PROLOG

614 32 6
                                    

Lelaki itu mengatupkan kedua bibirnya amat rapat, lantas membiarkan manik huzelnut setajam elang memberikan tatapan penuh makna pada seorang gadis yang tengah memainkan sebuah gitar. Bahkan, sesekali menyanyi dengan suara merdu nan menyejukkan hati.

Lelaki itu, Vanko Dickson, mungkin akan tersentuh kala mendengar nyanyian itu, jika saja ia tidak mengingat kekesalannya di mana gadis tersebut, Sachi Martinez terus saja berada di dekatnya dan menjadi sosok gadis yang amat peduli---sosok yang terus saja memberikan kebahagiannya kapan pun dan di mana pun. Bahkan, saat gadis itu tengah merasa kesulitan, manik huzelnut-nya tidak pernah absen melihat indahnya senyum gadis bergigi kelinci itu yang tidak pernah bosan untuk memberinya sebuah dorongan agar dirinya semangat dalam menjalani kehidupan.

Dengan tatapan datar, Vanko menghela napas. "Suaramu jelek." Dua suku kata yang membuat Sachi mengerucutkan kedua bibirnya dan langsung menghentikan kegiatannya. Memilih memeluk gitar dan menatap ke depan yang tengah mempertontonkan indahnya pemandangan kota London dari rooftop sekolah.

Sachi hanya tersenyum, tidak pernah memasukkan ke dalam hati tutur kata Vanko selama ini. Akan tetapi, ada beberapa hal dalam diri Vanko yang disesalkan oleh Sachi. Tentang ego yang melebih segalanya.

Mengingat semua itu, membuat Sachi menarik napas panjang lalu menghembuskannya. "Vanko, jangan terus-terusan seperti ini."

Vanko memilih membisu kala Sachi bertutur mengarah pada titik kelemahan dan ketakutannya. Bahkan, saat Vanko dapat melihat mata kelabu milik Sachi yang kini berkaca-kaca. 

"Tuhan menyayangimu."

"Aku memahami, bagaimana penderitaanmu. Kau terluka---sangat dalam. Namun, mencoba untuk meninggalkan keluarga yang amat peduli denganmu, yang berusaha agar kau bisa sembuh dan bahagia, patut kau jadikan sebagai dorongan semangat," katanya dengan pandangannya yang sama. Bahkan, senyum yang terus terpatri. "Bukan malah dengan lari dari kenyataan yang seharusnya kau lalui dengan ikhlas."

"Seharusnya, kau memahami satu hal, Vanko." Napasnya terasa kelu, kala menahan sesuatu yang ingin lolos dari kedua bibirnya. "Kau beruntung bisa bertahan hingga sekarang. Kau mungkin tidak memahami, ada banyak orang yang sedang berusaha untuk bertahan, tetapi takdir berkata lain."

Vanko merasa tertampar dengan perkataan Sachi yang kelewat benar.

Di luar sana, banyak orang ingin hidup lebih lama lagi untuk berkumpul dengan keluarga dan melakukan hal menarik dalam kehidupannya. Akan tetapi, ia hanya memikirkan bagaimana bisa ia lenyap dari dunia ini dan melupakan semua luka yang menyayat sangat dalam.

Bahkan, Vanko tidak pernah menyadari, saat Sachi mengatakan hal itu, memiliki maksud yang lain lagi. Maksud di mana Sachi menjadi salah satu orang yang berusaha untuk bertahan, tetapi takdir menuntun Sachi ke sebuah jalan di mana ia akan pergi dari dunia ini selamanya dan itu tidak lama lagi.

| TWINKLE - US |

| TWINKLE - US |

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

**

Halo, selamat datang di dunia halu Juju.

Tetap enjoy yah dan ini bakalan update tiap hari untuk memenuhi #TantanganWritora

Jangan lupa berikan dukungan dalam bentuk apapun itu.

Kamu juga bisa temui aku di akun instagram @Juwitaaa_nrp dan @Jnurpriyanti18

Mampir juga di anak-anak gembulku yang lainnya.

Purple u.

Twinkle-UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang