14

345 40 0
                                    


'Aku tak mengerti mengapa aku merasa nyaman saat berdekatan dengan Krystal? Mungkinkah aku telah jatuh cinta padanya? Tapi mengapa rasa cinta ini berbeda saat aku mencintai Karen?'

Kai terus termenung di kamarnya, semenjak dia kembali dari rumah sakit dia selalu melamun.

Dia terus menerka perasaan yang selalu datang saat berdekatan dengan Krystal.

Perasaan nyaman, tenang dan nyaman.

Terlebih lagi saat dia menyentuh perut Krystal, menyentuh perut buncit yang di dalamnya tumbuh benih miliknya.

Dia bahkan tak sabar untuk bertemu dengan bayi mungil itu.

Setiap kali memikirkannya senyum Kai merekah.

Dia sudah tak sabar menanti kehadiran jagoan kecil itu lahir ke dunia.

Kenapa jagoan kecil?

Karena Kai sangat yakin jika bayi yang dikandung Krystal adalah anak laki-laki.

Maka dari itu setiap kali mengelus perut buncit Krystal dia menyapa dengan sebutan baby boy.

"Kai, sarapan sudah siap. Kau mau turun ke bawah atau aku bawakan makanan kesini?" sambar Krystal yang baru saja datang.

Kai menoleh dan menggeser tubuhnya, kakinya menjuntai turun dari ranjangnya.

"Aku akan turun ke bawah"

"Oke"

Namun Kai heran saat dirinya bergegas turun ke bawah Krystal malah masuk ke dalam kamarnya.

"Kenapa kau malah masuk?" tanya Kai bingung.

"Aku mau mandi dulu Kai, tubuhku terasa lengket. Kau makanlah dulu, temani ibumu"

Kai manggut-manggut lalu pergi.

"Hmm melelahkan sekali" keluh Krystal sambil memijat tengkuk lehernya.

Dia kemudian menanggalkan bajunya membiarkan derasnya air shower membasahi tubuhnya.

***

"Aku pikir kau tak mau lagi turun untuk sarapan Kai" sindir ibunya.

Kai hanya tersenyum simpul.

"Pasti bukan mom yang memasak semua ini" tebaknya.

Tiffany hanya terkekeh.

"Punya menantu pintar masak untuk apa menyusahkan diri sendiri"

Kai hanya menggelengkan kepalanya.

"Kai, hari ini kau pergi ke kantor?"

"Hmm"

"Kau yakin? Apa bekas jahitanmu sudah tidak sakit?"

Kai mengangguk.

"Ya mom, ada banyak yang harus aku urus disana. Dan kau tau mom, perusahaan Mahendra kini mengalami kritis sahamnya menurun drastis"

"Kai, jangan bilang itu perbuatanmu?"

"Mom, sudah waktunya mereka membayar atas apa yang telah mereka perbuat pada kita"

"Aku sangat bangga padamu, Kai. Kau benar-benar putra ibu" pujinya sambil mengelus pipi Kai.

"Tapi dia juga putramu, kan?"

Tiffany terdiam dan tersenyum kaku.

"Ya, tapi Sultan merebutnya dariku bahkan dia menganggap wanita lain adalah ibunya sendiri"

"Mom, kau tau?"

"Apa?"

"Sebenarnya Krystal—"

DenialTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang