









Geje ya? Biar ya?

Twice 'random' OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang