Ngidam

372 38 0
                                    


"Sayang, kau sudah siap?" tanya Tiffany dengan lembut.

Dia menghampiri Krystal dan tersenyum.

"Kau memang sangat cantik, Kai tak salah memilihmu" pujinya.

Krystal tersenyum simpul.

Tiffany menutupi wajah Krystal dengan veilnya.

"Ayo, Kai sudah menunggumu di bawah dari tadi. Aku yakin dia akan terpukau saat melihatmu" bisiknya menggoda.

Krystal hanya tersipu, dia memejamkan mata dan berdoa dalam hati.

Semoga saja keputusan yang dia ambil saat ini adalah yang terbaik.

Krystal melangkah dengan perlahan, dia hanya menundukkan kepalanya.

Kaivan yang dari tadi berdiri gelisah di altar langsung membulatkan matanya saat melihat calon pengantinnya turun.

Dia meneguk salivanya sendiri, Krystal tampak sangat cantik dengan pakaian pengantin itu sekalipun wajahnya tertutup veil.

Krystal berdiri bersebelahan dengannya.

Tiffany tersenyum dan menyatukan kedua tangan mereka.

'Dingin' batin Krystal saat bersentuhan dengan tangan Kai.

Krystal ingin menoleh tapi pendeta sudah mulai melakukan ritual pernikahan mereka.

"Ayo, sekarang waktunya mengucapkan janji suci pernikahan kalian" ucap pendeta itu mempersilakan.

Krystal menoleh ke arah Kai. Dia merasa aneh saat melihat wajah Kaian yg sangat pucat dengan bibir yang membiru. Dia dapat melihat dengan jelas wajah Kai yang dipenuhi oleh keringat.

Krystal cemas.

"Kaivan Mahendra apa kau bersedia menerima Krystal Aurelie sebagai istrimu?"

"Saya bersedia"

"Krystal Aurelie apa kau bersedia menerima Kaivan Mahendra sebagai suamimu?"

"Saya bersedia"

"Selamat, kalian sekarang sudah resmi menjadi sepasang suami istri"

Mereka mengatupkan kedua tangan mereka, Krystal lebih dahulu beranjak untuk meminta berkat.

Tapi saat Kaivan ingin berdiri tubuhnya terasa sangat lemas. Dia ambruk di mandap dengan darah yang mengalir dari hidungnya.

"Kai" teriak ibunya khawatir.

Krystal menutup mulutnya.

'Cobaan apa lagi ini, Tuhan?' batinnya.

***

Tiffany terus menangis, dia sangat mengkhawatirkan putranya.

Sementara Krystal, dia hanya terdiam mematung di kursi tunggu. Lengkap dengan pakaian pengantin yang masih melekat, dia benar-benar meratapi nasibnya kini.

Dia bingung dan terus bertanya dalam hati.

'Ada apa dengan Kai? Apa yang terjadi padanya? Bukankah sebelumnya dia baik-baik saja?'

Pintu ruang IGD itu terbuka Tiffany langsung menghampiri dokter yang menangani Kai.

"Bagaimana keadaannya, dok? Bagaimana keadaan putraku?"

"Nyonya, kau harusnya tau kan jika hari ini adalah jadwal operasi transplantasi sumsum tulang belakangnya?"

Tiffany mengangguk.

"Operasinya harus segera dilakukan, jika tidak dia bisa kehilangan nyawanya"

TAR.. 

DenialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang