Bad Guy (SMC)

1.1K 157 41
                                    

Ketiga bocah laki-laki sedang bermain di kediaman Nayeon dan Jeongyeon, namun kedua orangtuanya sedang bekerja maka mereka di titipkan kepada seorang pengasuh bayi yaitu Momo.

Kini mereka sedang mengatur skenario permainan. Tidak ada super hero lagi, kali ini mereka berperan sebagai polisi dan penjahat.

Mereka masih bernegosisasi walaupun sudah pasti yang menjadi polisi adalah Dahyun sebab bocah itu sangat terobsesi dengan ayahnya yang berpropesi sebagai seorang polri

"Chaeng jadi penjahat ya? Boleh ya?" Mohon Chaeyoung yang ingin menjadi penjahat dan di kejar oleh Dahyun, sebab di dunia nyata Dahyunlah yang sering di kejar olehnya.

"Tzuyu jadi hakim aja"

"Hakim boleh smackdown penjahat ga?" Tanya Tzuyu polos, Dahyun mengangguk pasti karena menurutnya hakim memang memiliki tugas menghukum penjahat.

Lalu Chaeyoung berlari menuju kamar orangtuanya, membuat kedua temannya itu kebingunan.

Tak lama berselang itu tersenyum lebar dengan memamerkan spidol.

"Penjahat harus punya tattoo" celetuk Chaeyoung dengan mengacungkan spidol tersebut, kedua bocah itu membulatkan mulutnya paham.

Dengan cepat Chaeyoung melepaskan pakaiannya dan mencorat coret tubuhnya dengan spidol permanen tersebut.

Mereka tertawa puas setiap melihat tubuh Chaeyoung yang sudah penuh dengan tinta spidol.

"Kata papah kalo chaeng punya tattoo sebelum 21 tahun berarti anak nakal. Nah kan sekarang chaeng jadi penjahat, jadi engga apa-apa ya?" Tzuyu mengangguk, lagi pula ia suka mencorat coret tubuh temannya dengan spidol tersebut.

Dahyun hanya menonton, ia ragu dan sedikit takut namun setelah melihat hasilnya ia melebarkan senyumannya karena hasilnya tidak buruk juga. Tubuh dan wajah Chaeyoung penuh dengan 'tattoo'.

Kini mereka membuat jalan cerita dan memastikan setiap peran mereka.

Cerita tersebut mengisahkan jika Chaeyoung sang penjahat mencoba menculik putri tidur yaitu Momo, pengasuhnya yang saat ini memang sedang tertidur.

Chaeyoung adalah seorang buronan yang di cari oleh Dahyun untuk segera di hukum oleh sang hakim Tzuyu.

"Gimana kalo ka Momo nya bangun?" Tanya Dahyun sedikit khawatir.

"Engga mungkin, kan ka Momo putri tidur" Tzuyu dan Dahyun mengangguk mendengar penuturan bocah laki-laki bernama Chaeyoung.

"Jangan naik tangga ya? Soalnya kata ibu bahaya" kembali Dahyun mengingatkan

"Dahyun gaboleh naik tangga, kalo Chaeng boleh. Kan penjahat pasti nakal" Tzuyu dan Dahyun saling bertukar pandangan. Terserah apapun yang akan Chaeyoung lakukan pikir mereka, lagipula sutradaranya Chaeyoung.

Hingga drama kejar-kejaran antara penjahat dan polisipun di mulai. Suara dari pistol yang mereka buat dengan mulut mereka hampir menggema di ruangan tempat mereka bermain.

Momo yang sedang terlelappun tentu terusik tidurnya karena kegaduhan di kamar anak-anak tersebut. Setengah sadar ia mulai bangkit dari kursi dan beranjak untuk menuju kamar tersebut.

Mata yang masih sipit itupun tiba-tiba terbelalak melihat anak asuhnya itu penuh dengan spidol. Buru-buru Momo menggedong Chaeyoung untuk membawanya ke kamar mandi. Jam menunjukan pukul lima sore artinya Nayeon dan Jeongyeon di perjalanan pulang. Akan jadi masalah besar jika kedua orangtua bocah tersebut melihat si anak dengan kondisi seperti ini.

Dahyun dan Tzuyu ikut panik sebab bukan putri tidur yang di culik, melainkan sang penjahat. Dahyun berlari sekencang mungkin, lalu melempar pistol mainan yang di genggamnya tepat ke kepala Momo.

Momo mengaduh kesakitan. Selain masih pusing karena bangun tidur, kini kepalanya sakit karena mendapatkan lemaparan tersebut.

Momo menarik tangan Dahyun kasar karena sebagai seorang remaja, emosinya pasti mudah tersulut. Dahyun yang merasa terancam lantas menangis karena ia takut pada orang yang lebih tua darinya jika sudah marah.

Sang hakim kini turun tangan menyelamatkan penjahat dan polisi dengan mengetuk-ngetukan palu painan ke meja.

"Mohon tenang!" Sergahnya, namun keningnya mengerut saat melihat Momo menatapnya sinis.

Hingga pintu rumah terbuka dan menampakkan kedua orangtua Chaeyoung.

Jeongyeon sang ayah tertawa sementara Nayeon begitu panik melihat tubuh anaknya penuh dengan coretan.

=====

Si penjahat akhirnya di sidang, bukan oleh hakim namun oleh ibunya. Jihyo bahkan kini berada di kediaman keluarga Jeongyeon. Beberapa kali ia menggelengkan kepalanya setiap mengingat jika anaknya itu berbuat kasar dengan melempar pistol mainan kepada sang pengasuh.

Nayeon, Jihyo dan Jeongyeon beberapa kali meminta maaf atas kelakuan anak-qnaknya tersebut.

"Sekarang minta maaf ke ka Momo" lengkingan suara Nayeon membuat orang-orang di sekitarnya mengernyit. Ia benar-benar kesal.

"Tzuyu engga ngapa-ngapain ka Momo" celetuk Tzuyu karena ia merasa tidak melakukan kesalahan sebagai seorang hakim.

"Ma-maafin pak polisi ya dek" ucap polisi dengan isak tangis keluar dari mulutnya.

Jeongyeon mati-matian menahan tawa ketika mendengar bocah lima tahun itu menyebut "dek" kepada orang yang jauh lebih tua darinya tersebut.

"Chaeng engga akan minta maaf, kan chaeng penjahat jadi harus nakal" Nayeon yang sudah kesal lantas menjewer telinga anaknya.

"Engga ada penjahat-penjahat! Sekarang kamu diem di sudut tembok! Jangan kemana-mana sampe makan malem!" Chaeyoung meringis dan cukup ketakutan, sebab ia tahu jika sikap Nayeon seperti itu artinya ia sangat marah besar.

"Nay jangan berlebihan" Jeongyeon mencoba menenangkan istrinya tersebut.

"Sekarang!" Chaeyoung lompat dari pangkuan ayahnya dan segera menuju sudut tembok sembari mengangkat kedua tangannya.

Momo masih mengusap kepalanya yang terasa sakit, walaupun ia mendapatkan uang tambahan dari Nayeon dengan alasan 'untuk biaya berobat'.

Akhirnya sang penjahat di adili, polisi pun kini sudah di gendong oleh ibunya untuk pulang ke rumah dan sang hakim ikut dengan orangtua si polisi.





















Gimana? Gemes ga? Hahah

Twice 'random' OneshotTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang